IBADAH YANG SEJATI (MAZMUR 50)

Pdt. DR. Billy Kristanto.
IBADAH YANG SEJATI (MAZMUR 50)
Lembaga Alkitab Indonesia memberikan judul “Ibadah yang Sejati” untuk Mazmur ini, sementara salah satu terjemahan Inggris judulnya “Allah sendiri adalah Hakim”. Dua hal ini memang saling berkaitan: pengenalan akan Allah sebagai hakim dan sikap ibadah yang benar. Orang yang tidak memiliki pengertian akan kemahakuasaan Allah akan cenderung mengabaikan-Nya dengan sikap ibadah yang sembarangan.

Mengenal Allah dalam kemahakuasaan-Nya akan memberikan sikap hormat kepada-Nya.

Gambaran kengerian dan kedahsyatan Allah ini kurang populer agaknya dalam pemahaman orang Kristen. Kita lebih suka gambaran Allah yang penuh kasih, selalu menerima kita apa adanya, memperhatikan kebutuhan kita, menolong kita pada waktu kesesakan, dan seterusnya. Memang gambaran ini tentu tidak salah, namun hanyalah sebagian kebenaran tentang Allah. Mazmur ini justru menggambarkan Allah yang datang dan “di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat” (Mazmur 50:3).

Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya (Mazmur 50:4)

Allah datang untuk menghakimi umat-Nya (ayat 4). Ya, umat-Nya, bukan orang-orang kafir. Kita cenderung meletakkan diri kita di luar penghakiman Allah, dan diam-diam di dalam hati kita berharap bahwa Allah akan menghakimi orang-orang kafir. Namun pemikiran ini salah, karena Allah terlebih dahulu akan menghakimi umat-Nya sendiri. Allah justru akan menghakimi dan menegur orang-orang yang masih dikasihi-Nya, selama mereka masih hidup dalam dunia ini. Kita justru harus bersyukur jika selama hidup, masih ada teguran dan penghakiman dari Allah. Orang yang menolak penghakiman selagi masih hidup akan menerima penghakiman yang kekal pada hari terakhir dan tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat.

“Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!” (Mazmur 50: 5)

Ada apa dengan korban sembelihan mereka, dengan ibadah mereka? Mereka memiliki sikap yang keliru dalam mempersembahkan korban kepada Allah;  seolah-olah
mereka sedang membantu, menolong, dan mengasihani Allah. Allah tidak perlu ditolong dan dikasihani. Ia juga sebenarnya tidak membutuhkan korban kita karena segala sesuatu di bumi ini adalah milik-Nya: “Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan ... apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (ayat 9-12). Lalu apa yang Allah minta dari umat-Nya?

Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Maha tinggi! (Mazmur 50:14)

Allah menghendaki korban ucapan syukur (ayat 14). Orang yang memberi persembahan kepada Allah tidak tentu melakukannya karena ucapan syukur. Ajaran Alkitab menuntun kita untuk menjaga sikap hati kita dan bukan hanya puas diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan secara lahiriah saja. Ada orang yang memberi persembahan bukan karena bersyukur kepada Allah, melainkan justru karena mau mengharapkan sesuatu dari Allah.

APA ARTINYA BERSYUKUR?

Bersyukur itu berarti kita merespons yang telah kita terima terlebih dahulu. Ada orang yang memberi hadiah kepada saya, lalu saya bilang “terima kasih”. Itu namanya bersyukur. Kalau saya memberi

persembahan kepada Allah dengan tujuan supaya menerima berkat Allah lebih besar lagi, itu namanya bukan bersyukur melainkan menyuap/ menyogok Allah. Persembahan kepada Allah itu adalah ucapan syukur terhadap apa yang sebelumnya telah kita terima dari Allah. Pemberian Allah yang terbesar yaitu Yesus Kristus yang diberikan untuk keselamatan kita. Allah juga menghendaki supaya kita membayar nazar kita kepada Allah.

APA ARTINYA MEMBAYAR NAZAR?

Ini berarti kita tidak sembarangan berjanji kepada Allah tapi kemudian tidak menggenapinya. Sikap hormat kepada Allah itu berarti kita harus menepati janji kita, seperti Allah juga selalu menepati janji Firman-Nya. Allah tidak pernah ingkar janji, Ia selalu setia, maka demikian pula kita seharusnya seperti Allah. Itu berarti kita menghormati dan menjaga perjanjian kita (covenant) dengan Allah. Allah juga menghendaki agar kita bergantung kepada-Nya.

“Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50: 15)

Kita bukan saja bergantung kepada Allah ketika kita berseru kepada-Nya, melainkan juga membangun hubungan/ relasi kasih dengan Allah. Kita memperhitungkan Allah sebagai sahabat dan penolong kita. Seperti sudah kita katakan di atas, gambar Allah sebagai penolong memang bukanlah sebuah gambar yang salah. Namun, apa artinya mengenal Allah sebagai penolong pada waktu kesesakan? 

Ayat ini jelas mengatakan bahwa itu berarti ketika kita telah diluputkan, kita akan dibawa pada sikap memuliakan Allah. Tujuan pertolongan Allah bukan berhenti pada kita yang mengalami pertolongan-Nya. Tujuan pertolongan Allah adalah agar Allah sendiri dimuliakan. Inilah ibadah yang sejati: bukan berakhir pada kita mencari pertolongan Allah, melainkan pada pemuliaan diri Allah.

Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? (Mazmur 50: 16-17)

Orang fasik bisa secara lahiriah terlihat seperti menyelidiki Firman Allah, menyebut-nyebut perjanjian Allah dengan mulutnya (Mazmur 50:16). Namun, kenyataannya orang itu tidak bersedia ditegur dan menghina Firman Allah (Mazmur 50:17). Orang seperti ini menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Hatinya keras tidak dapat menerima kritik. Ada saatnya Allah menegur kita secara tidak langsung melalui teguran orang lain.


Kita sering kali memiliki kecenderungan lebih sulit ditegur oleh manusia daripada ditegur langsung oleh Allah. Allah tentu saja dapat menegur kita secara langsung ketika kita membaca Firman-Nya, atau melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami. Namun Allah juga boleh dan bisa menegur kita melalui sesama kita. Orang fasik terlihat beribadah kepada Allah namun sesungguhnya tidak memiliki kerendahan hati untuk dikoreksi dan dididik oleh kebenaran. Ia juga suka berkawan dengan orang-orang jahat (ayat 18) sementara ia sendiri juga melakukan kejahatan (Mazmur 50:19). 

Ia suka memfitnah (Mazmur 50:20), mungkin supaya ia terlihat lebih baik daripada orang yang dia jelek-jelekkan. Ia tidak menghargai Allah dengan menganggap Allah sederajat dengannya, yaitu seolah Allah tidak sanggup menghukum dan menghakiminya (Mazmur 50: 21). Inilah gambaran orang yang melupakan Allah (Mazmur 50:22).

Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. (Mazmur 50: 22)

Sebaliknya, mereka yang beribadah dengan sikap yang benar berjalan di jalan yang jujur (ayat 23). Orang yang berlaku fasik tidak mungkin dapat memberikan korban ucapan syukur. Korban seperti itu tentu tidak akan diterima oleh Allah. Ia sendiri tidak diselamatkan kecuali ia bertobat dari ibadah yang palsu. Namun, mereka yang dengan jujur mempersembahkan syukur sebagai korban, kepada mereka akan diperlihatkan keselamatan yang dari Allah (Mazmur 50: 23). 

Mereka akan melihat keselamatan itu secara sempurna ketika berjumpa dengan Allah. Selama berada di dunia, mereka merespons dengan benar keselamatan yang telah mereka terima di dalam Yesus Kristus, dengan hidup ibadah yang dipenuhi ucapan syukur kepada Allah. Tuhan menolong kita.

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


 IBADAH YANG SEJATI (MAZMUR 50)
Next Post Previous Post