1 Korintus 14:20: Karunia Rohani Bukan Mainan Anak-Anak yang Tidak Berpengalaman
Pengalaman:
1 Korintus 14:20 adalah sebuah peringatan keras dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani. Paulus menegur sikap kekanak-kanakan jemaat Korintus dalam menggunakan karunia rohani, khususnya karunia bahasa roh, dan mengarahkan mereka untuk menggunakan karunia-karunia tersebut dengan tujuan membangun jemaat. Artikel ini akan membahas ayat ini secara mendalam berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi, menggali konteks historis, makna teologis, dan penerapannya dalam kehidupan Kristen.
Berikut adalah teks 1 Korintus 14:20 (AYT):"Saudara-saudara, janganlah menjadi seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Dalam hal kejahatan, jadilah seperti bayi, tetapi dalam pemikiranmu jadilah dewasa."
A. Konteks Surat 1 Korintus
1. Masalah Jemaat Korintus
Jemaat Korintus adalah gereja yang diberkati dengan berbagai karunia rohani, tetapi mereka menghadapi banyak masalah, seperti perselisihan, imoralitas, dan penyalahgunaan karunia. Pasal 14 dari surat ini secara khusus berfokus pada penggunaan karunia bahasa roh dan nubuat dalam ibadah publik.
D.A. Carson mencatat bahwa jemaat Korintus sering kali menggunakan karunia bahasa roh dengan cara yang egois dan tidak bertanggung jawab. Mereka melihat karunia ini sebagai tanda spiritualitas yang tinggi, tetapi sering menggunakannya untuk pamer, tanpa memperhatikan manfaatnya bagi jemaat.
2. Tujuan Karunia Rohani
Dalam 1 Korintus 12-14, Paulus menekankan bahwa karunia rohani diberikan bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk membangun tubuh Kristus. Karunia ini harus digunakan dengan kasih (1 Korintus 13) dan dengan tujuan untuk mendidik, menasihati, dan menguatkan jemaat (1 Korintus 14:3).
B. Analisis 1 Korintus 14:20
1. “Janganlah Menjadi Seperti Anak-Anak dalam Pemikiranmu”
Paulus menegur jemaat Korintus karena sikap kekanak-kanakan mereka dalam memahami dan menggunakan karunia rohani. Mereka lebih mementingkan penampilan luar dan pengalaman emosional daripada pemahaman dan kedewasaan spiritual.
Leon Morris mencatat bahwa Paulus tidak melarang penggunaan karunia bahasa roh, tetapi ia mengecam sikap tidak dewasa yang mengabaikan tujuan utama karunia tersebut. Pemikiran yang kekanak-kanakan mencerminkan ketidakmampuan untuk memahami bagaimana karunia rohani dapat digunakan secara bertanggung jawab untuk membangun tubuh Kristus.
2. “Dalam Hal Kejahatan, Jadilah seperti Bayi”
Paulus mendorong jemaat untuk menjadi seperti bayi dalam hal kejahatan, yaitu tidak berpengalaman dalam dosa dan kejahatan. Ini adalah panggilan untuk kemurnian hati dan hidup yang berkenan kepada Allah.
William Barclay mencatat bahwa menjadi "seperti bayi" dalam kejahatan berarti memiliki hati yang tidak terkontaminasi oleh kebencian, perselisihan, dan motivasi egois. Paulus ingin jemaat Korintus bertumbuh dalam kasih dan kesucian, bukan dalam perilaku yang merusak komunitas.
3. “Dalam Pemikiranmu Jadilah Dewasa”
Paulus memerintahkan jemaat untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani. Kata “dewasa” (Yunani: teleios) mengacu pada kedewasaan penuh, baik dalam pemahaman teologis maupun dalam sikap praktis terhadap kehidupan Kristen.
John Stott menekankan bahwa kedewasaan rohani mencakup kemampuan untuk memahami kehendak Allah, menggunakan karunia rohani dengan bijaksana, dan memprioritaskan pembangunan jemaat di atas kebutuhan pribadi. Kedewasaan ini adalah hasil dari pembelajaran, refleksi, dan penerapan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Makna Teologis 1 Korintus 14:20
1. Pentingnya Kedewasaan Rohani
Ayat ini menyoroti pentingnya kedewasaan rohani dalam kehidupan orang percaya. Kedewasaan ini tidak hanya melibatkan pertumbuhan dalam pemahaman teologis, tetapi juga dalam sikap hati dan penggunaan karunia rohani.
D.A. Carson mencatat bahwa kedewasaan rohani adalah kunci untuk menggunakan karunia rohani dengan cara yang memuliakan Allah dan membangun tubuh Kristus. Tanpa kedewasaan, karunia rohani dapat disalahgunakan dan menyebabkan kekacauan dalam jemaat.
2. Kemurnian dalam Kehidupan Kristen
Paulus menyerukan kemurnian dalam kehidupan Kristen dengan mengatakan bahwa dalam hal kejahatan, jemaat harus seperti bayi. Ini mencerminkan panggilan untuk hidup yang kudus dan bebas dari dosa.
R.C. Sproul menekankan bahwa kemurnian hati adalah dasar untuk menerima hikmat dan bimbingan Roh Kudus. Orang percaya yang hidup dalam dosa akan kesulitan untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah.
3. Karunia sebagai Alat, Bukan Mainan
Paulus mengingatkan jemaat bahwa karunia rohani adalah alat untuk melayani dan membangun jemaat, bukan mainan untuk menunjukkan status spiritual atau pengalaman pribadi.
Leon Morris menegaskan bahwa karunia rohani harus digunakan dengan sikap rendah hati dan tanggung jawab. Ketika karunia digunakan dengan cara yang egois atau tidak dewasa, itu merusak tujuan utama pemberian karunia tersebut.
D. Pendapat Pakar Teologi Reformed Mengenai 1 Korintus 14:20: Karunia Rohani Bukan Mainan Anak-Anak yang Tidak Berpengalaman
1. John Calvin: Kedewasaan dalam Penggunaan Karunia
John Calvin menekankan bahwa karunia rohani harus digunakan dengan bijaksana dan penuh kasih untuk membangun tubuh Kristus. Dalam pandangan Calvin, peringatan Paulus kepada jemaat Korintus mencerminkan kurangnya kedewasaan rohani mereka. Mereka menggunakan karunia bahasa roh untuk menunjukkan keunggulan pribadi, tanpa mempertimbangkan apakah hal itu membangun jemaat.
Calvin mencatat bahwa menjadi "anak-anak dalam pemikiran" berarti bersikap egois dan tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, menjadi dewasa berarti menggunakan karunia rohani dengan tujuan yang benar, yaitu edifikasi tubuh Kristus. Calvin juga menegaskan bahwa jemaat harus menunjukkan kerendahan hati dan kasih dalam menggunakan karunia, karena semua karunia diberikan oleh Allah untuk melayani sesama.
2. R.C. Sproul: Kedewasaan dalam Akal Budi
R.C. Sproul menyoroti pentingnya kedewasaan dalam pemikiran dan akal budi sebagaimana diajarkan oleh Paulus. Sproul mencatat bahwa jemaat Korintus menunjukkan kedewasaan yang kurang karena mereka menggunakan karunia bahasa roh dengan cara yang tidak teratur dan tidak efektif untuk membangun jemaat.
Sproul menekankan bahwa ibadah Kristen melibatkan akal budi, bukan hanya emosi atau pengalaman spiritual. Ia mencatat bahwa menjadi dewasa dalam pemikiran berarti memahami tujuan dari setiap karunia rohani dan menggunakannya dengan cara yang membangun, bukan menciptakan kekacauan. Dalam pandangannya, ayat ini mengajarkan bahwa karunia rohani bukanlah alat untuk hiburan pribadi, tetapi sarana untuk melayani sesama dalam kasih.
3. Herman Bavinck: Penggunaan Karunia dalam Kasih dan Keteraturan
Herman Bavinck menekankan bahwa karunia rohani harus digunakan dalam kasih dan keteraturan. Ia mencatat bahwa jemaat Korintus, meskipun memiliki banyak karunia, sering menggunakan karunia-karunia tersebut dengan cara yang tidak bertanggung jawab, menciptakan kebingungan dalam ibadah.
Bavinck juga menyoroti pentingnya menjadi "anak-anak dalam kejahatan," yang berarti bersikap polos terhadap dosa, tetapi "dewasa dalam pemikiran," yang berarti menggunakan akal budi dan kebijaksanaan dalam pelayanan. Dalam pandangannya, ayat ini adalah pengingat bahwa karunia rohani adalah alat yang diberikan Allah untuk membangun jemaat, bukan untuk menunjukkan spiritualitas pribadi.
4. Charles Hodge: Kedewasaan dan Tanggung Jawab dalam Pelayanan
Charles Hodge menyoroti bahwa 1 Korintus 14:20 menekankan pentingnya kedewasaan dan tanggung jawab dalam penggunaan karunia rohani. Ia mencatat bahwa jemaat Korintus menggunakan karunia bahasa roh dengan cara yang kekanak-kanakan, mencari perhatian daripada melayani jemaat.
Hodge menekankan bahwa menjadi dewasa dalam pemikiran berarti memahami bahwa tujuan utama karunia rohani adalah membangun tubuh Kristus. Ia juga mencatat bahwa Paulus memuji kepolosan anak-anak dalam hal kejahatan, tetapi menegaskan bahwa kedewasaan diperlukan dalam hal pengertian dan penggunaan karunia. Dalam pandangannya, ayat ini mengajarkan prinsip penting tentang tanggung jawab rohani dalam pelayanan.
5. Michael Horton: Karunia sebagai Sarana untuk Edifikasi Jemaat
Michael Horton menekankan bahwa karunia rohani adalah sarana yang diberikan oleh Allah untuk edifikasi jemaat, bukan untuk hiburan atau kepuasan pribadi. Horton mencatat bahwa jemaat Korintus menyalahgunakan karunia bahasa roh dengan cara yang tidak membangun, menciptakan kekacauan dalam ibadah.
Horton juga mencatat bahwa kedewasaan rohani melibatkan penggunaan karunia dalam kasih dan dengan tujuan untuk melayani sesama. Dalam pandangannya, ayat ini adalah pengingat bahwa karunia rohani harus digunakan dalam keteraturan dan kebijaksanaan, dengan fokus pada kebutuhan jemaat, bukan kepentingan pribadi.
6. Sinclair Ferguson: Penggunaan Karunia dengan Bijaksana
Sinclair Ferguson menyoroti pentingnya menggunakan karunia rohani dengan bijaksana, sebagaimana diajarkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 14:20. Ferguson mencatat bahwa jemaat Korintus menunjukkan kedewasaan yang kurang karena mereka menggunakan karunia bahasa roh untuk menunjukkan status rohani mereka, bukan untuk membangun jemaat.
Ferguson juga menekankan bahwa menjadi "anak-anak dalam kejahatan" berarti bersikap polos terhadap dosa, tetapi menjadi dewasa dalam pemikiran berarti memahami bagaimana menggunakan karunia dengan cara yang sesuai dengan tujuan Allah. Dalam pandangannya, ini adalah pengingat bagi gereja untuk menggunakan karunia rohani dengan cara yang mencerminkan kasih, kebijaksanaan, dan kerendahan hati.
7. Tim Keller: Fokus pada Kasih dalam Penggunaan Karunia
Tim Keller menekankan bahwa 1 Korintus 14:20 mengajarkan pentingnya fokus pada kasih dalam penggunaan karunia rohani. Keller mencatat bahwa jemaat Korintus menggunakan karunia bahasa roh dengan cara yang tidak teratur dan tidak memperhatikan kebutuhan jemaat.
Keller juga mencatat bahwa menjadi dewasa dalam pemikiran berarti memahami bahwa karunia rohani adalah alat untuk melayani orang lain, bukan untuk membangun status spiritual pribadi. Dalam pandangannya, ayat ini adalah pengingat bahwa kasih harus menjadi prinsip utama dalam menggunakan karunia rohani, sehingga semua yang dilakukan dalam ibadah dapat membangun tubuh Kristus.
Kesimpulan
1 Korintus 14:20 adalah peringatan bagi jemaat Korintus, dan juga bagi kita, untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani dan menggunakan karunia rohani dengan bijaksana. Paulus menegur sikap kekanak-kanakan jemaat Korintus dan mendorong mereka untuk mengutamakan pemahaman, kemurnian, dan kasih dalam kehidupan Kristen.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencari kedewasaan rohani, hidup dalam kemurnian, dan menggunakan karunia kita untuk membangun jemaat dan memuliakan Allah. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Kristus yang efektif dan membawa dampak positif bagi tubuh Kristus.