Filipi 3:18-21: Kewarganegaraan Surgawi dan Panggilan Hidup Kekal
Pengantar:
Filipi 3:18-21 adalah bagian yang mendalam dari surat Paulus kepada jemaat di Filipi. Dalam empat ayat ini, Paulus mengungkapkan perasaan mendalamnya, bahkan hingga menangis, saat ia membicarakan mereka yang menjadi "musuh-musuh salib Kristus" (ayat 18). Ia melanjutkan dengan menekankan kontras antara mereka yang hidup hanya untuk kesenangan duniawi dan mereka yang memiliki kewarganegaraan surgawi. Artikel ini akan menguraikan ayat-ayat tersebut dengan mendalam, mengacu pada pandangan teologi dan tafsiran para ahli Alkitab.
1. Filipi 3:18 – Musuh-Musuh Salib Kristus
"Sebab, ada banyak orang yang hidup sebagai musuh-musuh salib Kristus. Tentang hal ini, aku sudah sering menceritakannya kepadamu dan sekarang aku menceritakannya lagi dengan air mata."
Ayat ini menunjukkan keprihatinan Paulus terhadap mereka yang tidak hanya menolak salib Kristus, tetapi hidup dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai Injil. Frasa "musuh-musuh salib Kristus" mencakup orang-orang yang memilih jalan hidup yang memuliakan keinginan daging, menolak penderitaan demi Kristus, dan lebih memilih kenyamanan duniawi.
John Calvin menyebut "musuh-musuh salib Kristus" sebagai mereka yang tidak hanya menolak penderitaan demi Kristus, tetapi juga mengaburkan nilai pengorbanan salib itu sendiri. Calvin menyoroti bahwa penolakan mereka terhadap salib Kristus menunjukkan keinginan mereka untuk menghindari penderitaan atau pengorbanan yang diperlukan dalam mengikuti Kristus.
Paulus juga mencatat bahwa ia berbicara "dengan air mata." Air mata ini menunjukkan kasih pastoral Paulus. Ia tidak mengutuk mereka dengan kemarahan, tetapi dengan kesedihan. William Hendriksen menafsirkan bahwa air mata Paulus mungkin juga merupakan ekspresi dari pengertiannya akan konsekuensi mengerikan dari hidup sebagai musuh salib Kristus—yaitu kebinasaan kekal.
2. Filipi 3:19 – Akhir Mereka Adalah Kebinasaan
"Akhir hidup mereka adalah kebinasaan, karena allah mereka adalah perut mereka, dan pujian mereka adalah hal-hal yang memalukan. Pikiran mereka hanyalah pada hal-hal duniawi."
Dalam ayat ini, Paulus memberikan deskripsi tentang gaya hidup mereka yang menjadi musuh salib Kristus. Ada tiga karakteristik utama yang disebutkan:
- "Allah mereka adalah perut mereka" – Frasa ini mengacu pada gaya hidup hedonis, di mana kebutuhan jasmani atau keinginan menjadi prioritas utama. Para pakar, seperti Gordon Fee, menghubungkan frasa ini dengan orang-orang yang terlalu terfokus pada kenikmatan makan, minum, atau keinginan daging lainnya.
- "Pujian mereka adalah hal-hal yang memalukan" – Ini berarti mereka membanggakan hal-hal yang seharusnya memalukan. Misalnya, mereka mungkin memuliakan dosa atau perilaku yang bertentangan dengan hukum Allah.
- "Pikiran mereka hanyalah pada hal-hal duniawi" – Ini menunjukkan bahwa fokus hidup mereka semata-mata pada perkara-perkara dunia, tanpa perhatian pada hal-hal rohani atau kekal.
Matthew Henry dalam komentarnya menyebutkan bahwa ayat ini menegaskan bahwa kebinasaan menunggu mereka yang hidup tanpa memperhatikan nilai-nilai kekal. Dengan kata lain, "perut mereka" (dalam arti luas) adalah berhala mereka, dan mereka mengorbankan tujuan kekal demi keuntungan sementara.
3. Filipi 3:20 – Kewarganegaraan Kita Ada di Surga
"Akan tetapi, kewarganegaraan kita adalah di surga, di mana kita dengan penuh semangat menanti-nantikan Juru Selamat, yaitu Tuhan Yesus Kristus."
Paulus beralih dari membicarakan mereka yang hidup bagi dunia ke kontras yang indah—yaitu status orang percaya sebagai warga surga. Konsep "kewarganegaraan" (Yunani: πολίτευμα, politeuma) sangat relevan bagi jemaat di Filipi, sebuah koloni Romawi. Sebagai warga negara Romawi, mereka memahami kehormatan dan tanggung jawab kewarganegaraan. Paulus mengingatkan bahwa mereka memiliki kewarganegaraan yang lebih tinggi, yaitu di surga.
Menurut teolog D.A. Carson, pernyataan ini memiliki implikasi etis dan eskatologis:
- Etis: Sebagai warga surga, orang percaya dipanggil untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai surgawi. Ini mencakup hidup dalam kasih, kekudusan, dan kerendahan hati.
- Eskatologis: Orang percaya menantikan kedatangan Kristus, Juru Selamat mereka, yang akan membawa pemulihan penuh atas segala sesuatu.
Charles Spurgeon mengilustrasikan ayat ini dengan berkata bahwa kewarganegaraan surgawi adalah panggilan untuk hidup sebagai "duta besar" di dunia ini. Artinya, hidup orang percaya harus mencerminkan standar dan karakter dari Kerajaan Surga.
4. Filipi 3:21 – Tubuh Kehinaan Menjadi Tubuh Kemuliaan
"Ia akan mengubah tubuh kehinaan kita menjadi serupa dengan tubuh kemuliaan-Nya. Dengan kuasa-Nya itu, Kristus mampu membawa segala sesuatu tunduk kepada-Nya."
Paulus menutup bagian ini dengan janji yang luar biasa tentang transformasi tubuh orang percaya. Tubuh kita yang sekarang, yang rentan terhadap kelemahan, penyakit, dan kematian, akan diubah menjadi tubuh yang serupa dengan tubuh Yesus yang telah dimuliakan setelah kebangkitan-Nya.
N.T. Wright menekankan bahwa tubuh yang dimuliakan ini bukan hanya tubuh yang bebas dari penderitaan, tetapi juga tubuh yang cocok untuk kehidupan baru dalam dunia yang telah dipulihkan Allah. Transformasi ini dilakukan oleh kuasa Kristus, yang mampu membawa segala sesuatu di bawah otoritas-Nya.
Anthony Hoekema mengaitkan ayat ini dengan pengharapan Kristen akan kebangkitan tubuh. Ia menjelaskan bahwa transformasi ini adalah penggenapan penuh dari rencana penebusan Allah, di mana bukan hanya jiwa yang ditebus, tetapi juga tubuh.
5. Pendapat Beberapa Pakar Teologi Tentang Filipi 3:18-21: Kewarganegaraan Surgawi dan Panggilan Hidup Kekal
Filipi 3:18-21 adalah bagian penting dari surat Paulus yang menekankan dualitas antara kehidupan duniawi dan surgawi, menyoroti kewarganegaraan surgawi sebagai identitas utama bagi orang percaya. Berikut adalah berbagai pandangan dari para pakar teologi mengenai bagian ini.
1. John Calvin: Hidup dalam Kesadaran Kewarganegaraan Surgawi
John Calvin menekankan bahwa Filipi 3:18-21 mengajarkan umat percaya untuk hidup dengan perspektif surgawi. Dalam pandangannya, kewarganegaraan surgawi berarti bahwa identitas dan kehidupan umat percaya harus mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah, bukan nilai-nilai duniawi.
Calvin juga menyoroti peringatan Paulus terhadap mereka yang hidup sebagai musuh salib Kristus. Ia mencatat bahwa ini bukan hanya tentang penolakan terang-terangan terhadap Kristus, tetapi juga tentang gaya hidup yang memuliakan keinginan daging dan mengabaikan panggilan untuk hidup kudus. Dalam pandangan Calvin, teks ini adalah panggilan bagi umat percaya untuk memfokuskan pikiran dan hati mereka pada perkara surgawi.
2. R.C. Sproul: Antara Duniawi dan Surgawi
R.C. Sproul menyoroti kontras yang digambarkan Paulus antara mereka yang pikirannya tertuju pada perkara duniawi dan mereka yang mengarahkan pandangan mereka kepada surga. Sproul mencatat bahwa mereka yang menjadi musuh salib Kristus hidup dalam pola pikir duniawi yang mengutamakan kepuasan sementara dan mengabaikan kekekalan.
Sproul juga menekankan pentingnya pengharapan eskatologis dalam kehidupan Kristen. Kewarganegaraan surgawi, menurut Sproul, adalah pengingat bahwa orang percaya bukanlah milik dunia ini, tetapi milik Allah. Dengan demikian, mereka dipanggil untuk hidup dengan fokus pada Kristus dan pengharapan akan kedatangan-Nya.
3. Herman Bavinck: Kewarganegaraan Surgawi sebagai Dasar Hidup Kristen
Herman Bavinck melihat kewarganegaraan surgawi sebagai dasar identitas dan panggilan orang percaya. Ia mencatat bahwa umat Kristen, meskipun hidup di dunia, tidak boleh menyesuaikan diri dengan pola dunia ini, tetapi harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah.
Bavinck juga menekankan transformasi tubuh yang dijanjikan dalam ayat ini. Ia melihat janji bahwa tubuh kita akan diubah untuk serupa dengan tubuh Kristus yang mulia sebagai inti dari pengharapan Kristen. Menurut Bavinck, pengharapan ini memotivasi orang percaya untuk hidup dalam kekudusan dan kesetiaan kepada Kristus.
4. Charles Hodge: Kontras antara Kebinasaan dan Kehidupan Kekal
Charles Hodge menyoroti peringatan Paulus tentang nasib mereka yang hidup sebagai musuh salib Kristus. Ia mencatat bahwa kebinasaan mereka adalah hasil dari hidup yang berfokus pada kepuasan daging dan hal-hal duniawi. Dalam pandangannya, ini adalah pengingat bahwa hidup tanpa Kristus akan berakhir dalam kehancuran kekal.
Hodge juga menyoroti jaminan bagi umat percaya yang memiliki kewarganegaraan surgawi. Ia mencatat bahwa umat percaya memiliki pengharapan akan kedatangan Kristus dan transformasi tubuh mereka. Dalam pandangannya, ayat ini adalah penghiburan besar bagi umat Kristen untuk tetap setia dalam iman di tengah tantangan dunia.
5. Michael Horton: Hidup dengan Fokus pada Kekekalan
Michael Horton menekankan bahwa Filipi 3:18-21 mengajarkan umat percaya untuk hidup dengan fokus pada kekekalan. Horton mencatat bahwa mereka yang pikirannya tertuju pada perkara duniawi akan kehilangan perspektif tentang tujuan kekal hidup mereka. Sebaliknya, umat Kristen dipanggil untuk hidup sebagai warga surgawi yang menantikan kedatangan Kristus.
Horton juga menyoroti transformasi tubuh sebagai bagian dari pengharapan Kristen. Dalam pandangannya, janji bahwa tubuh kita akan diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia adalah pengingat bahwa pengharapan Kristen bukan hanya spiritual, tetapi juga fisik dan eskatologis.
6. Sinclair Ferguson: Panggilan untuk Hidup sebagai Warga Surga
Sinclair Ferguson menekankan bahwa kewarganegaraan surgawi adalah panggilan bagi umat percaya untuk hidup dengan cara yang mencerminkan identitas mereka di dalam Kristus. Ia mencatat bahwa hidup sebagai warga surgawi berarti memprioritaskan perkara-perkara Allah dan menolak gaya hidup yang berfokus pada keinginan daging.
Ferguson juga mencatat bahwa pengharapan akan kedatangan Kristus memberikan penghiburan dan kekuatan bagi umat percaya untuk menghadapi tantangan dunia ini. Dalam pandangannya, ayat ini adalah pengingat bahwa hidup Kristen harus selalu berorientasi pada kekekalan dan tujuan akhir bersama Kristus.
7. Tim Keller: Identitas Surgawi dan Transformasi Hidup
Tim Keller menyoroti pentingnya identitas sebagai warga surga dalam kehidupan Kristen. Ia mencatat bahwa hidup sebagai warga surgawi berarti meninggalkan pola pikir duniawi yang berfokus pada kepuasan sementara dan mengarahkan hidup kepada nilai-nilai kekekalan.
Keller juga menekankan transformasi tubuh sebagai penggenapan janji Allah bagi umat percaya. Dalam pandangannya, janji bahwa tubuh kita akan diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia adalah pengingat bahwa keselamatan yang kita terima adalah menyeluruh, mencakup tubuh, jiwa, dan roh.
Kesimpulan: Panggilan untuk Menghidupi Identitas Surgawi
Para pakar teologi ini sepakat bahwa Filipi 3:18-21 mengajarkan dualitas yang harus dihidupi oleh orang percaya. Kewarganegaraan surgawi bukan hanya tentang pengharapan masa depan, tetapi juga tentang bagaimana hidup saat ini mencerminkan kerajaan Allah. Hidup dalam kewarganegaraan surgawi berarti:
- Menolak pola hidup duniawi yang berfokus pada kenikmatan sesaat (Filipi 3:19).
- Menjaga fokus pada Kristus sebagai sumber pengharapan dan teladan hidup (Filipi 3:20).
- Menghidupi panggilan untuk kekudusan, kesetiaan, dan misi dalam dunia yang memusuhi salib Kristus (Filipi 3:18-21).
Melalui panggilan ini, Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai warga surgawi, tujuan utama kita adalah hidup dalam ketaatan kepada Allah dan menjadi saksi bagi dunia. Filipi 3:18-21 bukan hanya sekadar ajakan untuk menantikan kehidupan kekal, tetapi juga tantangan untuk menjalani hidup yang memuliakan Allah di tengah dunia.