Yohanes 7:21-24: Yesus Menegur Praktik yang Tidak Konsisten

 Pendahuluan:

Yohanes 7:21-24 mencatat salah satu momen di mana Yesus menegur para pemimpin agama Yahudi atas inkonsistensi dalam memahami dan menerapkan hukum Taurat. Dalam perikop ini, Yesus berhadapan dengan kritik mengenai penyembuhan yang Ia lakukan pada hari Sabat (Yohanes 5:1-16) 
dan menggunakan argumen logis serta teologis untuk mengungkap kemunafikan mereka.

Yohanes 7:21-24: Yesus Menegur Praktik yang Tidak Konsisten
Melalui teguran ini, Yesus tidak hanya menunjukkan otoritas-Nya sebagai Anak Allah, tetapi juga mengungkapkan pentingnya memahami hukum Allah secara benar, yang berpusat pada belas kasihan, keadilan, dan kebenaran. Artikel ini akan menguraikan Yohanes 7:21-24 secara mendalam, menganalisis ayat-ayat tersebut, membahas pandangan para pakar teologi, serta menyoroti relevansi pesan ini bagi kehidupan Kristen.

Teks Yohanes 7:21-24 (TB) “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Hanya satu perbuatan yang Kulakukan, dan kamu semua telah heran. Bukankah Musa telah memberikan hukum sunat kepadamu? Sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita, dan kamu menyunat orang pada hari Sabat! Jika seorang menerima sunat pada hari Sabat supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat? Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”

Tema Utama dalam Yohanes 7:21-24 - Yesus menunjukkan:1. Inkonsistensi para pemimpin agama dalam menafsirkan dan menerapkan hukum Taurat.2. Ketidakmampuan mereka untuk melihat belas kasihan Allah dalam karya penyembuhan-Nya.3. Pentingnya penghakiman yang benar dan adil, bukan berdasarkan penampilan semata.

1. Latar Belakang Narasi

Dalam Yohanes 7, Yesus menghadiri Hari Raya Pondok Daun di Yerusalem. Pada titik ini, konflik antara Yesus dan para pemimpin agama telah memuncak. Salah satu alasan utama kemarahan mereka adalah tindakan Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di kolam Betesda pada hari Sabat (Yohanes 5:1-16). Peristiwa itu dianggap melanggar hukum Sabat karena melibatkan aktivitas yang menurut tradisi Yahudi dilarang pada hari Sabat.

Di tengah perayaan, Yesus mulai mengajar di Bait Allah, yang menimbulkan keheranan dan kemarahan dari para pemimpin agama. Yohanes 7:21-24 adalah respons Yesus terhadap kritik mereka, di mana Ia menyoroti kemunafikan mereka dalam menerapkan hukum Taurat.

2. Tema Utama dalam Yohanes 7:21-24

Yesus menunjukkan:

  • Inkonsistensi para pemimpin agama dalam menafsirkan dan menerapkan hukum Taurat.
  • Ketidakmampuan mereka untuk melihat belas kasihan Allah dalam karya penyembuhan-Nya.
  • Pentingnya penghakiman yang benar dan adil, bukan berdasarkan penampilan semata.

Analisis Ayat Yohanes 7:21-24

1. Yohanes 7:21: “Hanya satu perbuatan yang Kulakukan, dan kamu semua telah heran.”

Yesus merujuk pada penyembuhan seorang lumpuh di kolam Betesda pada hari Sabat (Yohanes 5:1-16). Penyembuhan itu tidak hanya menimbulkan kekaguman, tetapi juga kemarahan, karena dianggap melanggar hukum Sabat.

Pandangan Teologis:

  • Leon Morris mencatat bahwa “satu perbuatan” ini mengacu pada mukjizat penyembuhan yang menjadi titik awal konflik antara Yesus dan para pemimpin agama. Mereka gagal memahami bahwa tindakan penyembuhan itu mencerminkan kasih dan belas kasihan Allah.
  • D.A. Carson menekankan bahwa kekaguman mereka terhadap perbuatan Yesus lebih banyak didorong oleh kebencian dan rasa ingin mencari kesalahan, bukan oleh keinginan untuk memahami siapa Yesus.

Makna Teologis:
Yesus menggunakan “satu perbuatan” ini untuk menunjukkan bahwa kasih dan kuasa Allah melampaui legalisme yang sempit. Tindakan-Nya adalah manifestasi dari misi-Nya untuk membawa pemulihan.

2. Yohanes 7:22: “Bukankah Musa telah memberikan hukum sunat kepadamu? Sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita, dan kamu menyunat orang pada hari Sabat!”

Yesus mengingatkan bahwa hukum sunat, meskipun dikaitkan dengan Musa, sebenarnya berasal dari Abraham (Kejadian 17:9-14). Tradisi Yahudi memungkinkan pelaksanaan sunat pada hari Sabat jika hari kedelapan seorang bayi jatuh pada hari itu, untuk mematuhi hukum Musa.

Pandangan Teologis:

  • William Barclay mencatat bahwa Yesus menggunakan argumen ini untuk menyoroti inkonsistensi mereka. Jika mereka mengizinkan sunat pada hari Sabat demi ketaatan pada hukum Musa, mengapa mereka marah ketika Yesus menyembuhkan seseorang pada hari Sabat?
  • R.C. Sproul menambahkan bahwa Yesus mengungkapkan prioritas yang benar dalam hukum Taurat: bahwa hukum harus dipahami dalam terang belas kasihan dan kebaikan Allah, bukan sekadar aturan legalistik.

Makna Teologis:
Yesus menunjukkan bahwa hukum Taurat tidak dimaksudkan untuk menjadi beban, tetapi untuk membawa kehidupan dan pembaruan. Jika sunat diperbolehkan pada hari Sabat, penyembuhan—yang jauh lebih besar dampaknya bagi manusia—tentu lebih layak dilakukan.

3. Yohanes 7:23: “Jika seorang menerima sunat pada hari Sabat supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat?”

Yesus menyoroti kontradiksi dalam sikap mereka. Sunat hanya memengaruhi sebagian kecil tubuh, tetapi mereka memperbolehkannya pada hari Sabat. Sebaliknya, penyembuhan yang Yesus lakukan memulihkan seluruh tubuh seseorang, tetapi dianggap sebagai pelanggaran.

Pandangan Teologis:

  • John Stott menyatakan bahwa argumen Yesus dalam ayat ini adalah contoh penggunaan logika yang sempurna untuk mengungkap kemunafikan mereka. Mereka menekankan detail hukum, tetapi melewatkan esensi belas kasihan Allah.
  • Matthew Henry mencatat bahwa tindakan Yesus tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga sangat cocok dengan karakter Allah yang penuh kasih dan pemulihan.

Makna Teologis:
Yesus menunjukkan bahwa belas kasihan Allah tidak dibatasi oleh aturan manusia. Penyembuhan pada hari Sabat adalah manifestasi dari karya Allah yang memulihkan seluruh ciptaan.

4. Yohanes 7:24: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.”

Yesus menutup argumen-Nya dengan teguran yang kuat: mereka tidak boleh menghakimi berdasarkan penampilan luar atau tradisi semata, tetapi harus menilai dengan keadilan yang sejati.

Pandangan Teologis:

  • Craig Keener mencatat bahwa Yesus menantang para pemimpin agama untuk mengesampingkan prasangka mereka dan menilai tindakan-Nya berdasarkan kebenaran ilahi.
  • Charles Spurgeon menekankan bahwa penghakiman yang benar memerlukan hati yang terbuka terhadap pekerjaan Allah, bukan hati yang dipenuhi dengan kebencian atau legalisme.

Makna Teologis:
Yesus mengajarkan bahwa penghakiman sejati harus didasarkan pada kebenaran Allah, yang memprioritaskan kasih, keadilan, dan belas kasihan di atas penampilan luar atau tradisi manusia.

Makna Teologis Yohanes 7:21-24

1. Yesus sebagai Penggenapan Hukum Taurat

Dalam perikop ini, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah penggenapan hukum Taurat (Matius 5:17). Hukum Taurat tidak dimaksudkan untuk menjadi beban, tetapi untuk membawa manusia kepada Allah.

Referensi Alkitab Lain:

  • Dalam Matius 12:7, Yesus berkata:"Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Aku menginginkan belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah."
  • Roma 10:4 menegaskan:"Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh setiap orang yang percaya."

2. Belas Kasihan Allah Melampaui Legalisme

Tindakan Yesus menyembuhkan pada hari Sabat menunjukkan bahwa kasih dan belas kasihan Allah tidak terikat oleh aturan manusia.

Pandangan Teologis:

  • John Calvin menekankan bahwa hukum Taurat harus dipahami sebagai sarana untuk mengungkapkan karakter Allah, bukan sekadar serangkaian peraturan legalistik.
  • Dietrich Bonhoeffer menyatakan bahwa hukum Allah selalu bertujuan untuk membawa pembaruan dan kehidupan, bukan penghukuman yang kaku.

3. Penghakiman yang Adil dan Benar

Yesus mengajarkan bahwa penghakiman yang benar tidak didasarkan pada penampilan luar atau tradisi, tetapi pada kebenaran Allah.

Referensi Alkitab Lain:

  • Dalam 1 Samuel 16:7, Tuhan berfirman:"Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."
  • Yakobus 2:13 menegaskan:"Penghakiman tanpa belas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan menang atas penghakiman."

Relevansi Yohanes 7:21-24 bagi Kehidupan Kristen

1. Memahami Hukum Allah dengan Benar

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memahami dan menerapkan hukum Allah dengan cara yang mencerminkan kasih dan belas kasihan-Nya.

Aplikasi:

  • Jangan terjebak dalam legalisme yang kaku, tetapi hiduplah dengan mengutamakan kasih dan keadilan Allah.

2. Meneladani Belas Kasihan Yesus

Yesus menunjukkan bahwa karya Allah adalah karya belas kasihan. Kita dipanggil untuk meniru teladan-Nya dalam melayani orang lain.

Aplikasi:

  • Layanilah sesama dengan kasih, tanpa terhalang oleh tradisi atau prasangka.

3. Menghakimi dengan Keadilan

Yesus menegur penghakiman yang didasarkan pada penampilan luar. Kita harus belajar untuk melihat hati dan menilai berdasarkan kebenaran Allah.

Aplikasi:

  • Hindari sikap menghakimi yang dangkal atau penuh prasangka. Mintalah hikmat Allah untuk menilai dengan adil dan penuh kasih.

Kesimpulan

Yohanes 7:21-24 adalah pengajaran penting tentang belas kasihan, keadilan, dan pemahaman yang benar akan hukum Allah. Melalui teguran-Nya, Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah melampaui batasan legalisme manusia dan memanggil kita untuk menghakimi dengan adil berdasarkan kebenaran Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani belas kasihan Kristus, memahami hukum Allah dengan benar, dan hidup dalam keadilan yang sejati. Kiranya pesan ini menginspirasi kita untuk menjadi saksi kasih dan kebenaran Allah di tengah dunia. "Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil." (Yohanes 7:24).

Next Post Previous Post