Yesus Berjalan di Atas Air: Markus 6:48-51
Pendahuluan:
Markus 6:48-51 adalah salah satu kisah paling terkenal dalam Injil yang menggambarkan kuasa Yesus atas alam semesta. Kisah ini bukan hanya sekadar narasi mukjizat, tetapi juga menyampaikan pesan teologis mendalam tentang keilahian Kristus, iman, dan penyertaan Allah di tengah kesulitan. Ayat ini mencatat momen ketika Yesus berjalan di atas air untuk menemui murid-murid-Nya yang sedang
terombang-ambing oleh angin kencang di tengah danau.
percaya kepada Allah yang Mahakuasa.
Teks Markus 6:48-51“Ia melihat, bahwa mereka bersusah payah mendayung karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut!’ Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun reda. Mereka sangat tercengang dan bingung” (Markus 6:48-51, TB).
Latar Belakang: Konteks Narasi
Untuk memahami Markus 6:48-51, penting untuk menempatkan kisah ini dalam konteks yang lebih luas. Sebelum peristiwa ini, Yesus baru saja melakukan mukjizat memberi makan lima ribu orang (Markus 6:30-44). Setelah itu, Ia menyuruh murid-murid-Nya naik ke perahu untuk menyeberangi Danau Galilea, sementara Ia pergi ke bukit untuk berdoa (Markus 6:45-46). Ketika murid-murid berada di tengah danau, mereka menghadapi angin kencang yang membuat mereka bersusah payah mendayung.
Dr. Sinclair Ferguson dalam bukunya Let’s Study Mark menyoroti bahwa latar belakang ini penting karena menunjukkan bagaimana Yesus tidak pernah jauh dari murid-murid-Nya, meskipun secara fisik Ia tidak bersama mereka. Ferguson menekankan bahwa doa Yesus di bukit adalah simbol penyertaan-Nya yang tidak terputus dengan umat-Nya.
Analisis Ayat Per Ayat
1. Markus 6:48 - Yesus Melihat dan Datang
“Ia melihat, bahwa mereka bersusah payah mendayung karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.”
Ayat ini menunjukkan perhatian Yesus terhadap murid-murid-Nya. Meskipun Ia secara fisik berada di bukit, Yesus "melihat" mereka bersusah payah. Pengamatan ini mencerminkan sifat Allah yang Mahatahu dan penyertaan-Nya yang tidak terbatas oleh ruang atau waktu.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bahwa tindakan Yesus berjalan di atas air menunjukkan keilahian-Nya. Dalam Perjanjian Lama, hanya Allah yang dapat berjalan di atas air atau menguasai laut (Ayub 9:8; Mazmur 77:20). Dengan berjalan di atas air, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang memiliki otoritas atas ciptaan.
2. Markus 6:49-50a - Ketakutan dan Kekaguman
“Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut.”
Reaksi ketakutan murid-murid mencerminkan keterbatasan pemahaman manusia terhadap kehadiran Allah. Dalam budaya Yahudi pada masa itu, air sering kali dianggap sebagai simbol kekacauan dan kekuatan destruktif. Ketika Yesus berjalan di atas air, para murid tidak segera mengenali Dia, sehingga mereka mengira-Nya sebagai hantu.
R.C. Sproul dalam bukunya Knowing Scripture menjelaskan bahwa ketakutan murid-murid adalah gambaran manusia yang sering kali tidak mampu mengenali karya Allah di tengah situasi yang menakutkan. Sproul menekankan bahwa iman kita sering kali diuji di tengah badai, dan respons awal kita mungkin adalah ketakutan, tetapi Yesus hadir untuk menenangkan kita.
3. Markus 6:50b - Pernyataan Keilahian Yesus
“Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut!’”
Pernyataan "Aku ini" (bahasa Yunani: ego eimi) memiliki makna teologis yang mendalam. Frasa ini merujuk pada nama Allah yang diwahyukan kepada Musa di semak yang menyala-nyala (Keluaran 3:14, "AKU ADALAH AKU"). Dengan kata-kata ini, Yesus menegaskan identitas-Nya sebagai Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.
Jonathan Edwards dalam salah satu khotbahnya menyoroti bahwa pernyataan Yesus ini adalah jaminan ilahi bagi umat-Nya. Ketika Yesus berkata, "Jangan takut," Ia tidak hanya memberikan penghiburan, tetapi juga jaminan bahwa kehadiran-Nya mengalahkan segala ancaman.
4. Markus 6:51 - Mukjizat Angin Reda
“Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun reda. Mereka sangat tercengang dan bingung.”
Ketika Yesus naik ke perahu, angin pun reda. Mukjizat ini menunjukkan kuasa-Nya yang tidak hanya mengatasi hukum alam tetapi juga membawa damai di tengah kekacauan. Kuasa-Nya atas angin dan air adalah bukti otoritas ilahi-Nya sebagai Pencipta.
John Calvin dalam tafsirannya terhadap Injil Markus mencatat bahwa mukjizat ini mengajarkan kita untuk mempercayai pemeliharaan Allah bahkan ketika kita berada di tengah badai kehidupan. Calvin menekankan bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber kedamaian sejati.
Aplikasi Teologis
1. Allah yang Berdaulat dan Dekat
Yesus yang berjalan di atas air menunjukkan bahwa Allah tidak hanya berdaulat atas alam semesta, tetapi juga dekat dengan umat-Nya. Sebagai orang percaya, kita dapat memiliki penghiburan bahwa Allah melihat setiap kesulitan kita dan hadir untuk menolong.
Dr. Michael Horton dalam bukunya The Christian Faith menyatakan bahwa Allah yang berinkarnasi dalam Kristus adalah Allah yang turut merasakan penderitaan umat-Nya. Kehadiran Yesus dalam badai adalah gambaran dari kasih Allah yang tidak meninggalkan umat-Nya.
2. Implikasinya bagi Iman
Kisah ini juga mengajarkan pentingnya iman. Ketika murid-murid melihat Yesus berjalan di atas air, iman mereka diuji. Apakah mereka akan percaya pada kuasa-Nya atau tenggelam dalam ketakutan?
R.C. Sproul menekankan bahwa iman yang sejati adalah percaya kepada Allah bahkan ketika kita tidak dapat memahami situasi yang kita hadapi. Dalam badai kehidupan, iman kita dipanggil untuk mengandalkan Yesus sebagai satu-satunya penolong sejati.
3. Panggilan untuk Tidak Takut
Yesus berkata, "Jangan takut," sebagai perintah yang relevan bagi semua orang percaya. Dalam hidup ini, kita sering menghadapi badai yang tampak mustahil untuk diatasi. Namun, firman Yesus adalah jaminan bahwa kehadiran-Nya membawa keamanan dan damai.
John Piper dalam bukunya Future Grace menekankan bahwa panggilan untuk tidak takut adalah panggilan untuk hidup dalam anugerah Allah yang cukup bagi setiap situasi.
Refleksi Praktis untuk Kehidupan Orang Percaya
Menghadapi Badai dengan Iman
Ketika menghadapi kesulitan, ingatlah bahwa Yesus hadir dan berkuasa atas segala situasi. Mintalah Roh Kudus untuk menguatkan iman Anda agar tidak terombang-ambing oleh ketakutan.Percaya pada Pemeliharaan Allah
Yesus yang melihat murid-murid dari jauh menunjukkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Berdoalah dengan keyakinan bahwa Dia peduli terhadap setiap detail kehidupan Anda.Mengandalkan Firman Allah
Firman Yesus, "Aku ini, jangan takut," adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian. Jadikan firman-Nya sebagai fondasi iman dan pengharapan Anda dalam menghadapi tantangan hidup.
Kesimpulan
Markus 6:48-51 adalah kisah yang menggambarkan kuasa dan kehadiran Allah di tengah badai kehidupan. Dengan berjalan di atas air, Yesus menunjukkan keilahian-Nya dan memberikan penghiburan kepada murid-murid-Nya. Kisah ini mengingatkan kita untuk tidak takut, tetapi percaya kepada Allah yang berdaulat dan setia.
Sebagai orang percaya, marilah kita belajar dari peristiwa ini untuk mengandalkan Yesus dalam segala situasi. Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 46:2-3, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Kiranya iman kita dikuatkan oleh firman-Nya, dan hidup kita menjadi kesaksian akan kuasa dan kasih-Nya. Soli Deo Gloria!