1 Korintus 10:15-17: Tiga Dimensi Persekutuan Gereja

1 Korintus 10:15-17: Tiga Dimensi Persekutuan Gereja
Pendahuluan: Persekutuan Sebagai Inti Kehidupan Gereja

Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus sering menekankan pentingnya persekutuan di antara orang percaya. 1 Korintus 10:15-17 adalah salah satu bagian penting di mana Paulus menjelaskan arti mendalam dari persekutuan yang didasarkan pada simbol-simbol sakramental: cawan (anggur) dan roti 
dalam Perjamuan Kudus.

Ayat-ayat ini mengungkapkan tiga dimensi penting dari persekutuan dalam gereja, yang melibatkan hubungan dengan Kristus, hubungan dengan sesama anggota gereja, dan panggilan untuk bersatu sebagai satu tubuh. Persekutuan ini, menurut Paulus, adalah fondasi kehidupan gereja dan merupakan cerminan langsung dari karya Kristus di salib.

“Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan. Bukankah cawan pengucapan syukur yang atasnya kita mengucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1 Korintus 10:15-17, TB)

I. Persekutuan dengan Darah Kristus: Kehidupan dalam Penebusan

"Bukankah cawan pengucapan syukur yang atasnya kita mengucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus?" (1 Korintus 10:16a)

Dalam Perjanjian Baru, cawan sering kali melambangkan pengorbanan Kristus di kayu salib. Darah-Nya yang dicurahkan adalah tanda perjanjian baru (Matius 26:28). Ketika Paulus menyebut cawan dalam Perjamuan Kudus sebagai “persekutuan dengan darah Kristus,” ia menekankan bahwa orang percaya yang minum dari cawan itu sedang memasuki persekutuan yang mendalam dengan karya penebusan Kristus.

1. Pengertian Teologis tentang Darah Kristus

Darah Kristus adalah lambang utama dari penebusan dosa (Ibrani 9:22). Para teolog seperti John Calvin menekankan bahwa melalui darah Kristus, orang percaya menerima pengampunan dosa dan didamaikan dengan Allah. Cawan dalam Perjamuan Kudus adalah pengingat bahwa kita tidak lagi hidup dalam dosa, melainkan dalam anugerah yang telah diberikan melalui kematian Kristus.

2. Persekutuan yang Membawa Kehidupan Baru

Persekutuan dengan darah Kristus adalah persekutuan yang membawa hidup. Yesus berkata, “Barangsiapa minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yohanes 6:54). Ini bukan hanya simbol, tetapi undangan untuk hidup dalam realitas penebusan yang diberikan oleh Kristus.

Renungan bagi kita: ketika kita mengambil bagian dalam cawan Perjamuan Kudus, kita diingatkan bahwa kita hidup bukan karena usaha kita sendiri, tetapi karena karya Kristus yang telah menyelamatkan kita.

II. Persekutuan dengan Tubuh Kristus: Hidup dalam Kesatuan

"Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?" (1 Korintus 10:16b)

Persekutuan dengan tubuh Kristus mengacu pada dua hal: persekutuan dengan tubuh fisik Yesus yang dikorbankan di salib, dan persekutuan dengan tubuh spiritual Kristus, yaitu gereja. Roti dalam Perjamuan Kudus melambangkan tubuh Yesus yang telah dihancurkan untuk menyelamatkan manusia.

1. Tubuh Kristus yang Dikurbankan

Ketika Paulus menyebut roti sebagai simbol tubuh Kristus, ia merujuk pada pengorbanan Yesus di kayu salib. Tubuh Kristus yang dipersembahkan di salib menjadi dasar bagi kehidupan orang percaya. Para teolog seperti J.I. Packer menegaskan bahwa dengan mengambil bagian dalam roti, kita mengidentifikasi diri dengan kematian Kristus dan menerima anugerah keselamatan-Nya.

2. Tubuh Kristus yang adalah Gereja

Roti yang dimakan oleh orang percaya juga melambangkan tubuh Kristus yang adalah gereja. Paulus menekankan dalam ayat 17 bahwa karena roti itu hanya satu, maka semua orang percaya, meskipun berbeda-beda, adalah satu tubuh.

Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kesatuan. Orang percaya tidak hanya bersatu dengan Kristus, tetapi juga dengan sesama anggota gereja. Kesatuan ini melampaui perbedaan etnis, sosial, atau budaya. Para teolog seperti Dietrich Bonhoeffer mengingatkan bahwa persekutuan gereja adalah cerminan langsung dari kasih Allah.

Renungan bagi kita: Persekutuan dengan tubuh Kristus memanggil kita untuk hidup dalam kasih dan kesatuan. Ketika kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, kita diingatkan bahwa kita adalah bagian dari satu keluarga besar dalam Kristus.

III. Persekutuan sebagai Satu Tubuh: Kesatuan dalam Kristus

"Karena roti itu hanya satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu." (1 Korintus 10:17)

Ayat ini menyoroti dimensi sosial dan komunal dari Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus bukan hanya pengalaman individu, tetapi juga pengalaman bersama sebagai satu tubuh Kristus. Paulus menekankan bahwa karena semua orang percaya mengambil bagian dalam roti yang satu, mereka adalah satu tubuh.

1. Kesatuan yang Didasarkan pada Kristus

Kesatuan gereja tidak didasarkan pada kesamaan budaya, bahasa, atau status sosial, tetapi pada Kristus. Dalam Efesus 4:4-6, Paulus berkata bahwa gereja adalah satu tubuh dengan satu Roh, satu Tuhan, dan satu iman. Kesatuan ini adalah cerminan dari karya Kristus yang mempersatukan umat-Nya.

2. Tantangan dalam Hidup Berkomunitas

Namun, kesatuan dalam tubuh Kristus seringkali menghadapi tantangan. Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus menghadapi masalah perpecahan dan egoisme (1 Korintus 1:10-13). Kesatuan dalam Kristus adalah panggilan untuk mengesampingkan ego dan hidup saling melayani.

3. Kesaksian bagi Dunia

Kesatuan gereja juga memiliki dampak misioner. Yesus berdoa agar umat-Nya menjadi satu, supaya dunia percaya bahwa Dia diutus oleh Bapa (Yohanes 17:21). Kesatuan gereja adalah kesaksian tentang kasih Allah kepada dunia.

Renungan bagi kita: Kita dipanggil untuk hidup dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus. Ketika kita mengambil bagian dalam roti yang satu, kita diingatkan bahwa kita tidak hidup sendiri, tetapi sebagai bagian dari keluarga Allah.

IV. Implikasi Praktis Persekutuan Gereja

  1. Persekutuan dengan Kristus sebagai Dasar Hidup:
    Hidup orang percaya dimulai dari persekutuan dengan Kristus. Melalui Perjamuan Kudus, kita diingatkan untuk selalu tinggal dalam Kristus dan hidup dalam anugerah-Nya.

  2. Hidup dalam Kasih dan Kesatuan:
    Persekutuan dengan tubuh Kristus memanggil kita untuk hidup dalam kasih kepada sesama anggota gereja. Kita dipanggil untuk mengesampingkan perpecahan dan hidup sebagai satu tubuh.

  3. Kesaksian bagi Dunia:
    Gereja yang hidup dalam persekutuan menjadi saksi bagi dunia. Kasih dan kesatuan yang terlihat dalam gereja adalah bukti nyata dari karya Kristus.

  4. Persekutuan yang Berpusat pada Pengorbanan:
    Persekutuan gereja harus selalu berpusat pada karya pengorbanan Kristus. Tanpa Kristus, persekutuan itu kehilangan maknanya.

Penutup: Persekutuan yang Memuliakan Kristus

1 Korintus 10:15-17 mengajarkan kita bahwa gereja dipanggil untuk hidup dalam persekutuan yang mencerminkan kasih, kesatuan, dan pengorbanan Kristus. Perjamuan Kudus adalah pengingat akan tiga dimensi persekutuan: persekutuan dengan darah Kristus (hubungan dengan Allah), persekutuan dengan tubuh Kristus (kesatuan dengan sesama), dan hidup sebagai satu tubuh (kesaksian bagi dunia).

Baca Juga: 1 Korintus 10:12-14: Peringatan terhadap Kesombongan dan Berhala

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam persekutuan ini setiap hari. Dengan demikian, gereja bukan hanya menjadi komunitas sosial, tetapi juga menjadi tubuh Kristus yang hidup, bergerak, dan memuliakan Allah.

Next Post Previous Post