Yohanes 7:40-43: Iman di Tengah Perpecahan tentang Kristus

Yohanes 7:40-43: Iman di Tengah Perpecahan tentang Kristus
 Pendahuluan

Yohanes 7:40-43 mencatat momen penting dalam pelayanan Yesus di mana kebingungan, perpecahan, dan penolakan terhadap-Nya mencapai puncaknya. Di tengah berbagai reaksi terhadap perkataan Yesus, beberapa orang percaya kepada-Nya, sementara yang lain menolak, bahkan sampai berniat membunuh-
Nya. Perikop ini mencerminkan respons manusia yang beragam terhadap kehadiran dan ajaran Yesus,
serta mengungkap ketegangan antara penerimaan dan penolakan terhadap-Nya.

Artikel ini akan menguraikan Yohanes 7:40-43 secara mendalam, mengeksplorasi makna teologisnya,pandangan para pakar, dan relevansi perikop ini bagi kehidupan Kristen masa kini.

Konteks Yohanes 7:40-43

1. Momen dalam Pelayanan Yesus

Pasal 7 Injil Yohanes mencatat ajaran Yesus di Bait Allah selama Hari Raya Pondok Daun. Perkataan Yesus dalam Yohanes 7:37-39 tentang air hidup mengundang perhatian besar dari orang banyak. Namun, tanggapan mereka beragam: ada yang percaya, ada yang ragu, dan ada yang berniat untuk membunuh-Nya.

2. Tema Perpecahan

Yohanes 7:40-43 menyoroti tema perpecahan yang terus berulang dalam pelayanan Yesus. Ajaran dan identitas Yesus selalu menimbulkan reaksi yang kuat, baik penerimaan maupun penolakan, karena Yesus menantang ekspektasi manusia tentang Mesias.

Analisis Ayat Yohanes 7:40-43

1. “Ia ini benar-benar nabi yang akan datang” (Yohanes 7:40)

Sebagian orang mengenali Yesus sebagai “nabi yang akan datang,” merujuk pada nubuat Musa dalam Ulangan 18:15 tentang seorang nabi seperti dirinya yang akan diutus oleh Allah.

Pandangan Teologis:

  • Leon Morris: Orang-orang yang menyebut Yesus sebagai nabi ini memiliki pemahaman yang terbatas, karena mereka gagal mengenali-Nya sebagai Mesias yang lebih dari sekadar nabi.
  • William Barclay: Mereka mengidentifikasi Yesus sebagai nabi yang dijanjikan tetapi tidak memahami sepenuhnya misi-Nya sebagai Juru Selamat dunia.

Makna Teologis:
Perkataan ini menunjukkan bahwa sebagian orang memiliki pengakuan parsial terhadap Yesus, tetapi pengenalan mereka tidak cukup untuk memahami keilahian-Nya.

2. “Ia ini Mesias” (Yohanes 7:41a)

Beberapa orang lain langsung menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada yang menerima Yesus sebagai penggenapan janji Allah kepada Israel.

Pandangan Teologis:

  • John Stott: Mereka yang mengakui Yesus sebagai Mesias adalah mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk melihat kebenaran di tengah kebingungan dan penolakan.
  • F.F. Bruce: Pengakuan ini menunjukkan respons iman yang sejati, meskipun minoritas di tengah kerumunan.

Makna Teologis:
Pernyataan ini adalah contoh bagaimana Yesus dikenal oleh orang yang hatinya terbuka untuk menerima kebenaran.

3. “Bukan! Sebab Mesias tidak datang dari Galilea” (Yohanes 7:41b)

Penolakan ini menunjukkan bahwa sebagian orang menolak Yesus karena mereka salah memahami asal usul-Nya. Mereka menganggap bahwa Mesias harus berasal dari Betlehem, seperti yang dinubuatkan dalam Mikha 5:1-2.

Pandangan Teologis:

  • R.C. Sproul: Penolakan ini mencerminkan bias geografis dan kurangnya pemahaman mereka tentang kelahiran Yesus di Betlehem.
  • Leon Morris: Argumen ini adalah upaya untuk mendiskreditkan Yesus berdasarkan asumsi yang salah, bukan fakta yang sebenarnya.

Makna Teologis:
Penolakan terhadap Yesus sering kali didasarkan pada kesalahpahaman atau penolakan untuk menyelidiki kebenaran.

4. “Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia” (Yohanes 7:43)

Perkataan Yesus dan klaim tentang identitas-Nya selalu menimbulkan perpecahan. Perpecahan ini bukan hanya karena opini yang berbeda, tetapi juga karena respons hati manusia terhadap kebenaran Allah.

Pandangan Teologis:

  • John Calvin: Yesus adalah batu penjuru yang menjadi batu sandungan bagi mereka yang menolak-Nya. Perpecahan ini menunjukkan dualitas antara mereka yang dipanggil Allah dan mereka yang menolak-Nya.
  • N.T. Wright: Perpecahan ini adalah cerminan dari respons manusia yang beragam terhadap terang Injil, yang menerangi hati yang percaya dan mengungkap kekerasan hati yang menolak.

Makna Teologis:
Yesus datang membawa kebenaran yang memisahkan mereka yang percaya dari mereka yang menolak.

Upaya Keempat untuk Membunuh Yesus

Dalam konteks yang lebih luas, Yohanes 7 menunjukkan bagaimana permusuhan terhadap Yesus terus meningkat. Upaya untuk membunuh-Nya muncul kembali dalam pasal ini, melanjutkan pola yang terlihat sejak awal pelayanan-Nya.

1. Motivasi Permusuhan

Permusuhan terhadap Yesus muncul karena:

  • Klaim-Nya sebagai Mesias yang tidak sesuai dengan ekspektasi para pemimpin Yahudi.
  • Ajaran-Nya yang menantang otoritas agama dan tradisi mereka.

2. Ketegangan yang Memuncak

Upaya untuk membunuh Yesus dalam Yohanes 7:40-43 menunjukkan puncak dari perpecahan yang terjadi. Ketidakpercayaan dan kebencian terhadap-Nya mencapai tahap yang semakin serius.

Makna Teologis dari Yohanes 7:40-43

1. Respons Manusia terhadap Yesus

Perikop ini menunjukkan bahwa respons manusia terhadap Yesus selalu beragam: ada yang percaya, ada yang ragu, dan ada yang menolak.

Referensi Alkitab:Lukas 2:34:“Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang...”

2. Kebenaran yang Memisahkan

Yesus membawa kebenaran yang tidak bisa diabaikan. Kehadiran-Nya memaksa setiap orang untuk mengambil sikap, yang sering kali menyebabkan perpecahan.

Referensi Alkitab:Matius 10:34:“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”

3. Penolakan yang Tidak Berdasar

Penolakan terhadap Yesus sering kali didasarkan pada asumsi yang salah atau kurangnya pengetahuan, seperti dalam kasus mereka yang salah memahami asal usul-Nya.

Referensi Alkitab:Hosea 4:6:“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...”

Pandangan Para Teolog tentang Yohanes 7:40-43

1. Leon Morris

Morris menyoroti bahwa perpecahan tentang Yesus adalah akibat dari kurangnya pemahaman yang benar tentang siapa Dia. Namun, perpecahan ini adalah bagian dari misi Yesus untuk mengungkapkan hati manusia.

2. John Stott

Stott menekankan bahwa respons manusia terhadap Yesus menentukan hubungan mereka dengan Allah. Mereka yang menerima Yesus akan mengalami hidup kekal, sedangkan mereka yang menolak-Nya akan kehilangan keselamatan.

3. Charles Spurgeon

Spurgeon menekankan bahwa Yesus adalah pusat dari semua perdebatan, karena kebenaran-Nya menantang hati manusia untuk memilih antara iman dan penolakan.

Kesimpulan

Yohanes 7:40-43 menunjukkan bahwa Yesus adalah pusat perpecahan karena kebenaran-Nya menuntut respons dari setiap orang. Meskipun ada yang percaya, banyak yang menolak Dia berdasarkan asumsi yang salah atau ketidakpercayaan mereka.

Baca Juga: Yohanes 7:37-39: Deklarasi Besar tentang Baptisan Roh Kudus

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menerima Yesus dengan iman yang sejati, merespons perpecahan dengan kasih, dan tetap setia dalam menghadapi tantangan. “Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.” (Yohanes 7:43).

Next Post Previous Post