Markus 9:33-35 Tentang Kerendahan Hati dan Pelayanan

Markus 9:33-35 Tentang Kerendahan Hati dan Pelayanan

Pengantar:

Markus 9:33-35 adalah salah satu bagian penting dalam Injil Markus yang mengajarkan nilai-nilai kerajaan Allah, khususnya tentang kerendahan hati dan pelayanan. Dalam perikop ini, Yesus menegur murid-murid-Nya yang memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka. Dia kemudian mengajarkan prinsip-prinsip utama tentang keutamaan menjadi hamba bagi semua. Artikel ini akan menguraikan perikop ini berdasarkan pandangan para pakar teologi, konteksnya, serta maknanya bagi kehidupan Kristen.

Berikut adalah teks Markus 9:33-35 (AYT):Markus 9:33. Kemudian, mereka sampai di Kapernaum. Setelah berada di rumah, Yesus bertanya kepada mereka, “Apa yang tadi kamu perdebatkan di jalan?”Markus 9:34. Namun, mereka diam, karena di jalan tadi mereka telah memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka.Markus 9:35. Lalu, Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Dia berkata kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, ia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”

A. Konteks Markus 9:33-35

1. Perjalanan Yesus ke Kapernaum

Perikop ini terjadi dalam perjalanan Yesus dan murid-murid-Nya ke Kapernaum. Dalam Injil Markus, perjalanan ini merupakan bagian dari pengajaran Yesus yang lebih mendalam kepada murid-murid-Nya tentang apa artinya mengikuti Dia.

D.A. Carson mencatat bahwa konteks ini sangat penting karena Yesus baru saja berbicara tentang penderitaan dan kematian-Nya yang akan datang (Markus 9:30-32). Namun, murid-murid justru memusatkan perhatian pada siapa yang terbesar di antara mereka, menunjukkan ketidaksediaan mereka untuk memahami jalan salib.

2. Pergulatan Murid-Murid dengan Ambisi

Perselisihan di antara murid-murid tentang siapa yang terbesar mencerminkan ambisi manusiawi mereka. Dalam budaya Yahudi pada waktu itu, status dan kehormatan sering kali menjadi ukuran utama untuk menentukan kedudukan seseorang.

Leon Morris mencatat bahwa perselisihan ini menunjukkan bahwa murid-murid masih memandang kerajaan Allah dalam kerangka kekuasaan duniawi. Mereka belum sepenuhnya memahami bahwa kerajaan Allah adalah tentang kerendahan hati dan pelayanan, bukan tentang kekuasaan atau posisi.

B. Analisis Markus 9:33-35

1. “Apa yang Tadi Kamu Perdebatkan di Jalan?” (Markus 9:33)

Yesus memulai dengan bertanya kepada murid-murid tentang apa yang mereka perdebatkan di jalan. Pertanyaan ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan informasi, karena Yesus sudah mengetahui isi hati mereka. Sebaliknya, pertanyaan ini adalah cara Yesus untuk memulai pengajaran penting tentang kerendahan hati.

William Barclay mencatat bahwa pertanyaan Yesus mencerminkan pendekatan pedagogis-Nya yang penuh kasih. Dia tidak langsung menegur mereka, tetapi mengundang mereka untuk merefleksikan sikap hati mereka sendiri.

2. “Namun, Mereka Diam” (Markus 9:34)

Murid-murid diam karena mereka merasa malu atas perdebatan mereka. Diamnya mereka menunjukkan bahwa mereka menyadari ketidakwajaran dari ambisi mereka di hadapan Yesus.

John MacArthur mencatat bahwa momen ini adalah pengingat bahwa Yesus selalu mengetahui isi hati manusia. Ketika kita dihadapkan pada kebenaran Firman Allah, respons pertama kita sering kali adalah rasa malu atau pengakuan akan kesalahan kita.

3. “Jika Seseorang Ingin Menjadi yang Pertama...” (Markus 9:35)

Yesus memberikan jawaban yang membalikkan nilai-nilai duniawi. Dia menyatakan bahwa untuk menjadi yang pertama, seseorang harus menjadi yang terakhir dan pelayan dari semuanya. Pernyataan ini sangat radikal karena bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat yang mementingkan status dan kekuasaan.

R.C. Sproul menekankan bahwa ayat ini merangkum inti dari kerajaan Allah: kebesaran sejati ditemukan dalam kerendahan hati dan pelayanan. Yesus tidak hanya mengajarkan prinsip ini, tetapi juga menjalankannya melalui kehidupan dan kematian-Nya.

C. Makna Teologis Markus 9:33-35

1. Kerendahan Hati sebagai Nilai Utama Kerajaan Allah

Yesus menunjukkan bahwa dalam kerajaan Allah, kebesaran tidak diukur oleh status atau kedudukan, tetapi oleh kerendahan hati. Menjadi yang terakhir dan pelayan berarti menempatkan kebutuhan orang lain di atas kepentingan pribadi.

Leon Morris mencatat bahwa kerendahan hati adalah ciri khas kehidupan Kristen. Ini bukan tentang merendahkan diri secara palsu, tetapi tentang mengenali kebutuhan orang lain dan melayani mereka dengan kasih.

2. Kebesaran melalui Pelayanan

Yesus mengajarkan bahwa kebesaran sejati ditemukan dalam pelayanan. Dalam masyarakat duniawi, melayani sering dianggap sebagai tanda kelemahan, tetapi dalam kerajaan Allah, melayani adalah tanda kekuatan rohani.

William Barclay mencatat bahwa ajaran ini adalah revolusioner. Dalam dunia kuno, pelayan adalah orang dengan status terendah, tetapi Yesus mengangkat pelayanan sebagai tanda kebesaran sejati.

3. Yesus sebagai Teladan Utama

Yesus sendiri adalah teladan sempurna dari ajaran-Nya. Dia, yang adalah Allah, merendahkan diri-Nya untuk melayani umat manusia dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45).

John Stott menekankan bahwa salib adalah puncak dari pelayanan Yesus. Dia mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan umat manusia, menunjukkan bahwa kebesaran sejati ditemukan dalam pengorbanan dan kasih.

D. Pandangan Para Pakar tentang Markus 9:33-35

1. William Barclay

Barclay mencatat bahwa ajaran Yesus tentang pelayanan adalah revolusioner dalam konteks budaya dunia kuno. Dia menekankan bahwa pelayanan adalah tanda kebesaran sejati, bukan kelemahan.

2. Leon Morris

Morris menekankan pentingnya kerendahan hati dalam kehidupan Kristen. Dia mencatat bahwa Yesus tidak hanya mengajarkan tentang kerendahan hati, tetapi juga mencontohkannya melalui kehidupan dan pengorbanan-Nya.

3. John MacArthur

MacArthur menyoroti bahwa Markus 9:33-35 adalah pengingat bahwa Yesus mengetahui isi hati manusia. Dia mencatat bahwa respons murid-murid menunjukkan perlunya pembaruan hati dan pikiran untuk memahami nilai-nilai kerajaan Allah.

Kesimpulan

Markus 9:33-35 adalah pelajaran penting tentang kerendahan hati dan pelayanan. Yesus mengajarkan bahwa kebesaran sejati ditemukan dalam menjadi yang terakhir dan melayani orang lain. Ajaran ini sangat kontras dengan nilai-nilai duniawi yang sering kali menempatkan status dan kekuasaan sebagai ukuran kebesaran.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani Yesus, yang adalah Gembala Agung dan Hamba yang setia. Kita harus menghindari ambisi yang tidak sehat, melayani dengan kasih, dan menjalani hidup yang mencerminkan nilai-nilai kerajaan Allah. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Kristus yang efektif di dunia ini.

Next Post Previous Post