Kematian dalam Terang Injil
Pendahuluan:
Kematian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam pandangan Kristen, kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju kehidupan kekal bersama Allah atau pemisahan abadi dari-Nya. Saat menghadapi kematian, baik kehilangan orang yang kita kasihi maupun mempersiapkan diri untuk kematian sendiri, firman Tuhan menjadi sumber penghiburan, pengharapan, dan kekuatan. Artikel ini membahas ayat-ayat Alkitab yang relevan untuk situasi duka cita, bagaimana teologi Reformed memahami maknanya, serta bagaimana umat percaya dapat menghadapi kematian dengan iman kepada Kristus.
1. Kematian dalam Perspektif Alkitab
Kematian masuk ke dalam dunia sebagai akibat dari dosa. Roma 5:12 menyatakan, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”
Dalam teologi Reformed, kematian adalah konsekuensi dari kejatuhan manusia, tetapi tidak ada satu pun yang terjadi di luar kedaulatan Allah. R. C. Sproul menekankan bahwa kematian adalah musuh yang dikalahkan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya (1 Korintus 15:54-57). Dengan demikian, orang percaya dapat menghadapi kematian dengan pengharapan bahwa Allah tetap memegang kendali.
2. Ayat-Ayat Alkitab yang Memberikan Penghiburan
Firman Tuhan memberikan penghiburan yang mendalam bagi mereka yang berduka, dengan mengingatkan akan kasih setia Allah, pengharapan dalam Kristus, dan janji kehidupan kekal. Berikut adalah beberapa ayat Alkitab yang relevan untuk menguatkan orang percaya dalam masa dukacita:
a. Mazmur 23:4
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."
John Calvin dalam komentarnya tentang Mazmur 23 menegaskan bahwa lembah kekelaman ini tidak hanya merujuk pada kematian, tetapi juga pada segala penderitaan yang dihadapi dalam hidup. Namun, Allah sebagai Gembala yang baik menyertai umat-Nya, memberikan penghiburan dan perlindungan. Ayat ini sering digunakan untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan.
b. Yohanes 14:1-3
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."
Yesus memberikan jaminan kepada murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya. Dalam pandangan Reformed, ayat ini berbicara tentang janji kekekalan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus. R. C. Sproul menyoroti bahwa rumah Bapa yang dimaksud adalah tempat persekutuan kekal dengan Allah, yang menjadi penghiburan utama bagi orang percaya ketika menghadapi kematian.
c. 2 Korintus 5:8
"Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap bersama-sama dengan Tuhan."
Ayat ini sering digunakan untuk mengingatkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi awal dari kehidupan bersama Kristus. John Piper menekankan bahwa pengharapan terbesar orang percaya adalah bersatu dengan Tuhan, yang memberikan makna kekal bahkan dalam kematian.
d. Wahyu 21:4
"Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Herman Bavinck menyebut ayat ini sebagai puncak pengharapan eskatologis orang percaya. Dalam langit dan bumi yang baru, penderitaan dan maut tidak akan ada lagi, dan Allah akan menjadi pusat sukacita kekal. Ayat ini sering digunakan untuk menguatkan mereka yang kehilangan orang yang dikasihi.
e. Roma 8:38-39
"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Teologi Reformed menekankan bahwa kasih Allah adalah dasar penghiburan yang tidak tergoyahkan. Charles H. Spurgeon menyatakan bahwa bahkan maut tidak dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus, yang memberikan keamanan kekal bagi umat-Nya.
3. Kematian dalam Kedaulatan Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa kematian, seperti halnya segala sesuatu dalam hidup, berada di bawah kedaulatan Allah. Mazmur 139:16 berkata, “Dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.”
John Calvin menegaskan bahwa Allah telah menetapkan waktu dan cara kematian setiap orang. Ini bukan untuk menimbulkan ketakutan, tetapi untuk memberikan penghiburan bahwa Allah memegang kendali atas setiap aspek kehidupan dan kematian umat-Nya.
4. Kematian dan Kebangkitan Kristus
Kematian Kristus di salib dan kebangkitan-Nya adalah inti dari pengharapan Kristen. Dalam 1 Korintus 15:54-57, Paulus menulis, “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”
R. C. Sproul menjelaskan bahwa kebangkitan Kristus memastikan bahwa maut telah dikalahkan, dan orang percaya dapat menghadapi kematian dengan pengharapan akan kebangkitan. Kematian bukan lagi musuh terakhir, tetapi pintu menuju persekutuan abadi dengan Allah.
5. Penghiburan bagi Mereka yang Berduka
Firman Tuhan memberikan penghiburan bagi mereka yang kehilangan orang yang dikasihi. Dalam 1 Tesalonika 4:13-14, Paulus menulis, “Kita tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.”
Teologi Reformed menekankan bahwa dukacita orang percaya berbeda karena mereka memiliki pengharapan dalam Kristus. Jonathan Edwards menyatakan bahwa dukacita yang disertai iman adalah bukti bahwa orang percaya bersandar pada Allah, yang memberikan kekuatan untuk menghadapi kehilangan.
6. Tanggung Jawab Gereja dalam Situasi Duka
Gereja, sebagai tubuh Kristus, memiliki peran penting dalam memberikan penghiburan bagi mereka yang sedang berduka. Dalam Roma 12:15, Paulus menasihati, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”
Herman Bavinck menekankan bahwa gereja harus menjadi komunitas yang mencerminkan kasih Kristus, mendampingi mereka yang berduka dengan doa, penghiburan firman Tuhan, dan kehadiran yang penuh kasih.
7. Kematian sebagai Pintu Menuju Kehidupan Kekal
Dalam Yohanes 11:25-26, Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Ayat ini menegaskan bahwa kematian bukan akhir, tetapi awal dari kehidupan kekal bersama Allah.
Teologi Reformed menekankan bahwa iman kepada Kristus adalah kunci untuk menerima kehidupan kekal. Kematian menjadi pengharapan, bukan ketakutan, karena orang percaya dijanjikan kehidupan dalam kemuliaan bersama Tuhan.
8. Kematian dan Panggilan untuk Bertobat
Kematian juga mengingatkan manusia akan pentingnya bertobat dan hidup bagi Allah. Dalam Mazmur 90:12, pemazmur berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
Charles Hodge menekankan bahwa kematian mengingatkan manusia akan kefanaan mereka dan pentingnya hidup dalam terang kebenaran Allah. Orang percaya dipanggil untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan iman kepada Kristus.
Kesimpulan: Kematian dalam Terang Injil
Kematian, meskipun menyakitkan, dipandang dalam teologi Reformed sebagai bagian dari rencana Allah yang berdaulat dan penuh kasih. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, maut telah dikalahkan, dan orang percaya memiliki pengharapan akan kehidupan kekal.
Ayat-ayat Alkitab memberikan penghiburan, kekuatan, dan pengharapan bagi mereka yang berduka, mengingatkan bahwa Allah menyertai umat-Nya bahkan dalam lembah kekelaman. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghadapi kematian dengan iman kepada Kristus dan hidup setiap hari untuk memuliakan Dia.
“Segala kemuliaan bagi Allah, yang memberikan pengharapan kekal kepada umat-Nya melalui kematian dan kebangkitan Kristus Yesus.”