EKSPOSISI INJIL LUKAS PASAL 1-4
I) Penulis Injil Lukas:
1) Tidak ada bukti hitam di atas putih bahwa Lukas adalah penulis Injil ini. Ini berbeda dengan surat-surat Paulus, yang secara jelas mengatakan bahwa Paulus adalah penulisnya. Tetapi tradisi (cerita yang diturunkan turun temurun dari mulut ke mulut) mengatakan bahwa Lukas adalah penulis Injil ini. Hal-hal yang dijadikan dasar adalah:
Dari Lukas 1:1-4 dan Kisah Para Rasul 1:1-2 terlihat dengan jelas bahwa Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh orang yang sama (dan juga ditujukan kepada orang yang sama). Selanjutnya dari istilah ‘kami’ yang digunakan dalam Kitab Kisah Para Rasul (Kis 16:10 20:5 dsb), terlihat bahwa penulisnya adalah teman seperjalanan Paulus. Ini cocok dengan diri Lukas yang memang sering menyertai Paulus dalam perjalanannya.
adanya istilah-istilah / bahasa kedokteran yang dipakai dalam Injil Lukas maupun kitab Kisah Para Rasul, dan juga fakta menunjukkan bahwa penulis Injil ini lebih teliti dari Matius ataupun Markus pada waktu menggambarkan suatu penyakit.
Misalnya:
istilah ‘kuatlah kaki dan mata kaki orang itu’ (Kis 3:7b).
istilah ‘demam keras’ (Lukas 4:38 bdk. Mat 8:14 Markus 1:30).
istilah ‘penuh kusta’ (Lukas 5:12 bdk. Mat 8:2 Mark 1:40).
istilah ‘seorang yang mati tangan kanannya’ (Luk 6:6 bdk. Mat 12:10 Mark 3:1).
istilah ‘putus telinga kanannya’ (Luk 22:50 bdk. Mat 26:51 Markus 14:47).
Semua ini cocok dengan diri Lukas yang adalah seorang tabib.
2) Lukas adalah seorang tabib (Kolose 4:14).
Paulus tidak pernah mengecam Lukas dalam hal ini, dan ini menunjukkan bahwa kekristenan tidak mengecam dokter ataupun obat!
3) Lukas bukanlah orang Yahudi.
Ini terlihat dari Kol 4:10-11,14 dimana Paulus membedakan antara 3 teman Yahudinya (Kol 4:10-11 - ‘mereka yang bersunat’) dan Lukas (Kol 4:14).
Dengan demikian, Lukas adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan Yahudi.
II) Penerima Injil Lukas: Theofilus:
1) Dalam Kitab Suci Indonesia istilah ‘Theofilus yang mulia’ diletakkan da-lam Lukas 1: 1, tetapi sebetulnya adalah seperti dalam terjemahan Inggris, di-mana istilah itu diletakkan pada akhir Lukas 1: 3.
2) Siapakah Theofilus itu?
Ada penafsir yang berpendapat bahwa ‘Theofilus’ bukanlah nama sese-orang, tetapi maksudnya adalah ‘orang-orang kristen’.
Alasannya:
Tidak mungkin Lukas menuliskan Injilnya hanya untuk satu orang saja.
Theofilus berasal dari 2 kata Yunani, yaitu THEOS (= God / Allah) dan PHILIA (= love / kasih), sehingga ‘Theofilus’ = God-lover / God-beloved / a friend of God (= pecinta Allah / orang yang dicintai Allah / sahabat Allah).
Jawaban terhadap hal ini:
a) Pauluspun menuliskan beberapa suratnya (seperti Timotius, Titus, Filemon) hanya untuk satu orang saja. Karena itu apa anehnya kalau Lukas menuliskan Injilnya untuk satu orang saja?
b) Kata ‘mu / engkau’ (Lukas 1: 3-4) dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk singular / tunggal. Kalau ‘Theofilus’ menunjuk pada ‘orang-orang kristen’ maka pasti Lukas menggunakan ‘mu / engkau’ dalam bentuk plural / jamak.
c) Adanya sebutan ‘yang mulia’ (ay 1), tidak memungkinkan bahwa istilah ‘Theofilus’ menunjuk kepada orang-orang kristen. Tidak ada alasan bagi Lukas untuk menyebut orang-orang kristen dengan sebutan ‘yang mulia’.
3) Sebutan ‘Theofilus yang mulia’:
Dari sebutan ‘yang mulia’ ini kita bisa menyimpulkan bahwa Theofilus adalah orang yang mempunyai jabatan tinggi.
a) Ini bukanlah sesuatu yang aneh pada jaman itu, dan karena itu istilah ini tidak menunjukkan Lukas sebagai orang yang menjilat. Bandingkan dengan Kis 26:25 dimana Paulus menyebut Festus dengan istilah ‘Festus yang mulia’. Ini menggunakan kata Yunani yang sama.
b) Sebutan ini menunjukkan adanya sopan santun! Dan ini menunjukkan bahwa orang kristen harus sopan (bdk. 1Kor 13:5 - ‘tidak melakukan yang tidak sopan’).
Ada gereja-gereja Liberal yang mengabaikan Injil dan doktrin, tetapi hanya menekankan ajaran moral dan etika. Ini tentu salah. Tetapi orang kristen yang injili seringkali jatuh pada extrim satunya, yaitu hanya menekankan Injil dan doktrin, tetapi mengabaikan moral dan etika, sehingga menjadi orang yang tak tahu sopan santun. Ini tentu juga salah, karena akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Tetapi kalau kita melihat pada Kis 1:1, maka pada waktu Lukas menu-liskan Kisah Rasul kepada orang yang sama, ia tidak lagi menggunakan istilah ‘yang mulia’ ini. Ada orang yang berkata bahwa ini disebabkan karena pada saat itu Theofilus telah bertobat dan menjadi orang kristen, gara-gara membaca Injil Lukas ini.
III) Alasan dan tujuan penulisan Injil Lukas:
1) Adanya orang-orang tertentu yang menuliskan ‘Injil’.
‘Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepa-da kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman’ (Lukas 1: 1-2).
a) ‘peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita’ (ay 1).
Kata Yunani yang oleh Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘telah ter-jadi’, diterjemahkan bermacam-macam:
NASB/RSV: accomplished (= telah terjadi).
NIV: fulfilled (= digenapi).
KJV: surely believed (= dipercaya dengan pasti).
Calvin menerima terjemahan KJV dan mengatakan bahwa istilah ini menunjuk pada hal-hal yang diketahui dengan pasti / tanpa keraguan.
Kata Yunaninya adalah PEPLEROPHOREMENON, suatu participle yang berasal dari kata dasar PLEROPHOREO, yang berasal dari 2 kata Yunani, yaitu PLERES [= full (= penuh / lengkap)] + PHOREO / PHERO [= to bring (= membawa)]. Jadi artinya adalah to bring to fulness / to fulfill (= menggenapi).
Memang istilah ini bisa diartikan to be fully convinced (= diyakinkan sepenuhnya) seperti dalam Ro 14:5, tetapi itu kalau istilah ini dituju-kan kepada manusia. Di sini istilah ini ditujukan pada peristiwa, sehingga lebih cocok diterjemahkan fulfilled (= digenapi).
Hendriksen menerima terjemahan fulfilled, dan lalu berkata:
“It is clear from Luke’s entire Gospel that he regards history not as the sum total of chance occurrences, or as the result of a series of fortuitous circumstances, but as the fulfilment of the divine plan; hence also of prophecy” (= Adalah jelas dari seluruh Injil Lukas bahwa ia menganggap sejarah bukan sebagai jumlah dari kejadian-kejadian yang bersifat kebetulan, atau sebagai hasil dari suatu seri keadaan-keadaan yang bersifat kebetulan, tetapi sebagai penggenapan rencana ilahi; karenanya juga penggenapan nubuat).
Bdk. Lukas 1:45,54-55,69-70 2:38 3:3-6 4:21,43 7:20 9:22,44 12:50 18:31-33 19:41-44 24:25-28,44-49.
Hendriksen berkata lagi:
“It is comforting to know that history - including that of our own lives - is the fulfilment of God’s plan. This does not cancel human responsibility” (= Adalah sesuatu yang menghibur kalau kita tahu bahwa sejarah - ter-masuk sejarah hidup kita sendiri - adalah penggenapan rencana Allah. Ini tidak membatalkan / membuang tanggung jawab manusia).
b) Orang-orang tertentu lalu menuliskan peristiwa-peristiwa itu dan me-nyebarkan tulisan-tulisan mereka (Lukas 1: 2).
mereka ini disebut sebagai ‘saksi mata dan pelayan Firman’.
‘Firman’ di sini tidak menunjuk kepada Yesus, tetapi pada Injil.
mereka disebut ‘saksi mata’ karena mereka menerima Firman / Injil. Setelah itu mereka menjadi ‘pelayan Firman’ dimana mereka memberitakan Firman / Injil itu.
Ini orang kristen yang benar, setelah menerima Firman / Injil lalu memberitakan Firman / Injil! Bagaimana dengan saudara?
mereka ini bukanlah Matius atau Markus, dan lebih-lebih pasti bu-kan Yohanes, yang menuliskan Injil Yohanes setelah Lukas menu-liskan Injilnya.
2) Tulisan-tulisan ini bukannya tulisan yang sesat, dan karena itu Lukas tidak menyerang orang-orang tersebut (misalnya dengan menyebut mereka nabi palsu / pengajar sesat dsb).
Tetapi rupa-rupanya tulisan-tulisan itu kurang akurat dan / atau kurang lengkap, sehingga Lukas, yang tidak mau Injil diselewengkan sedikitpun, lalu menyelidiki dengan seksama dan lalu membukukannya dengan teratur (ay 3).
a) William Hendriksen:
“The Christian religion is not a matter of ‘cunning devised myths’ (2Pet 1:16), but rests on solid, historical fact” [= agama kristen bukanlah per-soalan ‘dongeng-dongeng yang direncanakan dengan licik / cerdik’ (2Pet 1:16), tetapi berlandaskan pada fakta historis yang kuat / kokoh].
Bandingkan ini dengan pandangan Liberal, teori Demythologizing dari Bultmann, yang mengatakan bahwa ada banyak dongeng dalam Kitab Suci, seperti Kej 1-11, cerita-cerita tentang mujijat-mujijat dalam ke-empat Kitab Injil, dsb. Kalau memang ini benar, untuk apa Lukas susah-susah menyelidiki fakta sejarah yang benar dan lalu membuku-kannya?
b) ‘Lukas menyelidiki dan lalu menuliskan’ dan ‘Lukas diilhami Roh Kudus pada waktu menulis’ bukanlah 2 hal yang kontradiksi.
Banyak orang berpendapat bahwa kalau pendeta belajar buku theo-logia / tafsiran dan lalu menyusun khotbah, maka itu adalah ‘firman dari manusia’. Kalau mau yang dari Tuhan, maka kita hanya perlu berdoa untuk meminta pimpinan Roh Kudus.
Tetapi ternyata disini pada waktu Lukas menulis Firman Tuhan / Kitab Suci (bukan sekedar khotbah!), ia menyelidikinya lebih dulu!
William Barclay:
“No one would deny that the gospel of Luke is an inspired document; and yet Luke begins by affirming that it is the product of the most careful historical research. God’s inspiration does not come to the man who sits with folded hands and lazy mind and only waits, but to the man who thinks and seeks and searches” (= tidak seorangpun yang menyangkal bahwa Injil Lukas adalah suatu dokumen yang diilhamkan; dan sekalipun demikian Lukas memulainya dengan menegaskan bahwa Injil ini adalah hasil dari penyelidikan sejarah yang paling teliti. Pengilhaman Allah tidak datang kepada orang yang duduk dengan tangan dilipat dan pikiran yang malas dan hanya menunggu, tetapi kepada orang yang berpikir dan mencari dan menyelidiki).
Catatan:
Kata-kata Barclay ini tidak bisa diberlakukan secara mutlak. Tentu tidak berarti bahwa semua orang yang mencari dan menyelidiki lalu mendapatkan ilham. Juga tidak semua orang yang mendapatkan ilham mendapatkannya setelah mencari dan menyelidiki.
Tetapi sekalipun demikian kita tetap bisa mendapatkan inti dari kata-kata Barclay ini, yaitu bahwa kalau kita ingin mendapatkan kebenaran dari Tuhan, tidak cukup bagi kita untuk hanya berdoa dan menunggu. Kita juga harus mau berusaha dengan belajar, berpikir, merenungkan Firman Tuhan dsb.
c) ‘dengan teratur’.
Jangan mengartikan ini sebagai ‘chronologis / sesuai dengan urut-urutan waktu’. Tidak ada satu buku sejarahpun yang benar-benar chronologis, karena kalau demikian, justru akan terjadi kekacauan. Memang secara umum, Injil Lukas ini cukup chronologis, tetapi tidak mutlak.
Jadi, yang dimaksud dengan ‘dengan teratur’ di sini adalah penyu-sunan topik-topiknya.
3) Lukas lalu mengirimkan Injil Lukas ini kepada Theofilus supaya Theofilus mendapatkan pengertian yang pasti / tepat.
Ini terlihat dari ay 4. Tetapi ay 4 dalam versi Kitab Suci Indonesia ini sa-lah terjemahan. Dalam ay 4 versi Kitab Suci Indonesia kelihatannya bahwa semua yang diterima oleh Theofilus selama ini sudah benar, dan Lukas menuliskan Injilnya ini supaya Theofilus makin yakin akan hal itu. Tetapi bandingkan dengan terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
NIV: ‘so that you may know the certainty of the things you have been taught’ (= supaya kamu bisa mengetahui kepastian dari hal-hal yang telah diajarkan kepadamu) - ini mirip dengan KJV.
NASB: ‘so that you may know the exact truth about the things you have been taught’ (= supaya kamu bisa mengetahui kebenaran yang persis tentang hal-hal yang telah diajarkan kepadamu) - ini mirip dengan RSV.
a) ‘The things you have been taught’ (= hal-hal yang telah diajarkan ke-padamu).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘you have been taught’ adalah KATECHETHES, dari mana kata ‘Catechism’ (= katekisasi / pelajaran dasar) diturunkan. Kata Yunani itu juga digunakan dalam Kis 18:25 Ro 2:18 Gal 6:6a.
Katekisasi / pelajaran dasar adalah sesuatu yang penting! Lukas tidak mau membiarkan dasar dari Theofilus itu miring sekalipun hanya se-dikit.
b) ‘So that you may know the certainty / the exact truth’ (= supaya kamu bisa mengetahui kepastian / kebenaran yang persis).
Ini menunjukkan bahwa ada hal-hal yang kurang akurat dalam peng-ajaran yang diterima oleh Theofilus selama ini, dan Lukas menuliskan Injilnya dan mengirimkannya kepada Theofilus untuk mengoreksi ke-salahan-kesalahan itu.
tahu tentang kebenaran adalah sesuatu yang vital! Karena itu maulah belajar Firman Tuhan, datang dalam Pemahaman Alkitab, belajar makalah / cassette dsb.
gereja membutuhkan ajaran yang sangat ketat / akurat! Karena itu maulah belajar yang njlimet / sukar!
Jangan berkata: ‘Saya toh bukan pendeta, jadi tak perlu belajar terlalu akurat / njlimet’! Ingat bahwa Theofilus juga bukan pendeta, tetapi toh Lukas menganggap perlu bahwa ia mempunyai pe-ngertian yang akurat.
LUKAS 1:5-25
I) Zakharia dan Elisabet:
1) Zakharia dan Elisabet hidup pada jaman Herodes (Lukas 1: 5).
Bahwa Lukas menyebut tentang Herodes (Catatan: ini adalah Herodes yang Agung), menunjukkan bahwa ia memperhatikan fakta sejarah! Jelas bahwa para penulis Kitab Suci tidak menganggap remeh fakta sejarah se-hingga menuliskannya dengan sembarangan. Bandingkan dengan pan-dangan golongan Liberal yang mengatakan bahwa dalam hal sejarah, letak geografis dsb, Kitab Suci bisa salah. Jelas bahwa pandangan se-perti ini tidak bisa dipertanggungjawabkan.
2) Zakharia dan Elisabet adalah keturunan Harun, dan Zakharia adalah seorang imam (ay 5).
a) Perlu diketahui bahwa semua keturunan Harun yang laki-laki secara otomatis menjadi imam. Akibatnya, ada terlalu banyak imam, sehingga akhirnya imam-imam itu dibagi menjadi 24 rombongan (1Taw 24:1-18), dan tiap rombongan mencapai hampir 1000 imam. Pada waktu kembali dari pembuangan Babilonis, hanya 4 rombongan imam yang tersisa (Ezra 2:36-39), tetapi 4 rombongan ini lalu dibagi lagi menjadi 24 rombongan dengan nama-nama yang sama.
Zakharia termasuk rombongan yang disebut Abia (ay 5).
b) Pelayanan imam.
Hanya 3 hari raya (Paskah, Pentakosta dan Pondok Daun) dimana semua imam melayani. Pada hari-hari biasa, dalam satu tahun setiap rombongan imam hanya melayani sebanyak 2 periode, dan masing-masing periode lamanya 1 minggu.
Dalam ay 9 dikatakan bahwa Zakharia melakukan tugas keimaman, yaitu membakar ukupan dalam Bait Allah. Siapa yang mendapat kehormatan untuk melakukan tugas ini, ditentukan dengan undian (ay 9). Dan ini hanya bisa dialami seorang imam sekali dalam seumur hidupnya.
c) Dari sini terlihat bahwa Zakharia adalah seorang yang melayani Tuhan.
3) Zakharia dan Elisabet adalah orang yang saleh / hidup benar (Lukas 1: 6).
a) Hanya beberapa orang dalam Kitab Suci yang diberi predikat seperti ini, seperti Nuh (Kej 6:9), Ayub (Ayub 1:1,8 2:3), Simeon (Lukas 2:25). Untuk Maria, yang oleh gereja Roma Katolik dianggap suci murni, Kitab Suci tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saleh’, ‘benar’, apalagi ‘tidak bercela’ atau ‘suci’!
b) Sebutan ‘benar’ dan ‘tidak bercacat’ ini tidak boleh diartikan bahwa mereka betul-betul suci murni. Alasannya:
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, semua manusia lahir / dikandung dalam dosa / mempunyai dosa asal (Ayub 25:4 Mazmur 51:7).
Ro 3:10-12,23 dan banyak ayat-ayat lain mengatakan bahwa semua manusia berdosa.
Kitab Suci hanya mengakui adanya satu orang yang betul-betul suci yaitu Yesus Kristus sendiri (2Kor 5:21 Ibr 4:15 Ibr 7:26 1Pet 2:22 1Pet 3:18 1Yoh 3:5). Ini dimungkinkan karena Yesus dilahirkan oleh seorang perawan yang mengandung dari Roh Kudus, sehingga Ia adalah Allah dan manusia sekaligus dalam satu pribadi.
Jadi, sebutan ‘benar’ dan ‘tidak bercacat’ hanya menunjukkan bahwa Zakharia dan Elisabet merupakan orang-orang yang sangat saleh.
II) Problem / penderitaan mereka:
Problem / penderitaan mereka ada dalam Lukas 1: 7, yaitu mereka tidak mem-punyai anak.
Beberapa hal yang penting sehubungan dengan hal ini:
1) Tidak mempunyai anak adalah sesuatu yang sangat hina pada jaman itu.
Perhatikan bahwa dalam ay 25 hal itu disebut sebagai ‘aib’ [NIV / NASB: disgrace (= sesuatu yang memalukan, mencemarkan)].
William Barclay berkata:
“Jewish Rabbis said that 7 people were excommunicated from God and the list began, ‘A Jew who has no wife, or a Jew who has a wife and who has no child’” (= Rabi-rabi Yahudi mengatakan bahwa ada 7 orang yang dikucilkan dari Allah dan daftar itu dimulai dengan ‘seorang Yahudi yang tidak mempunyai istri, atau seorang Yahudi yang mempunyai istri dan tidak mempunyai anak’).
2) Problem mereka ini berlarut-larut sampai mereka berdua lanjut umurnya (ay 7b).
Padahal dari kata-kata ‘doamu telah dikabulkan’ dalam ay 13, jelas bah-wa mereka berdoa untuk hal itu. Tetapi ada penafsir yang berpendapat bahwa mereka mungkin sudah lama berhenti berdoa untuk hal itu, karena merasa sudah tidak mungkin mendapat anak.
3) Mereka hidup saleh / taat, dan Zakharia adalah seorang yang melayani Tuhan, tetapi mereka toh mempunyai problem yaitu tidak punya anak.
Kata ‘tetapi’ pada awal ay 7 menunjukkan suatu kontras antara ay 6 dan ay 7. Ay 6 menunjukkan kesalehan dan ketaatan mereka, tetapi sekalipun demikian, mereka tidak punya anak.
Ini menunjukkan bahwa orang yang beriman, saleh, dan melayani Tuhan, bisa saja mengalami problem yang berlarut-larut dan mengalami hidup yang seolah-olah tidak diberkati!
Penerapan:
Jangan percaya pada ajaran populer jaman sekarang yang menga-takan bahwa orang yang beriman dan taat hidupnya akan enak terus, penuh mujijat, kaya, dsb.
Kalau hidup saudara penuh dengan penderitaan, itu tidak selalu menunjukkan bahwa saudara tidak beriman atau bahwa ada dosa dalam hidup saudara.
4) Suatu hal yang indah dan harus ditiru dari mereka adalah: sekalipun mereka punya problem / penderitaan begitu besar dan berlarut-larut, dan sekalipun hidup mereka seolah-olah tidak diberkati, tetapi mereka tetap setia kepada Tuhan dalam hidup maupun pelayanan mereka!
Penerapan:
Apakah saudara hanya setia kepada Tuhan kalau ada banyak berkat Tuhan? Maukah saudara untuk tetap setia kepada Tuhan sekalipun se-gala sesuatu rasanya kacau / tidak beres?
III) Pernyataan Allah:
1) Pada saat itu rombongan Abia mendapat giliran bertugas dalam Bait Suci, dan pada saat diundi, Zakharia mendapat kehormatan untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di sana (Lukas 1: 8-9).
a) Untuk ‘Bait Suci’ digunakan kata bahasa Yunani NAOS yang me-nunjuk kepada sanctuary (Ruang Suci dan Ruang Maha Suci). Ini berbeda dengan kata Yunani HIERON yang juga mencakup pelataran Bait Suci.
b) Kata ‘ukupan’ oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan incense (= kemenyan). Hal ini dilakukan di Ruang Suci 2 x / hari, yaitu pada pagi dan sore (Kel 30:7-8).
2) Pada saat itu, seorang malaikat menampakkan diri kepada Zakharia (ay 11-12).
a) Malaikat itu bernama Gabriel (ay 19).
‘Gabriel’ berarti ‘man of God’ (= manusia Allah), dan ini adalah suatu kata bahasa Ibrani.
Terhadap hal ini ada orang yang mengkritik / mengolok-olok: apakah di surga digunakan bahasa Ibrani?
Jawabnya: pada saat Tuhan menyuruh malaikat berbicara kepada manusia, tentu ia menggunakan bahasa yang dimengerti manusia itu. Saat itu berbicara kepada Zakharia yang adalah orang Yahudi, maka tentu tidak aneh kalau ia memperkenalkan dirinya dalam bahasa Ibrani.
Lukas 1:15 menunjukkan bahwa Gabriel ini bukanlah Roh Kudus, ka-rena kalau Gabriel adalah Roh Kudus, maka ia akan berkata ‘ia akan penuh denganKu’, bukannya ‘ia akan penuh dengan Roh Kudus’. Hal yang sama terjadi pada ay 35.
b) Zakharia menjadi takut pada waktu melihat malaikat (ay 12-13a).
Ini adalah sesuatu yang lazim, dan karena itu kalau dalam Kitab Suci ada orang yang menjadi pucat dan bahkan rebah / pingsan karena melihat malaikat / Tuhan sendiri, itu tentu berbeda dengan ‘tumbang / rebah dalam Roh’ dimana orangnya tumbang / rebah tanpa mendapat penglihatan apa-apa!
3) Firman yang diberikan oleh malaikat (ay 13-17).
a) Kelahiran Yohanes (Pembaptis) sebagai jawaban doa mereka (Lukas 1: 13).
Kata ‘doamu’ (ay 13) tidak menunjuk pada doa Zakharia pada saat itu, tetapi pada doa-doanya yang lalu pada saat ia meminta anak.
Ini menunjukkan bahwa:
doa yang belum dijawab setelah lama sekali bukannya tidak didengar atau ditolak oleh Allah. Ini mengajar kita untuk berdoa dengan tekun.
Penerapan: Adakah hal-hal yang dahulu saudara doakan tetapi sekarang tidak lagi? Baca dan renungkan Luk 18:1-8 dan berte-kunlah dalam doa.
sekalipun kelahiran Yohanes sudah ditetapkan oleh Allah, tetapi doa Zakharia dan Elisabet menyebabkan terlaksananya Rencana / Ketetapan Allah itu. Karena itu, adanya Rencana / Ketetapan Allah tidak boleh membuat kita menjadi apatis / tidak berusaha, tidak berdoa, dsb.
Nama ‘Yohanes’ (ay 13) berarti ‘the grace of the LORD’ (= kasih karunia TUHAN) atau ‘Yahweh is gracious’ (= Yahweh / TUHAN itu penuh kasih karunia).
Ia dinamakan begitu karena misinya adalah memberitakan kasih karunia Allah kepada dunia.
Tetapi sekalipun misinya seperti itu, ia tetap merupakan seorang pengkhotbah yang sangat keras! Bdk. Lukas 3:7-20.
Karena itu jangan sembarangan mencela pengkhotbah yang keras. Anti pada poengkhotbah keras sama saja dengan anti kepada Yohanes Pembaptis, rasul-rasul dan nabi-nabi, dan bahkan anti kepada Yesus sendiri, karena mereka semuanya merupakan peng-khotbah yang keras!
b) Akan ada sukacita karena kelahiran Yohanes yang akan menjadi besar di hadapan Tuhan (ay 14-15a).
Di sini Kitab Suci menunjukkan bahwa kita seharusnya bersukacita ka-lau anak kita menjadi besar di hadapan Tuhan.
Tetapi kenyataannya ada banyak orang (orang kristen sekalipun) yang bersukacita kalau anaknya menjadi besar di hadapan manusia / dunia, misalnya kalau anaknya menjadi orang kaya, terpandang, terkenal, berkedudukan tinggi, mempunyai gelar yang hebat dsb.
Dan sebaliknya juga ada banyak orang (orang kristen sekalipun) yang justru sedih kalau mempunyai anak yang menjadi seorang pelayan Tuhan / hamba Tuhan yang baik, tetapi tidak menjadi besar di hadap-an dunia!
Renungkan:
Apakah saudara berharap, berdoa dan berusaha supaya diri saudara sendiri / anak saudara menjadi besar di hadapan Tuhan atau menjadi besar di hadapan dunia?
c) Penggambaran tentang Yohanes Pembaptis (ay 15-17):
Ia akan besar di hadapan Tuhan (ay 15a).
Ia tidak akan minum anggur / minuman keras (ay 15b).
Ini menunjukkan ia adalah seorang nazir Allah (Bil 6:3).
Ia akan penuh Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (ay 15c).
Ini yang menyebabkan ia bisa jadi besar dan berguna di hadapan Tuhan.
‘Penuh Roh’ sering dikontraskan dengan ‘anggur / minuman keras’ (bdk. Kis 2:15-17 Ef 5:18).
Ia akan berjalan mendahului Tuhan ‘dalam roh dan kuasa Elia’ (ay 17a).
Ini tak berarti bahwa ia adalah reinkarnasi Elia (bdk. Yoh 1:21), tetapi berarti bahwa ia mirip dengan Elia dalam keberanian dan semangatnya (bdk. 1Raja-raja 18:18 dengan Mat 14:4).
Ia membuat banyak orang bertobat (ay 16,17b) dan dengan itu ia menjadi orang yang menyiapkan jalan bagi Tuhan Yesus (ay 17a bdk. Luk 3:4).
Ada 2 hal yang penting tentang pertobatan orang banyak sebagai akibat pelayanan Yohanes Pembaptis:
‘hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya’ (ay 17).
Ini menunjukkan bahwa pertobatan harus disertai pembaharuan / perbaikan hubungan dalam rumah tangga / keluarga!
Tentu saja ini hanya bisa terjadi kalau kedua belah pihak yang geger itu sama-sama bertobat. Damainya manusia dengan manusia berhubungan erat dengan damainya manusia-manusia itu dengan Allah. Kalau yang bertobat hanya satu, maka justru bisa terjadi perpecahan (bdk. Mat 10:34-36).
Calvin berkata bahwa kalimat ‘hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya’ lalu diikuti dengan ‘hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang benar’ dan ‘umat yang layak bagiNya’, dan ini menunjukkan bahwa itu bukanlah damai di antara orang-orang yang diluar Tuhan.
Calvin lalu menambahkan:
“Accursed then be the peace and unity by which men agree among themselves apart from God” (= terkutuklah damai dan kesatuan dengan mana orang-orang menjadi akur di antara mereka sendiri terpisah dari Allah).
‘hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang benar’ (ay 17).
NASB: attitude (= sikap).
NIV/RSV/KJV: wisdom (= hikmat).
Kata Yunani yang dipakai adalah PHRONESEI.
Hendriksen menterjemahkan understanding (= pengertian), se-dangkan A.T. Robertson menterjemahkan practical intelligence (= pengertian praktis) dan sebuah Kamus Yunani menterjemah-kan way of thinking (= cara berpikir).
Ini menunjukkan bahwa dalam pertobatan harus ada perubahan pengertian / pikiran! Karena itu belajar Firman Tuhan adalah sesuatu yang mutlak penting!
IV) Ketidakpercayaan dan hukuman:
1) Ketidakpercayaan Zakharia (Lukas 1: 18).
Ay 18 menunjukkan bahwa Zakharia tidak percaya bahwa mereka yang sudah begitu tua bisa mempunyai anak, dan ia meminta tanda untuk itu.
2) Hukuman Tuhan terhadap Zakharia (ay 19-20).
a) Mengapa Zakharia dihukum, sedangkan orang-orang lain yang mela-kukan hal yang sama tidak dihukum? Contoh:
Maria (ay 34).
Abraham (Kej 15:8).
Gideon (Hakim-hakim 6:36-39).
Hizkia (2Raja-raja 20:8-11).
Jawabnya: Jelas bahwa Tuhan melihat adanya perbedaan sikap hati antara Zakharia dan Maria, Abraham, Gideon, dan Hizkia. Calvin ber-kata bahwa ini seperti tertawanya Abraham (Kej 17:17) yang berbeda dengan tertawanya Sara (Kej 18:12), dan karena itu sekalipun kedua-duanya tertawa, Sara ditegur tetapi Abraham tidak.
b) Zakharia dihukum sehingga menjadi bisu sampai anaknya lahir (± 9 bulan).
Dipersoalkan apakah Zakharia ini hanya bisu atau bisu tuli.
Perlu diketahui bahwa kata KOPHOS yang diterjemahkan bisu di sini, dalam literatur Yunani bisa berarti bisu, tuli, atau bisu tuli (Catatan: tetapi dalam Mark 9:25 digunakan 2 kata Yunani yang berbeda untuk bisu dan tuli).
Dari ay 20,22,64 kelihatannya Zakharia hanya bisu, karena ditekan-kan bahwa ia tidak dapat berkata-kata. Tetapi ay 62 menunjukkan bahwa orang-orang berbicara kepadanya dengan isyarat, dan ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya bisu tetapi bisu tuli.
Menjadi bisu tuli selama 9 bulan tentu merupakan sesuatu yang berat, dan inilah hukuman Tuhan terhadap ketidak-percayaan terhadap fir-manNya! Ini menunjukkan bahwa Tuhan sama sekali tidak meman-dang ringan dosa ketidak-percayaan terhadap FirmanNya ini
Penerapan: Apakah saat ini saudara sedang tidak percaya pada bagian tertentu dari Firman Tuhan? Mungkin yang menyatakan Yesus seba-gai satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12)? Atau Firman yang menyatakan bahwa Allah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya (Ro 8:28)? Kalau ya, bertobatlah dan percayalah pada Firman Tuhan.
V) Penggenapan Firman Tuhan:
Dalam ay 24-25 terlihat bahwa Tuhan menepati Firman / janjiNya. Tuhan memang menghukum / menghajar Zakharia karena ketidak-percayaannya, tetapi Tuhan tidak membatalkan janji / Firman / RencanaNya tentang kela-hiran Yohanes Pembaptis. Ini menyebabkan kita makin harus percaya pada Firman / janji Tuhan! Maukah saudara?
LUKAS 1:26-38
I) Gabriel datang kepada Maria (ay 26-28a):
1) ‘Bulan keenam’ (Lukas 1: 26).
Maksudnya adalah bulan keenam setelah malaikat datang kepada Zakharia / bulan keenam setelah Elisabet mulai mengandung (bdk. ay 36b). Ini menunjukkan bahwa usia Yesus lebih muda sekitar 6 bulan dari Yohanes Pembaptis. Tentu saja dalam hal ini Yesus ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah Ia kekal dan lebih tua dari siapapun!
2) ‘sebuah kota di Galilea bernama Nazaret’ (ay 26).
Ini adalah kota / tempat yang hina (Yoh 1:46 7:41,52).
Ditinjau dari banyak sudut, baik pemberitaan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis maupun kelahiran Yohanes Pembaptis kelihatannya lebih hebat / mentereng dari pada pemberitaan tentang kelahiran Yesus dan kelahiran Yesus. Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan di dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan di rumah Maria di Nazaret di Galilea (ay 26,28a). Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan kepada seorang imam yaitu Zakharia, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan kepada seorang gadis desa yaitu Maria. Yohanes Pembaptis dilahirkan dalam rumah / keluarga imam, sedangkan Yesus dilahirkan di tempat hewan / keluarga tukang kayu yang miskin (Luk 2:6-7 Mat 13:55a). Kelahiran Yohanes Pembaptis diketahui banyak orang, sedangkan kelahiran Yesus hampir tidak diketahui orang (Luk 2:6-7).
Bandingkan semua ini dengan Yes 53:2b, yang berbunyi:
“Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya”.
Tetapi jelas bahwa Yesus jauh lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Ini mengajar kita untuk tidak menilai Yesus secara jasmani (bdk. 2Kor 5:16). Kalau saudara menilai Yesus secara jasmani, saudara tidak akan pernah mau datang dan percaya kepada Dia, dan itu akan membawa penghukuman kekal bagi saudara!
Juga dalam menilai hal-hal lain, banyak orang menilainya secara jasmani / lahiriah, misalnya:
dalam menilai suatu agama mereka memperhatikan berapa banyak jumlah umatnya, populernya agama tersebut, dsb.
dalam menilai gereja mereka memperhatikan kemegahan gedungnya, banyaknya jemaatnya, banyaknya cabang yang dimiliki, nama / merk gereja yang ngetop, dsb.
dalam menilai pendeta mereka melihat gagahnya si pendeta, gelarnya yang hebat, IQ tinggi yang ia miliki, sekolah yang hebat di luar negeri tempat ia mendapatkan pendidikan theologia, dsb.
dalam menilai buku rohani mereka melihat bentuk bukunya, warna dan cetakannya yang menarik, dsb.
Ini semua salah, karena kita harus menilainya secara rohani! Bagaimana mutu rohaninya, itulah yang harus dipertanyakan!
3) Maria adalah seorang perawan yang masih dalam status bertunangan dengan Yusuf (Lukas 1: 27).
a) Pandangan William Barclay tentang kelahiran Yesus dari seorang perawan (Virgin Birth):
“... the Virgin Birth. The Church does not insist that we believe in this doctrine” (= ... kelahiran dari perawan. Gereja tidak mendesak / me-maksa supaya kita percaya pada doktrin ini).
Komentar saya: hanya gereja yang sesat yang tidak mendesak keper-cayaan terhadap doktrin ini.
Barclay lalu mengatakan bahwa ada alasan untuk menerima doktrin Virgin Birth ini yaitu penafsiran hurufiah dari Luk 1:26-38 dan Mat 1:18-25.
Tetapi juga ada alasan untuk menolak doktrin Virgin Birth ini, yaitu:
Silsilah Yesus (Mat 1:1-17 Luk 3:23-38) melalui Yusuf. Aneh kalau Yusuf bukanlah ayah Yesus yang sesungguhnya.
Jawab:
Secara hukum, Yesus adalah anak Yusuf! Karena itu tidak aneh, kalau silsilahNya dibuat melalui Yusuf. Disamping itu, saya ber-pendapat bahwa silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38 adalah melalui Maria. Untuk itu lihat pelajaran Luk 3:23-38 di belakang.
Maria menyebut Yusuf sebagai ayah Yesus (Luk 2:48).
Jawab:
ayah tiri biasa disebut ayah, dan secara sah / secara hukum Yusuf memang adalah ayah Yesus.
Terhadap kata-kata Maria dalam Luk 2:48 itu Yesus menjawab:
“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:49). Dengan kata lain, Ia mengatakan bahwa Yusuf bukanlah bapaNya, karena Allahlah yang adalah BapaNya.
Mat 13:55 dan Yoh 6:42 mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf.
Jawab:
Bandingkan dengan Luk 3:23 - ”menurut anggapan orang Ia ada-lah anak Yusuf”. Ini jelas menunjukkan bahwa sebetulnya Yesus bukanlah anak Yusuf.
sisa Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa tentang Virgin Birth.
Jawab:
Bahwa Perjanjian Lama, dalam Yes 7:14, menubuatkan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan Perjanjian Baru, dalam Mat 1:23, menganggap kelahiran Yesus sebagai penggenapan nubuat itu, adalah sesuatu yang lebih dari cukup untuk mempertahankan dok-trin kelahiran Yesus dari seorang perawan.
Barclay lalu berkata:
“The Jews had a saying that in the birth of every child there are three partners - the father, the mother and the Spirit of God. They believed that no child could be born without the Spirit. And it may well be that the New Testament stories of the birth of Jesus are lovely, poetical ways of saying that, even if he had a human father, the Holy Spirit of God was operative in his birth in a unique way. In this matter we may make our own decision. It may be that we will desire to cling to the literal doctrine of the virgin birth; it may be that we will prefer to think of it as a beautiful way of stressing the presence of the Spirit of God in family life” (= Orang-orang Yahudi mempunyai pepatah yang berkata bahwa dalam kelahiran dari setiap anak ada 3 orang yang bekerja sama - sang ayah, sang ibu dan Roh Allah. Mereka percaya bahwa tidak ada anak yang bisa dilahirkan tanpa Roh. Dan bisa saja bahwa cerita-cerita Perjanjian Baru tentang kelahiran Yesus adalah cara yang indah dan puitis untuk mengatakan bahwa kalaupun Yesus mempunyai ayah manusia, Roh Kudus Allah bekerja dalam kelahiranNya dalam suatu cara yang unik. Dalam persoalan ini kita boleh membuat keputusan kita sendiri. Bisa saja bahwa kita mau berpegang pada doktrin hurufiah tentang kelahiran dari perawan; bisa saja bahwa kita lebih memilih untuk menganggapnya sebagai suatu cara yang indah untuk menekankan kehadiran dari Roh Allah dalam kehidupan keluarga).
Komentar / tanggapan saya: Lukas 1:26-38 dan Mat 1:18-25 merupakan historical narrative (= cerita sejarah), sehingga memang harus ditaf-sirkan secara hurufiah, dan tidak boleh diartikan sebagai puisi!
b) Doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan adalah doktrin benar yang sangat penting yang harus dipertahankan.
Perlu saudara ketahui bahwa:
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perawan’ adalah PARTHENOS dan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah.
Disamping itu, kata-kata Maria dalam ay 34 yang berbunyi ‘aku belum bersuami’ terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh KJV, yaitu: ‘I know not a man’ (= aku tidak tahu / kenal laki-laki), dan ini jelas menunjukkan bahwa ia betul-betul masih perawan.
Kalau Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan yang mengan-dung dari Roh Kudus, tetapi dari pernikahan biasa atau dari perzinahan, maka:
nubuat Firman Tuhan dalam Yes 7:14 tidak tergenapi.
Ia bukanlah Allah dan manusia tetapi hanyalah manusia biasa.
Ia tidak bisa lahir suci. Dan kalau Ia lahir sebagai manusia berdosa, maka Ia tidak bisa menebus dosa manusia.
Jadi terlihat bahwa ada banyak doktrin-doktrin besar / dasar kekristenan, termasuk doktrin keilahian Kristus dan doktrin tentang penebusan dosa oleh Kristus, yang didasarkan atas doktrin kela-hiran Yesus dari seorang perawan ini. Dengan demikian, kalau doktrin kelahiran dari perawan itu ditolak, itu sama dengan meno-lak seluruh kekristenan!
Orang yang tidak percaya pada doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan, pastilah bukan orang yang sungguh-sungguh beriman!
II) Dialog Gabriel dengan Maria (ay 28-38):
1) Gabriel memberi salam kepada Maria (ay 28).
a) Lukas 1: 28: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai’.
NASB: Hail, favored one (= Salam, orang yang disayangi).
NIV: Greetings, you who are highly favored (= Salam, engkau yang sangat disayangi).
KJV: Hail, thou that art highly favoured (= Salam, engkau yang sangat disayangi).
RSV: Hail, O favoured one (= Salam, hai orang yang disayangi).
Kata Yunani yang dipakai adalah KECHARITOMENE. Perhatikan adanya kata CHARIS (= grace / kasih karunia), yaitu sesuatu yang ada pada Allah yang menyebabkan Ia memberikan karunia kepada orang yang tidak berlayak untuk menerimanya.
Karena itu Calvin menafsirkan bahwa kata Yunani ini menunjuk pada undeserved favour of God (= kebaikan dari Allah yang tidak layak didapatkan).
Semua ini menunjukkan bahwa Maria tidak layak menerima karunia ini dan ini jelas menunjukkan bahwa Maria itu bukannya suci murni tanpa dosa.
b) Salam dari Gabriel kepada Maria ini oleh gereja Roma Katolik lalu diubah menjadi doa Salam Maria, yaitu suatu doa yang mereka naik-kan kepada Maria.
Calvin mengatakan bahwa ada 3 ketidakcocokan antara kata-kata Gabriel dalam ay 28 ini dan doa Salam Maria:
ay 28 itu bukanlah suatu doa; tetapi Salam Maria adalah suatu doa.
ay 28 itu diucapkan oleh malaikat; tetapi Salam Maria dinaikkan / diucapkan oleh manusia.
ay 28 ini diucapkan kepada Maria yang ada dalam keadaan hidup di dunia ini, sedangkan doa Salam Maria dinaikkan / diucapkan kepada Maria yang sudah mati.
2) Maria terkejut (ay 29) dan menjadi takut (ay 30a).
NIV/NASB: greatly troubled (= sangat bingung).
3) Gabriel memberitakan kelahiran Yesus (ay 30-33).
a) Ay 30b: ‘engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah’.
NIV: you have found favor with God (= NASB/KJV/RSV).
Yunani: CHARIN 🡪 CHARIS (grace / kasih karunia).
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Maria sebetulnya tidak berlayak menerima anugerah itu.
b) Ay 31: bdk. Yes 7:14.
c) Ay 32-33:
‘akan disebut Anak Allah’.
Ini tak berarti bahwa sebelum jadi manusia Yesus bukanlah Anak Allah. Artinya: dulu Ia sudah adalah Anak Allah, lalu Ia menjadi manusia dan manusia akan tahu dan mengakui / menyebutNya sebagai Anak Allah.
‘Ia akan menjadi besar ... Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan’.
kata ‘mengaruniakan’ di sini sebetulnya salah terjemahan, ka-rena dalam bahasa Yunaninya tidak mengandung kata CHARIS (= grace / kasih karunia). NIV/NASB menterjemahkan give (= memberikan). Yesus memang bukannya tidak berlayak, tetapi sebaliknya layak menerima hal itu!
Bahwa Yesus akan menjadi besar dan mewarisi tahta Daud, merupakan penggenapan dari nubuat dalam Yes 9:5-6.
Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kerajaan Daud tidak akan berakhir (2Sam 7:12-16).
Penggenapan nubuat ini ada dalam diri Yesus.
4) Ketidakpercayaan / kebingungan Maria (ay 34).
Kelihatannya reaksi Maria ini sama dengan reaksi Zakharia dalam Luk 1:18. Tetapi Maria tidak dihukum, dan ini menunjukkan bahwa Maria mempunyai sikap hati yang berbeda.
5) Jawaban Gabriel (ay 35-37).
a) Lukas 1: 35:
Gabriel menjelaskan bahwa bisanya Maria yang masih perawan itu mengandung adalah karena Roh Kudus.
Penjelasan Gabriel memang tidak tuntas. Maria tidak harus me-ngerti semua, tetapi harus percaya dan tunduk.
Penerapan: Dalam hidup saudara ada banyak hal yang saudara tidak bisa mengerti, misalnya mengapa saudara harus mengalami penderitaan ini dan itu. Sekalipun demikian, tetaplah percaya dan tunduk!
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa karena Maria me-ngandung karena Roh Kudus, maka ‘anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah’ (ay 35b).
NIV: ‘so the holy one to be born shall be called the Son of God’ (= maka orang yang kudus yang akan dilahirkan itu akan disebut Anak Allah).
Ini menunjukkan bahwa karena Maria mengandung dari Roh Kudus, maka Yesus lahir kudus / suci. Ia adalah satu-satunya manusia yang lahir tanpa dosa asal! Kalau tidak demikian, Ia tidak bisa menjadi Penebus dosa kita!
b) Ay 36:
1. Ini suatu tanda bagi Maria.
Tuhan bisa membuat Elisabet yang sudah tua dan mandul itu mengandung. Karena itu Tuhan juga bisa membuatnya mengandung, sekalipun ia masih perawan!
Penerapan: Sesuatu yang besar yang Allah lakukan bagi orang lain, bisa menguatkan iman kita. Kalau Allah bisa melakukan hal yang besar bagi seseorang, Ia tentu juga bisa melakukannya untuk kita. Tetapi pada saat yang sama kita juga harus ingat bahwa kalau Allah mau melakukan sesuatu yang besar bagi seseorang, tidak selalu Ia mau melakukan hal yang sama bagi kita. Misalnya, Yesus membuat Petrus bisa berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mau mengulang hal itu terhadap orang lain.
c) Ay 37: ‘Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil’.
Lit: ‘Because with God every RHEMA will not be impossible’ (= karena bagi Allah setiap RHEMA tidak akan mustahil).
Kata RHEMA bisa diterjemahkan ‘word’ (= kata / firman). Jadi maksudnya adalah setiap kata yang tadi Tuhan janjikan dalam ay 31-33, tidaklah mustahil (bdk. Ro 4:20-21).
bisa juga bahwa sekalipun Lukas menulis dalam bahasa Yunani, ia mengikuti pemikiran Yahudi, dimana ‘word’ (= kata) bisa diartikan ‘thing’ (= benda / suatu).
Catatan: dalam bahasa Ibrani, kata DABAR memang bisa berarti ‘word’ atau ‘thing’. Dengan demikian, maka kata-kata dalam ay 37 itu bisa diterjemahkan: ‘Because with God everything will not be impossible’ (= karena bagi Allah segala sesuatu tidaklah mustahil).
Yang manapun yang benar, ini memberikan jaminan kepada Maria bahwa Allah pasti bisa melakukan apa yang sudah Ia firmankan, baik kepada Zakharia maupun kepada Maria.
6) Ketundukan Maria (ay 38).
Bagi Maria ketundukan / penyerahannya ini mempunyai resiko tinggi, yaitu:
kesalahpahaman Yusuf (bdk. Mat 1:18-19).
kesalahpahaman, ejekan dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya, bahkan dari keluarganya sendiri.
kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama dalam Ul 22:20-21.
Tetapi Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Ini menunjukkan iman yang hebat.
Calvin:
“This is the real proof of faith, when we restrain our minds, and as it were, hold them captive, so that they dare not reply this or that to God: for boldness in disputing, on the other hand, is the mother of unbelief” (= Ini merupakan bukti nyata dari iman, kalau kita mengekang pikiran kita, dan menak-lukkannya, sehingga tidak berani menjawab ini atau itu kepada Allah: karena keberanian dalam berbantah adalah ibu dari ketidakpercayaan).
Penerapan:
Kalau Tuhan memberikan firman yang kelihatannya tidak logis bagi saudara, maukah saudara percaya?
Kalau Tuhan memberikan perintah yang kalau saudara taati akan memberikan resiko / kerugian besar bagi saudara, maukah saudara tunduk?
LUKAS 1:39-56
Setelah mendengar berita dari malaikat, ada 2 hal yang dilakukan oleh Maria:
I) Mengunjungi Elisabet (ay 39-45):
1) Maria mengunjungi Elisabet (ay 39) untuk:
a) Membuktikan kata-kata malaikat dalam ay 36, yang menyatakan bah-wa Elisabet yang sudah tua dan mandul itu sedang mengandung. Maria melakukan hal ini bukan karena ia tidak percaya pada kata-kata malaikat dalam ay 36 itu. Ia sudah percaya, tetapi ia tetap melakukan semua ini untuk meneguhkan imannya.
Penerapan:
Membuktikan kebenaran Firman Tuhan, bisa menguatkan iman. Kita bisa melakukan hal itu, misalnya dengan belajar archeology, atau dengan pergi ke Israel untuk melihat apakah yang diceritakan dalam Kitab Suci itu sesuai dengan aslinya atau tidak. Sayangnya saat ini jauh lebih banyak orang yang berusaha membuktikan ketidakbenaran Firman Tuhan, baik secara sengaja maupun tidak.
b) Memberitahu Elisabet tentang janji Tuhan kepadanya yang saat itu sudah mulai digenapi (bahwa Maria sudah mulai mengandung, secara implicit ditunjukkan oleh kata-kata ‘buah rahimmu’ dalam ay 42b). Dengan demikian mereka bisa merayakan berkat / anugerah Tuhan itu bersama-sama.
Penerapan: maulah sharing supaya orang lain juga bisa bersukacita oleh karena berkat yang saudara terima.
2) Pada waktu Maria masuk ke rumah Zakharia, ia memberi salam kepada Elisabet (ay 40). Ini menunjukkan:
a) Maria adalah seorang yang sopan / mempunyai etika.
b) Maria adalah orang yang rendah hati. Ia tidak ‘mabuk’ / menjadi sombong karena berkat Tuhan yang ia terima (sedang mengandung akan melahirkan Anak Allah / Mesias).
Penerapan: Kalau saudara menerima berkat Tuhan yang meninggikan saudara (seperti menjadi kaya, naik pangkat, lulus dan mendapat gelar, dsb), apakah itu membuat saudara ‘mabuk’ / jadi sombong? Bandingkan dengan cerita tentang Petruk yang menjadi raja!
3) Ketika Elisabet mendengar salam dari Maria, maka ada 2 hal yang terjadi:
a) Anak dalam kandungan Elisabet melonjak (ay 41a).
Memang janin dalam kandungan yang berusia 6 bulan sudah banyak bergerak, tetapi lonjakan janin disini jelas merupakan suatu mujijat / pekerjaan Tuhan, karena dikatakan bahwa janin dalam kandungan Eli-sabet itu ‘melonjak kegirangan’ (ay 44). Tentu janin dalam kandungan Elisabet itu melonjak bukan karena Maria atau salamnya, tetapi karena janin dalam kandungan Maria.
b) Elisabet menjadi penuh dengan Roh Kudus (ay 41b) dan lalu berseru / bernubuat (ay 42-45).
4) Kata-kata Elisabet (ay 42-45).
a) ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu’ (Lukas 1: 42).
Arti dari ‘diberkatilah engkau di antara semua perempuan’ adalah: Maria adalah orang yang paling diberkati di antara semua perem-puan.
Dalam kalimat ini Maria didahulukan dari pada Yesus. Apakah ini menunjukkan bahwa Maria memang lebih diutamakan dari Yesus? Calvin berkata: Tidak, karena kata ‘dan’ berasal dari kata Yunani KAI yang bisa diterjemahkan ‘karena’. Jadi maksud seluruh kalimat ini adalah: Mary was blessed because of the blessedness of Jesus (= Maria diberkati karena keadaan diberkati dari Yesus).
b) ‘Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan’ (ay 43-44).
Ay 43 menunjukkan kerendahan hati Elisabet. Pertanyaan ‘siapa-kah aku ini?’ perlu sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri, dan kalau kita mempunyai jawaban yang benar terhadap perta-nyaan ini, maka itu akan membuat kita menjadi rendah hati.
Bahwa Maria disebut ‘ibu Tuhanku’ menunjukkan bahwa istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria adalah istilah yang Alkitabiah / benar. Tetapi harus diingat bahwa istilah ini tidak bertujuan meninggikan / memuliakan Maria, tetapi menunjukkan bahwa Anak yang akan ia lahirkan betul-betul manusia dan Allah sekaligus.
Baik Elisabet maupun janin dalam rahimnya bisa mengetahui bahwa Maria mengandung Anak Allah adalah karena pekerjaan Tuhan.
c) ‘Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana’ (ay 45).
Elisabet menyebut Maria berbahagia, karena Maria percaya kepada firman Tuhan. Sebaliknya ada banyak pernderitaan yang disebabkan karena ketidak-percayaan kepada Firman Tuhan.
d) Dari semua yang dikatakan Elisabet ini, ada hal-hal yang bisa didapatkan:
Elisabet tidak iri hati kepada Maria tetapi bersukacita bersama-sama Maria. Ini sesuatu yang bagus dan harus ditiru.
Elisabet memang menghormati Maria tetapi:
Elisabet tidak menghormati Maria lebih dari seharusnya. Ini berbeda dengan penyembahan kepada Maria!
Elisabet menghormati Maria yang masih hidup. Ini berbeda dengan menghormati / menyembah Maria yang sudah mati.
Maria disebut ‘diberkati’ (ay 42) dan ‘berbahagia’ (ay 45).
William Barclay mengatakan bahwa sekalipun Maria diberkati dan berbahagia karena ia dipilih oleh Allah untuk melahirkan Yesus, tetapi tak boleh dilupakan bahwa ia juga sangat menderita karena hal itu, khususnya pada waktu melihat Yesus mati disalib.
Barclay mengatakan:
“To be chosen by God so often means at one and the same time a crown of joy and a cross of sorrow” (= dipilih oleh Allah sering berarti mahkota sukacita dan salib kesedihan pada saat yang sama).
II) Maria menyanyi / memuji Tuhan (ay 46-55):
1) Maria memuji Tuhan karena berkat dan kemurahan Tuhan kepadanya (ay 46-49).
a) Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya (ay 47).
Dalam Kitab Suci sebutan Juruselamat sekalipun bisa menunjuk pada penyelamat secara jasmani, tetapi pada umumnya menunjuk pada penyelamat secara rohani. Lebih-lebih kalau bagian ini dihubungkan dengan Mat 1:21, dimana Yesus dikatakan akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka, maka kata ‘Juruselamat’ disini pasti ber-arti penyelamat secara rohani.
Kalau Maria memang suci murni maka ia jelas tidak membutuhkan Juruselamat. Bahwa ia menyebut Allah sebagai ‘Juruselamatku’, menunjukkan bahwa ia juga adalah manusia berdosa.
b) Maria mengatakan bahwa Allah telah memperhatikan ‘kerendahan hambaNya’ (ay 48).
Ini menunjukkan kerendahan hati Maria, dan sekaligus kesadaran Maria bahwa ia memang tidak berlayak karena kedudukannya yang sangat rendah di hadapan Tuhan.
Calvin membandingkan ini dengan Gereja Roma Katolik yang mem-berikan Maria kedudukan begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari Yesus sendiri. Ini terlihat dari lagu mereka (yang ditujukan kepada Maria) dalam bahasa Latin Rega Patrem, jube Natum [= Beseech the Father, Order the Son (= mohonlah kepada Bapa, perintahlah Anak)].
2) Maria memuji Tuhan karena perbuatan dan kuasaNya kepada semua manusia secara umum (ay 50-53).
a) Ay 50:
‘rahmatNya’.
NIV/NASB: His mercy (= belas kasihanNya).
Bagaimana bisa disebut mercy kalau diberikan kepada orang yang takut kepadaNya. Bukankah orang-orang itu berhak menerima mercy itu karena mereka takut kepadaNya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu mengingat bahwa mereka bisa takut kepada Allah juga karena pekerjaan Allah.
b) Ay 50-51: ‘congkak hatinya’ dikontraskan dengan ‘takut akan Dia’.
c) Ay 52-53:
Bagian ini tidak menunjukkan bahwa Allah selalu bermusuhan dengan orang tinggi / kaya dan selalu baik kepada orang rendah / miskin.
Bagian ini juga tak boleh ditafsirkan bahwa Allah selalu menurunkan orang tinggi dan meninggikan orang rendah (Presiden jadi RT, RT jadi kaisar).
Tetapi ini menunjukkan bahwa pergantian pemimpin bukan terjadi begitu saja, tetapi semua itu ada dalam tangan Tuhan / diatur oleh Tuhan (bdk. Ro 13:1). Dan Allah berkuasa untuk menurunkan orang tinggi yang jahat, dan meninggikan orang rendah yang saleh. Karena itu kita harus berdoa supaya Tuhan memberi pemimpin yang baik.
3) Maria memuji Tuhan karena menggenapi janjiNya kepada Israel / Gereja (ay 54-55).
Kata-kata ‘Ia mengingat rahmatNya’ (ay 54), menunjukkan bahwa bisa saja terjadi suatu keadaan dimana Allah seakan-akan lupa akan janjiNya! Tetapi sesungguhnya tentu saja Ia tidak lupa.
Penutup / Kesimpulan:
Maria menerima berkat Tuhan dengan menceritakan kepada orang lain (sharing), dan dengan menyanyi memuji Tuhan. Sekalipun saudara mungkin tidak menerima berkat seperti Maria, tetapi saudara toh mendapat banyak berkat Tuhan. Maukah saudara bersikap seperti Maria?
-
LUKAS 1:57-66
I) Kelahiran Yohanes Pembaptis:
1) Elisabet melahirkan anak laki-laki (Lukas 1: 57).
a) Orang Tionghoa, apalagi yang totok, lebih senang mendapatkan anak laki-laki dari pada anak perempuan. Tetapi pada orang Yahudi hal ini jauh lebih extrim.
William Barclay berkata bahwa pada itu tradisinya adalah sebagai berikut: pada saat bayi mau lahir, teman-teman dan para pemain musik berkumpul. Kalau lahir bayi laki-laki, mereka menyanyi dan main musik. Tetapi kalau lahir bayi perempuan, mereka pergi dengan diam-diam dan dengan menyesal.
Barclay juga mengatakan bahwa ada pepatah yang berbunyi: “The birth of a male child causes universal joy, but the birth of a female child causes universal sorrow” (= kelahiran anak laki-laki menyebabkan sukacita universal, tetapi kelahiran anak perempuan menyebabkan kesedihan universal).
b) Dengan kelahiran anak laki-laki ini, tergenapilah Firman / janji Tuhan yang diberikan melalui malaikat kepada Zakharia dalam Luk 1:13.
Sekalipun hal yang dijanjikan itu kelihatannya mustahil karena mereka berdua sudah tua dan Elisabet mandul, tetapi ternyata janji itu ter-genapi. Memang bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1:37).
Penerapan:
Kitab Suci mengandung banyak sekali janji Tuhan bagi saudara. Adakah yang saudara ragukan karena rasanya tidak mungkin terjadi? Percayalah, kalau Allah menjanjikan, itu pasti terjadi, karena Allah tidak mungkin berdusta (Ibr 6:18).
2) Para tetangga dan keluarga mendengar hal itu (ay 58).
a) Mendapat anak dianggap sebagai tindakan Allah yang menunjukkan rahmat (ay 58).
Dalam NIV/NASB, kata ‘rahmat’ diterjemahkan ‘great mercy’ (= belas kasihan yang besar).
b) Reaksi mereka adalah: bersukacita bersama-sama dengan dia (ay 58b).
kata ‘dia’ dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan ‘her’ (= dia perempuan), dan karena itu jelas menunjuk kepada Elisabet.
Orang-orang ini menunjukkan reaksi yang benar dan baik terhadap berkat yang diterima Elisabet. Mereka bukannya iri hati, tetapi mereka bersukacita dengan orang yang bersukacita (bdk. Ro 12:15).
Penerapan:
bagaimana reaksi saudara kalau teman sekerja saudara dinaikkan pangkat / gajinya?
bagaimana reaksi saudara kalau ada keluarga saudara yang mendapat hadiah mobil dari bank?
bagaimana reaksi saudara kalau teman saudara mendapatkan seorang pacar yang cantik?
dalam pelayanan, bagaimana reaksi saudara kalau orang lain diberkati pelayanannya sehingga berkembang dengan baik?
Apakah saudara menjadi iri hati, atau saudara bersukacita dengan orang yang bersukacita?
II) Pemberian nama Yohanes:
1) Pada hari kedelapan, sesuai dengan Firman Tuhan, maka Zakharia menyunatkan anaknya (Kej 17:10-14).
Ini mengajar kita untuk tidak mengabaikan sakramen yang diperintahkan Tuhan! Bdk.
Kel 4:24-26 dimana Musa hampir dibunuh Tuhan karena lalai menyunatkan anaknya.
Jaman Perjanjian Baru ini kita mempunyai 2 sakramen, yaitu:
a) Baptisan, yang menggantikan sunat.
Jangan melalaikan Baptisan, baik untuk diri saudara sendiri, maupun untuk anak saudara!
b) Perjamuan Kudus, yang menggantikan perjamuan Paskah.
Kecuali karena sakit, jangan sampai absen pada waktu Perjamuan Kudus. Sebetulnya sekalipun tidak ada Perjamuan Kudus, kita tetap hanya boleh absen kalau sakit, tetapi kalau ada Perjamuan Kudus hal itu lebih ditekankan lagi!
2) Pemberian nama Yohanes.
a) Pada hari penyunatan itu juga dilakukan pemberian nama kepada anak itu (ay 59).
Karena sukar mencari nama / kehabisan nama, maka orang Yahudi sering memberikan nama nenek moyang dari anak yang baru lahir itu. Untuk anak laki-laki pertama, biasanya diberikan nama ayahnya. Ka-rena itulah para tetangga dan keluarga ingin memberikan nama ‘Zakharia’ kepada anak itu (ay 59).
b) Tetapi Elisabet dengan tegas menolak usul itu dan berkata bahwa anak itu harus diberi nama Yohanes (ay 60).
Mengapa Yohanes? Karena dalam Luk 1:13 malaikat menyampaikan Firman Tuhan yang memerintahkan supaya anak itu diberi nama Yohanes.
Jadi di sini kita melihat suatu teladan yang baik dari Elisabet. Ia berani menentang tradisi dan usul dari banyak orang, demi ketaatannya kepada Tuhan.
c) Para tetangga dan keluarga memprotes hal itu dengan alasan bahwa di antara keluarga Elisabet dan Zakharia tidak ada yang bernama Yohanes (ay 61).
Ini adalah kritik / protes yang semata-mata didasarkan pada tradisi, dan sama sekali tidak punya dasar Kitab Suci! Hati-hatilah supaya saudara tidak melakukan hal seperti ini!
Contoh:
mengharuskan orang yang akan dibaptis memakai pakaian putih.
mengharuskan pendeta memakai toga.
mengharuskan pemberkatan nikah dilakukan di gedung gereja.
d) Mereka lalu menanyakan kepada Zakharia apa nama yang akan diberikan kepada anak itu (ay 62).
Mereka bertanya kepada Zakharia dengan menggunakan isyarat (ay 62). Ini menunjukkan bahwa Zakharia bukan sekedar bisu tetapi juga tuli.
e) Zakharia lalu menuliskan ‘Namanya adalah Yohanes’ (ay 63).
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Yohanes’ itu diletakkan di depan, sehingga menimbulkan penekanan. Jadi terjemahan seharusnya adalah: ‘John is his name’ (= Yohanes adalah namanya).
Sama seperti Elisabet, Zakharia juga lebih mentaati Tuhan dari pada tradisi maupun usul / desakan orang banyak.
f) Akibat dari semua ini adalah:
semua orang menjadi heran (ay 63b).
Zakharia bisa berbicara kembali dan ia lalu memuji Allah (ay 64).
Pada waktu Zakharia berdosa karena tidak percaya pada Firman / janji Tuhan, maka ia dihukum menjadi bisu. Sekarang pada waktu ia mentaati Tuhan dengan memberikan nama Yohanes kepada anaknya, maka hukuman itu dicabut oleh Tuhan.
Sesuatu yang menarik ialah: setelah ia bisu selama sekitar 9 bulan, pada waktu ia pertama kali bisa berbicara kembali, ia langsung menggunakan kemampuan bicaranya itu untuk memuji Allah (ay 64b).
Penerapan:
Saudara yang tidak bisu / tidak pernah jadi bisu, mestinya lebih memuji Allah!
kata ‘memuji Allah’ secara hurufiah adalah ‘blessing God’ (= memberkati Allah), tetapi memang tidak bisa diterjemahkan begitu karena adanya Ibr 7:7 yang berbunyi:
“Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi”.
Karena itu bagian ini harus diterjemahkan ‘memuji Allah’.
Orang-orang menjadi takut (ay 65a).
Clarke mengatakan bahwa ini adalah religious fear / reverence (= rasa takut yang bersifat religius / hormat).
Orang-orang membicarakan hal itu, merenungkannya, dan bertanya-tanya: ‘Menjadi apakah anak ini nanti?’ (ay 65b-66).
dari pada membicarakan gossip, mengapa kita tidak meniru orang-orang ini, yaitu membicarakan perbuatan Tuhan?
kata ‘merenungkannya’ merupakan terjemahan yang salah.
Yang benar adalah ‘menaruhnya / menyimpannya di dalam hati’.
Penutup:
Dengan demikian, terlihat bahwa:
Hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti
tidak punya anaknya Zakharia dan Elisabet sampai pada masa tuanya.
mandulnya Elisabet.
bisunya Zakharia.
Hal yang berdosa, seperti ketidak percayaan Zakharia.
mujijat kelahiran Yohanes Pembaptis.
semuanya diatur dan dipakai oleh Tuhan untuk satu tujuan tertentu, yaitu supa-ya Yohanes Pembaptis menjadi terkenal pada saat dilahirkan. Hal ini tentu men-jadi suatu bekal yang sangat berharga nanti pada saat dia mulai melayani.
Karena itu benarlah Roma 8:28 yang berbunyi: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Karena itu, apapun yang saudara alami, tetaplah percaya pada Ro 8:28.
LUKAS 1:67-80
I) Zakharia bernubuat:
1) Zakharia penuh dengan Roh Kudus, dan ia lalu bernubuat (ay 67).
Kalau peristiwa dalam Kis 2, dimana rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus dan lalu berbahasa Roh, dianggap oleh golongan Pentakosta dan Kharismatik sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang yang penuh Roh Kudus harus berbahasa Roh, maka adalah sesuatu yang aneh kalau ay 67 ini tidak mereka jadikan dasar untuk mengajar bahwa orang yang penuh Roh Kudus harus bernubuat!
Tetapi kita tahu bahwa orang yang penuh dengan Roh Kudus memang tidak harus berbicara dalam bahasa Roh, ataupun bernubuat. Hal-hal itu bisa terjadi, tetapi tidak harus terjadi!
2) Mulut / lidah Zakharia yang tadinya dibuat bisu oleh Tuhan sehingga tidak berguna, sekarang dipakai untuk bernubuat.
Ini menunjukkan bahwa apakah kita bisa berguna untuk Tuhan atau tidak, itu tergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Kita cuma harus mau me-nyediakan diri kita untuk dipakai oleh Tuhan.
3) Bernubuat tidak identik dengan meramal masa depan.
Bernubuat berarti berbicara sebagai mulut Allah, dimana ramalan masa depan bisa ada, tetapi bisa juga tidak.
4) Orang bernubuat tidak berbicara seakan-akan Ia adalah Allah / Yesus sendiri. Perhatikan bahwa dalam nubuat ini Zakharia menggunakan kata ganti orang ketiga (He / Ia) untuk Allah.
Kadang-kadang nubuat menggunakan kata ganti orang pertama (I / Aku), tetapi pasti ada kata-kata ‘Demikianlah Firman Tuhan’ seperti dalam Yer 31:1-3.
Contoh yang salah:
Ada gereja dimana seorang jemaat bernubuat dengan memanggil pendetanya: ‘Hai hambaKu, kemarilah’! Dan pendetanya jawab: ‘Ya Bapa’.
Ada orang terkena Toronto Blessing gara-gara nonton video kebaktian Toronto Blessing dan lalu berkata ‘Aku Yesus’.
Hal-hal seperti ini kalau bukan dibuat-buat oleh orangnya, pastilah merupakan nubuat dari setan!
II) Nubuat Zakharia:
1) Zakharia memulai nubuatnya dengan memuji Tuhan (ay 68a).
Dan pujian itu didasarkan atas lawatan Allah. Dalam ay 68b dikatakan bahwa lawatan Allah itu membawa kelepasan kepada umatNya, dan dalam ay 78b-79 menerangi / mengarahkan orang yang dalam gelap / bayang-bayang maut.
Penerapan:
Kalau Tuhan melawat umatNya pasti ada gunanya, misalnya menye-lamatkan, memberi janji, menegur dosa, menghibur dsb. Tidak mungkin seperti dalam Toronto Blessing (atau lebih tepat Toronto Curse!) dimana ‘Tuhan melawat’ hanya untuk membuat orang tertawa terbahak-bahak, nggeblak, jerking, dsb, tanpa ada gunanya, bahkan membuat orang kristen kelihatan seperti orang gila (bdk. 1Kor 14:23).
2) Dari ay 71 kelihatannya kelepasan dalam ay 68 ini merupakan keselamat-an secara jasmani / politis, yaitu dari penjajahan Roma, tetapi sebetulnya tidak demikian.
Alasannya:
a) Bagian pertama dari nubuat ini (ay 68-75) harus dihubungkan dengan bagian kedua (ay 76-79) yang jelas menunjukkan keselamatan secara rohani.
b) Disamping itu, bagian pertama nubuat ini menghubungkan kesela-matan dengan tanduk keselamatan dari keturunan Daud (yaitu Ye-sus), sehingga jelas ini tidak berbicara tentang keselamatan politis / jasmani, tetapi rohani.
3) Tujuan Tuhan melepaskan umatNya:
a) Untuk menunjukkan rahmat / belas kasihanNya (ay 72a bdk. ay 78).
b) Untuk menggenapi janjiNya kepada Abraham (ay 72b-73).
c) Supaya umatNya bisa beribadah kepada Allah tanpa takut, dalam kebenaran dan kekudusan seumur hidup kita (ay 74-75).
Beribadah kepada Allah.
KJV/RSV/NIV/NASB: serve (= melayani).
Kita memang diselamatkan untuk melayani (Ef 2:10 2Kor 5:15).
Tanpa takut.
Karena sudah bebas dari musuh / sudah selamat, maka kita tidak boleh takut (bdk. Maz 27:1-dst Maz 56:12 Ro 8:31-39 2Tim 1:7 1Yoh 4:17-18).
Dalam kebenaran dan kekudusan.
Ini perlu kita tekankan dalam hidup, study, pekerjaan, maupun pelayanan kita!
Seumur hidup kita.
Ini menunjukkan bahwa pelayanan dan pengudusan harus kita lakukan seumur hidup kita, dan tidak boleh ada saat dimana kita berhenti melayani / menguduskan diri! Apakah saudara adalah orang yang sudah pensiun dari pelayanan? Atau sudah bosan dengan usaha untuk membuang dosa tertentu sehingga saudara menyerah terus pada dosa tersebut? Kalau ya, bertobatlah!
4) Cara Tuhan memberi keselamatan / kelepasan adalah dengan:
a) Menumbuhkan tanduk keselamatan (ay 69-70).
‘Tanduk keselamatan dalam keturunan Daud’.
Ini jelas menunjuk kepada Yesus, bukan Yohanes Pembaptis, karena Yohanes Pembaptis bukan dari keturunan Daud / Yehuda, tetapi Lewi (Ingat Zakharia adalah seorang imam).
Sejak jaman Perjanjian Lama, Tuhan sudah menjanjikan akan munculnya Mesias dari keturunan Daud (ay 70 bdk. Yer 23:5). Tetapi, sejak pembuangan ke Babilonia, keturunan Daud praktis hancur. Tetapi janji Allah ini tetap berlaku dan akhirnya tergenapi!
Penerapan: pada saat semua harapan rasanya musnah, tetaplah percaya pada janji Tuhan. Tetapi awas, jangan beriman seperti orang-orang Faith Movement, yang tetap ‘beriman’ sekalipun tidak punya dasar Firman Tuhan apapun.
b) Memberikan Surya pagi (ay 78b).
‘Surya pagi’ ini jelas menunjuk kepada Yesus (ay 78b bdk. Yes 9:1-2 Yes 40:1-2 dan khususnya Mal 4:2).
Yesus menyinari mereka yang ada dalam gelap dan dalam naung-an / bayang-bayang maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (ay 79).
Tanpa Kristus, semua orang ada dalam gelap dan dalam bayang-bayang maut!
Dengan Kristus atau ikut Kristus, maka kita ada di jalan damai sejahtera.
Kelepasan dalam ay 68 berhubungan dengan tindakan Tuhan menum-buhkan tanduk keselamatan dalam keturunan Daud, yang menunjuk kepada Yesus (ay 69). Demikian juga orang bisa lepas dari kegelapan dan bayang-bayang maut dan pindah ke jalan damai sejahtera hanyalah karena Surya pagi, yang menunjuk kepada Yesus (ay 78b-79). Semua ini menunjukkan bahwa keselamatan yang sejati tidak bisa terlepas dari Yesus! Karena itu renungkan: sudahkah saudara ada di dalam Yesus?
5) Fungsi Yohanes Pembaptis:
a) Baru mulai ay 76 Zakharia berbicara tentang anaknya (Yohanes Pembaptis).
Dari tadi ia berbicara meninggikan Tuhan, Yesus, dan Kerajaan Allah. Sekarang ia berbicara tentang anaknya, itupun untuk menunjukkan pelayanan Yohanes Pembaptis sebagai orang yang mendahului Ye-sus untuk menyiapkan jalan bagi Yesus (ay 76b).
Sesuatu yang menarik adalah bahwa pada waktu menyebut anaknya, ia tidak berkata ‘anakku’ tetapi ‘anak’.
KS Indonesia: ‘hai anakku’. Ini salah terjemahan.
NIV: my child (= anakku). Ini juga salah.
NASB: child (= anak).
Ini menunjukkan ia tidak mempersoalkan anak itu sebagai anaknya, tetapi ia mempersoalkan bagaimana anak itu bisa berguna untuk Tuhan.
Orang yang penuh Roh Kudus tidak mempersoalkan diriku, anakku, uangku, rumahku, mobilku dsb, tetapi akan mempersoalkan Tuhan, Kerajaan Allah, Yesus, dsb, dan mempersoalkan bagaimana segala sesuatu bisa berguna untuk Tuhan.
b) Ay 77-78a:
Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus (ay 76b) dengan cara memberi pengertian tentang keselamatan (ay 77a).
Saat itu orang Yahudi mempunyai konsep yang salah tentang:
Mesias.
Mereka percaya Mesias adalah raja duniawi yang akan mele-paskan mereka dari penjajahan Romawi.
Sesuatu yang aneh dan perlu direnungkan adalah: sudah tahu orang Yahudinya mempunyai pemikiran begitu, mengapa Tu-han memberikan nubuat yang seolah-olah mendukung pan-dangan ini (ay 71,74)? Ini menunjukkan bahwa Tuhan memang sering sengaja memberikan hal-hal yang sukar dalam Kitab Suci, sehingga orang yang tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan arti yang salah sehingga tersesat dan binasa. Bacalah Mat 13:10-17 dan 2Pet 3:16 yang jelas mengajarkan hal ini.
2Pet 3:16 berbunyi:
“Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
keselamatan.
Mereka percaya keselamatan karena perbuatan baik, dan keselamatan karena mereka bangsa pilihan.
Tugas Yohanes Pembaptis adalah meluruskan pengertian mereka dalam hal-hal yang salah ini. Ini menunjukkan pentingnya pengertian. Tanpa pengertian yang benar tentang keselamatan, kita tidak mungkin bisa selamat.
Penerapan:
Orang Kharismatik sering menganggap bahwa orang Protestan, khususnya yang menekankan belajar Firman Tuhan, sebagai ahli-ahli Taurat. Memang bisa saja ada orang Protestan yang seperti ahli Taurat, yaitu kalau mereka cuma belajar tapi tidak melakukan. Tetapi penekanan pengetahuan / belajar Firman Tuhan itu sendiri adalah sesuatu yang benar!
Keselamatan itu didapatkan melalui pengampunan dosa (ay 77b).
Jadi, keselamatan bukan didapatkan melalui perbuatan baik, tetapi melalui pengampunan dosa. Bdk. Maz 32:1-2 Maz 130:3-4 Daniel 9:9. Dan tentu saja pengampunan dosa itu hanya kita dapatkan kalau kita percaya kepada Yesus (Ef 1:7 Ef 4:32 Kis 10:43).
Kalau saudara salah pengertian tentang keselamatan dalam hal ini, jangan harap saudara bisa selamat!
Ay 78a adalah sambungan ay 77. Jadi, bisa adanya pengampunan dosa disebabkan karena adanya belas kasihan Allah.
Penutup:
Maukah saudara menjadi alat Tuhan seperti Yohanes Pembaptis, yaitu dengan memberikan pengertian yang benar tentang keselamatan kepada orang-orang di sekitar saudara?
Percuma saudara percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat / jalan ke surga kalau kepercayaan itu tidak saudara wujudkan dengan membe-ritakan Yesus kepada orang lain!
LUKAS 2:1-7
I) Sensus (Lukas 2: 1-2):
1) Sensus ini diperintahkan oleh kaisar Agustus (ay 1), dan semua penafsir berpendapat bahwa sensus ini dilakukan untuk kepentingan pajak.
Dengan adanya sensus ini Yusuf dan Maria terpaksa pergi ke Betlehem (ay 3-5) sehingga akhirnya Yesus lahir di Betlehem (ay 6-7), menggenapi nubuat nabi Mikha dalam Mikha 5:1 yang berbunyi:
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.
Tanpa ia sadari, kaisar kafir ini melakukan sesuatu yang menyebabkan tergenapinya nubuat Firman Tuhan. Ini bukan sekedar merupakan suatu kebetulan, tetapi Tuhan menguasai dan mengarahkan kaisar kafir terse-but untuk melaksanakan RencanaNya! Bandingkan dengan Amsal 21:1 yang berbunyi: “Hati raja seperti batang air dalam tangan TUHAN, dialirkannya ke mana Ia ingini”.
2) William Barclay mengatakan bahwa ada actual documents (= dokumen sebenarnya) dari setiap sensus yang dilakukan mulai tahun 20 Masehi sampai tahun 270 Masehi, dan dari data-data ini terlihat bahwa sensus ini dilakukan setiap 14 tahun.
Sensus yang paling awal yang ada dokumennya, dilakukan pada tahun 20 Masehi. Tetapi ini tidak mungkin menunjuk pada sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Karena sensus itu diadakan setiap 14 tahun, maka sensus se-belumnya seharusnya terjadi pada tahun 6 Masehi. Tetapi sensus yang inipun masih kurang pagi untuk bisa dihubungkan dengan sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Para penafsir menganggap bahwa sensus pada tahun 6 Masehi inilah yang dimaksud dengan sensus dalam Kis 5:37.
Kalau tahun 6 Masehi ini dikurangi lagi dengan 14 tahun, maka bisa didapatkan tahun 8 Sebelum Masehi sebagai tahun pelaksanaan sensus dalam Luk 2:1-2 ini.
Ini menimbulkan problem karena tahun 8 SM tidak cocok dengan saat kelahiran Kristus.
Kalau Yesus lahir pada tahun 8 SM, maka itu berarti Ia memulai pelayananNya pada tahun 22 Masehi, dan penyucian Bait Allah dalam Yoh 2 terjadi pada tahun 23 Masehi. Dalam Yoh 2:20 dikatakan bahwa Bait Allah itu dibangun selama 46 tahun (dan saat itu belum selesai pembangunannya), dan ini menunjukkan bahwa Bait Allah itu mulai dibangun pada 23 SM.
Ini tidak cocok, karena dari sejarah diketahui bahwa pembangunan Bait Allah itu dimulai pada tahun 19 SM (dan baru selesai secara total pada tahun 64 Masehi).
Pemecahan problem ini:
Mungkin sensus di wilayah Herodes dimulai terlambat, karena Herodes takut melakukannya mengingat orang Yahudi ‘alergi’ terha-dap sensus gara-gara peristiwa sensus dalam 2Sam 24 / 1Taw 21.
Mungkin saat itu periodenya bukan 14 tahun, tetapi kurang dari itu.
II) Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ay 3-5):
1) Sensus ini mengharuskan setiap orang untuk mendaftarkan diri di kota-nya sendiri (ay 3).
Yusuf adalah keturunan Daud (1:27 2:4), dan demikian juga dengan Maria (1:32,69). Yesus memang harus muncul / lahir dari keturunan Daud (bdk. Yes 11:1 Yer 23:5-6 Mat 1:1,6 Luk 3:31 Ro 1:1-3 2Tim 2:8).
Dalam 1Sam 20:6 dikatakan bahwa Betlehem adalah kota Daud.
Karena itu Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ay 4-5).
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari tentang bagian ini:
a) Jarak Nazaret ke Betlehem sekitar 80-90 mil. Ini jelas merupakan penderitaan, khususnya untuk Maria yang sudah hamil tua. Mereka berserah dan tunduk pada kehendak Tuhan, tetapi yang mereka dapatkan justru bukanlah jalan yang mulus tetapi jalan yang penuh penderitaan!
Penerapan: kalau saudara beriman dan taat kepada Tuhan, jangan terlalu heran kalau jalan saudara justru menjadi sukar. Juga jangan menjadi takut, kecewa dan lalu meninggalkan jalan itu, karena jalan yang sempit itulah yang menuju pada kehidupan (bdk. Mat 7:13-14).
b) Mereka taat kepada pemerintah.
Pengadaan sensus tidak bertentangan dengan Firman Tuhan (bdk. Bil 1:1-dst Bil 26:1-dst).
Dalam 2Sam 24 / 1Taw 21 Daud melakukan sensus dan dihukum oleh Tuhan, karena ia melakukan sensus itu untuk memuaskan kesombongannya.
Karena sensus itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, sekalipun sensus itu menyukarkan hidup mereka, Yusuf dan Maria tetap tunduk!
Kita memang harus tunduk pada pemerintah, selama pemerintah tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan (Ro 13:1-7 bdk. Kis 5:29).
Penerapan: apakah saudara mau tunduk pada peraturan peme-rintah yang menyukarkan hidup saudara tetapi tidak bertentangan dengan Firman Tuhan?
c) Luk 2:1-7 ini pasti terjadi setelah Mat 1:18-25, sehingga saat itu Maria sudah menjadi istri Yusuf. Tetapi mengapa dalam ay 5 Maria tetap disebut sebagai ‘tunangan Yusuf’? Rupanya karena sekalipun mereka sudah menjadi suami istri, mereka tidak melakukan hubungan sex (bdk. Mat 1:24-25).
2) Mengapa Maria ikut pergi ke Betlehem? Ada beberapa kemungkinan jawaban:
a) Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa sebetulnya hanya laki-laki (yaitu Yusuf) saja yang harus pergi untuk mendaftar, tetapi ada juga penafsir yang beranggapan bahwa laki-laki maupun perempuan harus mendaftar. Karena itulah Maria harus ikut.
b) Maria sebetulnya tidak harus ikut, tetapi saat itu ada banyak gosip yang beredar tentang Maria yang terlalu cepat mengandung. Karena itu Yusuf tidak tega membiarkan Maria di Nazaret, dan membawanya pergi ke Betlehem.
Ini mengajar kita bahwa di dalam menghadapi problem, suami istri perlu ada kesatuan dan saling mendukung!
c) Yusuf ingin ada bersama dengan Maria pada saat Yesus lahir. Ingat bahwa Yusuf juga adalah orang Yahudi yang pasti menanti-nantikan kedatangan Mesias.
d) Mereka tahu tentang nubuat dalam Mikha 5:1 yang mengatakan bah-wa Mesias harus lahir di Betlehem, dan karena itu mereka sengaja pergi ke Betlehem supaya nubuat itu tergenapi.
Calvin menolak kemungkinan ini dengan alasan: kepergian mereka ke Betlehem disebutkan alasannya secara explicit dalam ay 5: ‘supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria’.
Karena itu Calvin berpendapat bahwa mereka pergi ke Betlehem bukan dengan tujuan supaya Kristus lahir di sana, tetapi karena tangan / pengaturan Allah (Providence of God) membimbing mereka seperti orang buta ke tempat dimana Kristus harus dilahirkan.
Calvin lalu menambahkan:
“Thus we see that the holy servants of God, even though they wander from their design, unconscious where they are going, still keep the right path, because God directs their steps” (= Demikianlah kita lihat bahwa pelayan-pelayan yang kudus dari Allah, sekalipun mereka menyimpang dari rencana mereka, tidak sadar kemana mereka pergi, tetap ada di jalan yang benar, karena Allah mengarahkan / memimpin langkah-langkah mereka).
Penjelasan: Yusuf dan Maria pasti sudah mempersiapkan dan meren-canakan banyak hal tentang Yesus yang akan dilahirkan itu. Mungkin mempersiapkan uangnya, kamarnya, tempat tidurnya, dsb. Tetapi pe-rintah untuk melakukan sensus itu kelihatannya membuyarkan segala persiapan dan rencana mereka. Tetapi toh semua ini ada dalam pim-pinan Tuhan!
Penerapan: kalau everything goes wrong (= segala sesuatu berjalan salah) dengan rencana saudara (baik rencana jasmani maupun ro-hani), maka itu tetap pimpinan Tuhan!
Ini tentu tak berarti bahwa kita boleh sembarangan dalam memilih jalan ataupun terlalu mudah ‘menyerah’ pada kehendak / Rencana Allah! Kita tetap punya tanggung jawab untuk memilih jalan yang terbaik, dan berusaha secara maximal untuk mencapainya. Kalau semua itu sudah kita lakukan dan ternyata semua hancur berantakan, barulah kita harus berserah pada kehendak / Rencana Allah.
III) Kelahiran Yesus (ay 6-7):
1) ‘anaknya yang sulung’ (ay 7a).
Istilah ‘anak sulung’, ditambah dengan banyak bagian Kitab Suci yang berbicara tentang adanya saudara-saudara Yesus (Mat 12:46,47 / Mark 3:31-32 / Luk 8:19-20 Mat 13:55-56 Yoh 2:12 Yoh 7:3,5,10 Kis 1:14), menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria pasti mempunyai anak-anak lain setelah kelahiran Yesus.
Seorang penafsir (Pulpit Commentary) menganggap Yusuf dan Maria tidak mempunyai anak lain selain Yesus, dengan alasan: istilah ‘anak sulung’ bisa diartikan ‘anak tunggal’ seperti dalam Ibr 1:6.
Tanggapan saya:
Dalam arti yang sebenarnya, memang Yesus adalah Anak Tunggal dari Allah (Yoh 3:16). Tetapi dalam Ibr 1:6 Yesus disebut sebagai Anak Allah yang sulung, itu disebabkan karena kita yang percaya kepada Yesus juga adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12), sekalipun kita adalah ‘anak-anak adopsi’. Bandingkan ini dengan Ro 8:29 yang berbunyi: ‘supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara’.
Dengan demikian, istilah ‘anak sulung’ dalam Ibr 1:6 tidak bisa diartikan sebagai ‘anak tunggal’!
2) ‘dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan’ (ay 7b).
a) Bagi Yusuf dan Maria ini adalah sesuatu yang kelihatannya kontra-diksi dengan Firman Tuhan.
Katanya Maria akan melahirkan Anak Allah yang maha tinggi, lalu mengapa Anaknya lahir dalam palungan?
b) Anak Allah yang mahatinggi mau lahir dalam palungan.
Yesus mau direndahkan / menjadi miskin, supaya kita bisa ditinggikan / menjadi kaya (secara rohani!). Bdk. 2Kor 8:9. Istilah ‘miskin menjadi kaya’ jelas harus diartikan secara rohani. Hal ini terlihat jelas kalau saudara membaca seluruh kontex (2Kor 8:1-9).
Calvin:
“When he was thrown into a stable, and placed in a manger, and a lodging refused him among men, it was that heaven might be opened to us, not as a temporary lodging, but as our eternal country and inheritance, and that angels might receive us into their abode” (= Pada saat Ia dilemparkan ke dalam kandang, dan diletakkan dalam palungan, dan penginapan menolak menerimaNya di antara manusia, tujuannya adalah supaya surga terbuka bagi kita, bukan sebagai penginapan sementara, tetapi sebagai negeri dan warisan yang kekal, dan supaya malaikat-malaikat menerima kita dalam tempat tinggal mereka).
c) Pemilik penginapan hanya memberikan tempat hewan karena:
ia tidak tahu bahwa yang akan dilahirkan oleh Maria adalah Mesias / Anak Allah.
memang semua kamar penuh sehingga tidak ada lagi tempat untuk mereka.
Karena itu sebetulnya ia tidak bisa terlalu disalahkan.
Tetapi kalau sekarang saudara menolak Kristus untuk tinggal dalam hati saudara sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, saudara meno-lak dengan suatu pengetahuan / kesadaran bahwa Ia adalah Anak Allah, maka penolakan saudara harus disalahkan!
Karena itu, terimalah Ia sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidup saudara!
LUKAS 2:8-20
I) Pemberitaan Injil kepada para gembala (Lukas 2: 8-14):
1) Kelahiran / kedatangan Yesus ke dalam dunia ini sia-sia belaka kalau tidak ada orang yang tahu. Karena itu maka Allah mengutus malaikat untuk memberitakan hal itu kepada para gembala.
Tetapi mengapa malaikat memberitakan hal itu hanya kepada beberapa gembala? Mengapa tidak kepada seluruh dunia? Jelas karena Allah menghendaki manusia, dan bukan malaikat, sebagai pemberita Injil. Allah menghendaki bahwa beberapa gembala yang sudah mendengar berita Injil itu lalu meneruskannya kepada orang lain! Perhatikan kata-kata ‘aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa’ (ay 10). Jadi sekalipun Injil ini pertama kali diberitakan kepada mereka, Injil itu bukan hanya untuk mereka sendiri, tetapi untuk seluruh bangsa. Ini jelas menunjukkan bahwa mereka (dan juga kita) harus memberitakan Injil. Apakah saudara melakukan dengan setia tugas Pemberitaan Injil yang Yesus berikan kepada saudara?
2) Pada jaman itu gembala adalah orang rendahan / hina. Ini terlihat dari fakta bahwa pada jaman itu mereka tidak diperbolehkan memberikan kesaksian dalam pengadilan.
Tetapi kepada mereka inilah berita Injil diberikan untuk pertama kalinya. Mengapa? Karena Allah mau memakai orang yang rendah / bodoh sebagai alatNya untuk menghancurkan kesombongan dunia (bdk. 1Kor 1:25 1Kor 2:4-5).
Ini mengajar kita 2 hal:
a) Jangan hanya mau belajar dari orang yang pinter secara duniawi / jasmani, atau orang yang secara jasmani / duniawi kelihatan hebat / mentereng. Tuhan bisa memakai orang yang secara duniawi / jasmani adalah orang bodoh yang tidak berpendidikan untuk mengajar sauda-ra, dan saudara harus cukup mempunyai kerendahan hati untuk mau diajar oleh orang seperti itu.
Calvin:
“If then we desire to come to Christ, let us not to be ashamed to follow those whom the Lord, in order to cast down the pride of the world, has taken, from among the dung of cattle, to be our instructors” (= Karena itu, jika kita mempunyai keinginan untuk datang kepada Kristus, marilah kita tidak malu untuk mengikuti mereka yang Tuhan, untuk menekan kesombongan dunia, telah ambil dari antara kotoran binatang, untuk menjadi guru-guru kita).
b) Kalau saudara adalah orang yang bodoh / tak berpendidikan tinggi, jangan menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak melayani Tuhan. Tuhan tetap mau dan bisa memakai saudara. Tentu saja saudara juga harus berusaha belajar Firman Tuhan dengan serius, supaya setidak-nya saudara menjadi pandai dalam hal rohani.
3) Berita Injil dari malaikat (ay 10-12,14):
a) Ada kesukaan besar (great joy) karena kelahiran Juruselamat (ay 10-11).
Ini menunjukkan bahwa:
Tanpa Juruselamat, tidak ada sukacita yang sejati.
Calvin:
“These words show us, first, that, until men have peace with God, and are reconciled to him through the grace of Christ, all the joy that they experience is deceitful, and of short duration” (= kata-kata ini pertama-tama menunjukkan bahwa sebelum manusia mempunyai damai dengan Allah, dan diperdamaikan denganNya melalui kasih karunia Kristus, semua sukacita yang mereka alami adalah bohong / palsu dan berumur pendek).
Penerapan: apakah saudara selalu hanya mencari kesenangan duniawi, seperti pesta, piknik, cewek, dsb? Sermua itu hanya bisa memberi kesukaan yang bersifat sementara dan semu. Hanya Yesus yang bisa memberi sukacita yang sejati kepada saudara!
Kita yang sudah mempunyai keselamatan dalam Yesus Kristus harus bersukacita. Sukacita ini harus mengatasi segala problem, penderitaan dsb.
b) Ay 12 merupakan tanda yang diberikan oleh malaikat kepada mereka. Pemberian tanda ini tujuannya:
supaya mereka tidak keliru mendapatkan bayi yang lain. Mungkin ada banyak bayi yang lahir pada saat yang bersamaan, tetapi pasti hanya ada 1 yang diletakkan dalam palungan.
supaya mereka percaya bahwa bayi yang ada dalam keadaan hina itu adalah Kristus / Anak Allah. Perlu diingat bahwa manusia cen-derung menilai secara lahiriah / jasmani.
c) Ay 14:
‘kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi’ (ay 14a).
Tujuan akhir dari Natal bukanlah sekedar keselamatan manusia, tetapi supaya melalui keselamatan itu manusia lalu memuliakan Allah! Karena itu, kalau saudara sudah diselamatkan, saudara harus hidup untuk kemuliaan Allah.
Penerapan: apakah saudara hidup untuk kemuliaan Allah, atau untuk kesenangan saudara sendiri?
‘damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya’.
‘damai’ bisa menunjuk pada:
- damai dalam hati.
- damai antara manusia dengan manusia
- damai antara manusia dengan Allah.
Calvin mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘damai sejahtera’ di sini adalah damai antara Allah dengan manusia (Catatan: tetapi perlu diingat bahwa damai dengan Allah ini juga menyebabkan damai dalam hati dan damai antara manusia dengan manusia).
Calvin mengatakan bahwa manusia dari lahir adalah ‘children of wrath’ / anak-anak kemurkaan (Ef 2:3), dan hanya bisa diperda-maikan dengan Allah melalui Yesus Kristus.
Renungkan: sudahkah saudara diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus? Sebelum hal itu terjadi, murka Allah tetap ada di atas saudara, dan akan menimpa saudara secara penuh pa-da saat saudara mati, atau pada saat Yesus datang kedua-kalinya!
‘manusia yang berkenan kepadaNya’.
Ini tidak berarti bahwa manusia itu hidup sedemikian rupa se-hingga bisa memperkenan Tuhan dan mendapatkan damai! Ini menunjukkan suatu perkenan yang tergantung pada kehendak Allah yang berdaulat. Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata ini berarti: ‘whom God has graciously chosen’ (= yang telah Allah pilih dengan murah hati).
II) Tanggapan dari para gembala (ay 15-20):
1) Ay 15-16 adalah saat yang penting. Injil / Firman Tuhan sudah selesai diberitakan. Sekarang, bagaimana sikap / tanggapan para gembala itu? Mereka bisa saja:
tidak percaya.
bersikap acuh tak acuh.
sekedar berkata ‘alangkah indahnya berita itu’ dan lalu tidak mela-kukan apa-apa!
Bukankah banyak orang kristen yang setelah mendengar Firman Tuhan lalu mengambil sikap-sikap seperti ini? Tetapi bukan itu sikap / tang-gapan dari para gembala. Sebaliknya:
a) Mereka menganggap kata-kata malaikat sebagai kata-kata Tuhan (ay 15b: ‘seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita’).
Penerapan: bagaimana kalau saudara mendengar kata-kata pendeta yang sesuai dengan Firman Tuhan? Apakah juga menganggap seba-gai kata-kata Tuhan dan mentaatinya?
b) Mereka mentaati / menanggapi berita Injil itu, dan bahkan mereka saling mendorong untuk mentaati / menanggapi berita Injil tersebut!
Penerapan:
Kita sering taat sendiri, dan tidak mempedulikan apakah orang lain taat atau tidak.
Kita bahkan sering saling mendorong untuk tidak taat, misalnya mengajak untuk sama-sama membolos dari Kebaktian / Pemaham-an Alkitab!
c) Mereka taat secara langsung / tidak menunda.
Ini terlihat dari kata-kata ‘cepat-cepat berangkat’ (ay 16).
Pada waktu mendengar Firman Tuhan, sering ada api yang membara dalam diri kita yang mendorong kita untuk taat. Tetapi kalau kita me-nunda ketaatan, maka api itu mengecil dan akhirnya padam. Karena itu jangan menunda ketaatan.
Adam Clarke mengatakan bahwa semua penundaan adalah berba-haya, tetapi orang yang setelah mendengar Injil lalu menunda untuk mencari / datang kepada Yesus, membahayakan kebahagiaan kekal-nya.
Apakah saudara masih menunda untuk datang dan percaya kepada Yesus? Jangan mengira bahwa semua orang mendapat kesempatan bertobat pada saat terakhir seperti penjahat yang bertobat di kayu salib!
d) Mereka pergi ke Betlehem, padahal malaikat itu tidak mengatakan ‘Betlehem’. Tetapi kata-kata ‘di kota Daud’ (ay 11) jelas menunjuk kepada Betlehem.
Dari semua ini terlihat bahwa mereka tidak berusaha mencari ‘celah-celah’ dalam Firman Tuhan, yang membenarkan ketidaktaatan terha-dap Firman Tuhan.
Contoh mencari celah dalam Firman Tuhan: tidak mengampuni orang yang bersalah karena orangnya tidak mau minta maaf. Ini didasarkan pada Luk 17:4.
Penerapan: kita harus mempunyai jiwa / sikap yang lurus, tulus, dan adil terhadap Firman Tuhan! Ingat bahwa dalam hal ini saudara berhadapan dengan Allah yang mahatahu!
e) Mereka mengutamakan Yesus lebih dari pekerjaan mereka.
Mereka tentu tidak meninggalkan begitu saja domba-domba mereka. Mungkin mereka memasukkan domba-domba itu ke kandang atau me-nitipkannya kepada orang lain. Tetapi yang jelas mereka meninggal-kan pekerjaan mereka demi mencari Yesus!
Penerapan: yang mana lebih penting bagi saudara, Yesus atau study / pekerjaan / kesibukan saudara?
2) Mereka menjumpai Yesus, lalu menceritakan berita dari malaikat kepada orang-orang yang ada di sana (ay 17-19).
Penerapan: kita harus mau membagikan apa yang kita terima! Bukan cuma membagikan berkat jasmani yang kita terima, tetapi juga Firman Tuhan.
3) Mereka kembali sambil memuji dan memuliakan Allah (ay 20).
Calvin:
“If the cradle of Christ had such an effect upon them, as to make them rise from the stable and the manger to heaven, how much more powerful ought the death and resurrection of Christ to be in raising us to God?” (= Jika ayunan / tempat lahir Kristus mempunyai pengaruh seperti itu terhadap mereka, sehingga membuat mereka bangkit dari kandang dan palungan ke surga, betapa lebih hebatnya seharusnya kematian dan kebangkitan Kristus mengangkat kita kepada Allah?).
LUKAS 2:21-39
I) Tindakan Yusuf dan Maria (ay 21-24):
1) Menyunatkan Anak itu (ay 21).
Mengapa Yesus perlu disunat?
Ia dibuat tunduk pada hukum Taurat (bdk. Gal 4:4).
Alasan yang sama seperti waktu Ia dibaptis, yaitu untuk menggenap-kan seluruh kebenaran (Mat 3:13).
Karena tanpa sunat, Ia tidak akan diterima oleh orang-orang Yahudi dan tidak diijinkan masuk ke Bait Allah.
2) Memberi nama ‘Yesus’ kepada Anak itu (ay 21).
Ay 21 ini mengatakan bahwa nama ‘Yesus’ itu diberikan oleh malaikat ‘sebelum Ia dikandung oleh ibuNya’.
Jadi, ini tidak menunjuk pada Mat 1:21 yang terjadi setelah Ia ada dalam kandungan, tetapi pada Luk 1:31 yang terjadi sebelum Maria mengan-dung Yesus.
3) Melakukan pentahiran (ay 22,24).
a) Siapa yang ditahirkan di sini?
RSV/NIV/NASB: their purification (= pentahiran mereka).
KJV: her purification [= pentahirannya (Maria)].
Adam Clarke mengatakan bahwa di sini ada beberapa manuscript yang berbeda. Ada yang:
her (Yunani: AUTES) purification.
his (Yunani: AUTOU) purification.
their (Yunani: AUTON) purification.
purification of them both (Yunani: AUTOIN).
tanpa kata ganti empunya (seperti Kitab Suci Indonesia).
Sedangkan A.T. Robertson mengatakan hanya ada 2 golongan yaitu ‘their’ (manuscript kuno) dan ‘her’ (manuscript baru).
Kalau diambil ‘her’, maka itu menunjukkan bahwa ini adalah pentahir-an Maria. Sebetulnya ini yang lebih cocok dengan Im 12:1-8, karena dalam Im 12:1-8 terlihat bahwa yang menjadi najis hanyalah ibu yang melahirkan, dan pentahiran dilakukan untuk ibu itu.
Sedangkan kalau diambil ‘their’, maka ada beberapa kemungkinan pe-nafsiran:
kata ‘their’ itu menunjuk kepada Yesus dan Maria.
Tetapi berbeda dengan Maria yang ditahirkan karena memang na-jis (berdasarkan Im 12:1-8), maka Yesus mengalami upacara pen-tahiran bukan karena Ia najis, tetapi dengan alasan yang sama seperti waktu Ia disunat atau dibaptiskan.
Calvin memberikan penjelasan yang berbeda, yaitu: Yesus rela di-anggap najis (sekalipun sebetulnya Ia tidak tak bernoda dan tak bercacat - bdk. 1Pet 1:19), supaya Ia bisa menjadi sumber pe-nyucian dan menyucikan kita yang najis.
kata ‘their’ itu tidak menunjuk kepada Yesus dan Maria (Yesus suci sejak dalam kandungan sehingga tidak perlu mengalami penta-hiran), tetapi kepada Yusuf dan Maria. Hendriksen mengatakan bahwa Yusuf memang tidak ikut menjadi najis, tetapi ia tercakup karena ialah yang membiayai persembahan untuk pentahiran.
b) Sebagai persembahan untuk pentahiran itu, mereka memberikan sepasang burung tekukur atau 2 ekor anak burung merpati (ay 24).
Bandingkan ini dengan Im 12:6,8. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang miskin, karena kalau mereka adalah orang yang mampu seharusnya mereka mempersembahkan seekor domba dan seekor tekukur / anak burung merpati.
Jelas bahwa persembahan emas dari orang Majus (Mat 2:11) tidaklah banyak, dan mungkin harus mereka jual dan gunakan untuk memba-yar sewa rumah di Betlehem dan sebagainya, sehingga pada saat ini mereka miskin.
4) Menyerahkan Yesus kepada Allah (ay 22b-23).
Pada waktu Allah membunuh semua anak sulung di Mesir, Ia menyela-matkan semua anak sulung Israel, dan karena itu semua anak sulung menjadi milik Allah dan harus mereka tebus (Bdk. Kel 13:2 Bil 3:13 Bil 18:15-16).
II) Simeon (ay 25-35):
1) Simeon adalah orang yang benar dan saleh yang menantikan penghibur-an bagi Israel / gereja (ay 25). Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari sini:
a) Ini menunjukkan bahwa orang yang benar dan saleh, pasti peduli pada nasib gereja.
Penerapan: kalau saudara acuh tak acuh terhadap nasib gereja (misalnya gereja yang terkena Liberalisme, gereja yang suam, tanpa pengajaran Firman Tuhan, gereja yang terkena Toronto Blessing, dsb) jelas saudara bukanlah orang yang benar dan saleh. Juga kalau saudara bersikap acuh tak acuh melihat hal-hal yang salah / kurang baik dalam gereja, misalnya persekutuan doa atau Pemahaman Alkitabnya, atau Persekutuan Pemudanya, atau Sekolah Minggunya, atau keuangannya, dsb.
b) Israel saat itu sedang ada dalam keadaan sangat menyedihkan. Mereka ada dalam penjajahan Romawi, mengalami kekejaman Hero-des, dan secara rohani mereka sangat jelek karena agama yang ber-sifat lahiriah, dan juga saat itu tidak ada nubuat (mulai jaman Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis).
Tetapi hebatnya, dalam situasi seperti itu Simeon tetap menantikan penghiburan untuk Israel (ay 25b). Tetapi perlu diingat bahwa peng-harapan Simeon disini adalah pengharapan yang sesuai / berdasar Firman Tuhan (bdk. Yes 8:23-9:6 11:1-10 40:1-11 49:8-13 51:1-6,12-16 52:13-55:13 60:1-3 61:1-11 66:13).
Penerapan: sekalipun ada dalam situasi yang jelek, tetaplah berharap kepada Tuhan. Tetapi berharaplah sesuai dengan Firman Tuhan atau berdasarkan Firman Tuhan!
2) Roh Kudus ada pada Simeon (Ini sesuatu yang tidak lazim, karena saat itu adalah jaman Perjanjian Lama, dimana Roh Kudus belum dicurahkan kepada semua orang percaya) dan Roh Kudus menyatakan kepadanya bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias (ay 26).
Roh Kudus membimbingnya ke Bait Allah sehingga ia bisa bertemu dengan Yesus, lalu menatangNya (ay 27-28).
3) Kata-kata / nubuat Simeon (ay 29-32,34-35).
Beberapa hal yang perlu dibahas:
a) Simeon melihat bayi Yesus, dan ia berkata: ‘... mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu’ (ay 30). Ini menyebabkan Simeon siap untuk mati (ay 29).
Calvin memberi komentar tentang bagian ini sebagai berikut:
“Now if the sight of Christ, while he was yet a child, had so powerful an effect on Simeon, that he approached death with cheerfulness and composure; how much more abundant materials of lasting peace are now furnished to us, who have the opportunity of beholding our salvation altogether completed in Christ?” (= Jika penglihatan tentang Kristus, pada waktu Ia masih anak-anak, mempunyai pengaruh begitu hebat terhadap Simeon, sehingga ia mendekati kematian dengan kegembiraan dan ketenangan; betapa lebih berlimpah-limpahnya materi damai yang kekal yang sekarang disediakan bagi kita, yang mempunyai kesempatan untuk melihat keselamatan kita seluruhnya diselesaikan / disempurnakan dalam Kristus?).
Penerapan: sudahkah saudara melihat / mempunyai Yesus / keselamatan sehingga saudara siap untuk mati?
b) Ia melanjutkan kata-katanya dengan berkata: ‘yang telah Engkau se-diakan di hadapan segala bangsa, ...’ (ay 31-32).
kata-kata ‘segala bangsa’ (ay 31) dan ‘bangsa-bangsa lain’ (ay 32) menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Juruselamat dari bangsa Yahudi saja, tetapi Juruselamat seluruh dunia.
Bahwa keselamatan disediakan oleh Allah, menunjukkan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian cuma-cuma dari Allah (bdk. Ef 2:8-9 Ro 3:23-24).
c) Ay 34-35:
‘Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan’ (ay 34b).
Arti: orang yang tidak percaya kepada Yesus akan dijatuhkan sedangkan orang yang percaya kepada Yesus akan dibangkitkan (bdk. 1Pet 2:4-7).
‘dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan’ (ay 34c).
NASB: and for a sign to be opposed (= dan sebagai tanda untuk ditentang).
NIV: and to be a sign that will be spoken against (= dan menjadi suatu tanda yang akan dibantah).
Ini menunjukkan bahwa ada banyak orang akan menentang Kris-tus. Ini penting diketahui oleh Maria, supaya ia siap menghadapi penolakan orang banyak terhadap Kristus.
‘dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri’ (ay 35).
Kata-kata ini ditujukan kepada Maria.
Sekalipun pada waktu memberkati, Simeon melakukannya terhadap Yusuf dan Maria (ay 34), tetapi pada waktu meng-ucapkan ay 34b-35, khususnya bagian ini, ia hanya meng-ucapkannya kepada Maria. Ia tahu bahwa Yesus adalah anak Maria, bukan anak Yusuf [Catatan: digunakannya istilah ‘orang tuaNya’ (ay 27), ‘bapa serta ibuNya’ (ay 33), ‘orang tua Yesus’ (ay 41), ‘bapaMu dan aku’ (ay 48), karena secara hukum Yesus adalah anak Yusuf].
Yang dimaksud dengan ‘pedang’ adalah pedang yang besar. Dalam LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani) istilah yang sama digunakan untuk menunjuk pada pedangnya Goliat (1Sam 17:51).
Arti dari kata-kata ini adalah: Maria akan mengalami pen-deritaan yang hebat. Ini tergenapi khususnya pada waktu Maria melihat Yesus menderita menjelang dan pada saat penyaliban (bdk. Yoh 19:25).
Kata-kata ini penting bagi Maria, supaya ia tak berpikir bahwa hidupnya akan seperti jalan mulus yang penuh bunga ber-taburan karena ia melahirkan Kristus. Dengan adanya kata-kata ini ia tahu ia akan menderita, dan ia bisa bersiap sedia menghadapi hal itu.
Penerapan: jangan tidak senang pada firman yang berbicara tentang penderitaan, salib, dsb.
III) Hana (ay 36-38):
1) Hana adalah seorang nabiah. Ia sudah sangat tua dan ia hanya hidup 7 tahun bersama suaminya, lalu menjadi janda (ay 36-37).
Tetapi dikatakan bahwa ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam ia beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ay 37). Ini me-nunjukkan bahwa janda tua ini tetap aktif dalam hal rohani dan setia kepada Tuhan.
Penerapan:
bandingkan ini dengan orang tua yang ‘pensiun’ dari pelayanan dengan alasan ‘memberi kesempatan kepada yang muda’!
lebih-lebih bandingkan ini dengan orang kristen yang sekalipun masih muda sudah mbolosan dan tidak setia!
William Barclay:
“Anna was a widow. She had known sorrow and she had not grown bitter. Sorrow can do one of two things to us. It can make us hard, bitter, resentful, rebellious against God. Or it can make us kinder, softer, more sympathetic. It can despoil us of our faith; or it can root faith ever deeper. It all depends how we think of God. If we think of him as a tyrant we will resent him. If we think of him as a Father we too will be sure that ‘A Father’s hand will never cause His child a needless tear’” (= Hana adalah seorang janda. Ia telah mengenal kesedihan dan ia tidak menjadi pahit. Kesedihan bisa melakukan salah satu dari dua hal terhadap kita. Itu bisa membuat kita keras, pahit, marah, memberontak terhadap Allah. Atau itu bisa membuat kita lebih baik, lebih lembut, lebih bersimpati. Itu dapat merampas iman kita, atau itu dapat membuat iman kita berakar makin dalam. Semua tergantung bagaimana kita berpikir tentang Allah. Jika kita berpikir tentang Dia sebagai seorang raja yang lalim, kita akan menjadi marah / benci kepadaNya. Jika kita berpikir tentang Dia sebagai seorang Bapa kitapun akan yakin bahwa ‘tangan seorang Bapa tidak akan pernah menimbulkan air mata yang tidak perlu bagi anakNya’).
Barclay melanjutkan:
“She was eighty-four years of age. She was old and she had never ceased to hope. Age can take away the bloom and the strength of our bodies; but age can do worse - the years can take away the life of our hearts until the hopes that once we cherished die and we become dully content and grimly resigned to things as they are. Again it all depends on how we think of God. If we think of him as distant and detached we may well despair; but if we think of him as intimately connected with life, as having his hand on the helm, we too will be sure that the best is yet to be and the years will never kill our hope” [= Ia berusia 84 tahun. Ia sudah tua tetapi tidak pernah berhenti berharap. Usia bisa mengambil masa remaja dan kekuatan tubuh kita; tetapi usia bisa melakukan yang lebih jelek lagi - tahun-tahun itu bisa mengambil hidup dari hati kita sehingga pengharapan yang tadinya kita harapkan menjadi mati dan kita menjadi acuh tak acuh / apatis (?) dan menerima nasib dengan cemberut terhadap hal-hal yang terjadi. Lagi-lagi ini semua tergantung bagaimana kita berpikir tentang Allah. Jika kita berpikir bahwa Dia itu jauh dan terpisah dari kita maka kita bisa menjadi putus asa; tetapi jika kita berpikir bahwa Dia berhubungan dekat dengan hidup kita dan memimpin / mengarahkannya, kitapun akan yakin bahwa hal yang terbaik masih akan datang dan tahun-tahun itu tidak akan pernah membunuh pengharapan kita].
2) Hana juga datang ke Bait Allah untuk menemui Yesus. Ia lalu mengucap syukur kepada Allah dan memberitakan tentang Yesus kepada orang-orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (ay 38).
Dengan kata lain, setelah Hana bertemu dengan Yesus ia mengucap syukur kepada Allah dan memberitakan Injil.
Penerapan: Kalau saudara sudah sungguh-sungguh pernah ‘bertemu dengan Yesus’, maka saudara harus mengucap syukur kepada Allah, dan saudara harus memberitakan Yesus kepada semua orang di sekitar saudara! Adakah hal-hal ini ada pada saudara?
Penutup:
Calvin mengatakan bahwa cerita tentang Simeon dan Hana ini menunjukkan bahwa dalam gereja yang brengsek saat itu tetap ada suatu ‘sisa (= remnant) yang setia’ kepada Tuhan (bdk. Ro 11:5).
Ditengah-tengah gereja jaman sekarang yang juga sangat menyedihkan, ada banyak orang kristen yang lalu menjadi suam dan lalu hidup menuruti arus. Ini memang sesuai dengan kata-kata Yesus dalam Mat 24:12 yang berbunyi: “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.
Tetapi saudara tidak harus menjadi seperti itu. Saudara bisa meniru Simeon dan Hana yang tetap setia kepada Tuhan ditengah-tengah gereja yang brengsek. Maukah saudara?
LUKAS 2:40-52
I) Merayakan Paskah di Yerusalem:
1) Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di sana (ay 41).
a) Di sini disebutkan ‘orang tua’ Yesus, yang jelas menunjuk kepada Yu-suf dan Maria. Maria memang adalah ibu Yesus, tetapi Yusuf sebetul-nya bukanlah ayah Yesus, tetapi tetap disebut orang tua karena secara legal / hukum Yesus adalah anak Yusuf.
b) Paskah.
Ini jelas bukan Paskahnya orang kristen yang menunjuk pada kebang-kitan Yesus. Ini adalah Paskah Perjanjian Lama (Inggris: Passover), yaitu merayakan saat orang Israel lepas dari tulah ke 10 (kematian anak sulung) karena adanya darah domba pada ambang pintu.
c) Paskah / hari raya roti tak beragi adalah salah satu dari 3 hari raya dimana orang Yahudi harus pergi berbakti di Yerusalem (Kel 23:14-17). Sebetulnya yang harus berbakti di Yerusalem hanyalah orang laki-laki saja (Kel 23:17), tetapi ternyata Maria juga ikut. Ini menun-jukkan kesalehannya dimana ia mau melakukan lebih banyak dari yang diperintahkan oleh Tuhan.
Penerapan: Kalau saudara menuruti Firman Tuhan apakah saudara mau menurutinya sesedikit / seminim mungkin? Misalnya apakah saudara rela memberikan persembahan lebih dari 10 %?
d) Merayakan Paskah di Yerusalem merupakan hal yang cukup berat, karena mereka harus tinggal di Yerusalem selama 8 hari, yaitu 1 hari untuk Paskahnya dimana mereka menyembelih domba Paskah, dan 7 hari untuk merayakan hari raya roti tak beragi (Kel 12:15 Im 23:5-6). Karena itu dalam ay 43 digunakan bentuk jamak ‘hari-hari perayaan’.
Tetapi sekalipun ini cukup berat, mereka tetap mau mentaati!
Penerapan: Apakah saudara mau taat pada perintah yang berat, atau hanya yang ringan saja?
2) Ketika Yesus berusia 12 tahun maka Ia diajak oleh orang tuanya untuk pergi ke Yerusalem pada Paskah (ay 42).
a) Mengapa pada usia 12 tahun?
William Barclay: “A Jewish boy became a man when he was 12 years of age” (= seorang anak laki-laki Yahudi menjadi seorang laki-laki pada saat ia berusia 12 tahun).
Pada saat usia 12 tahun seorang anak laki-laki menjadi BAR MITS-VAH [the son of the law / commandment (= anak hukum / perintah)].
Ini tentu tidak berarti bahwa sebelum usia 12 tahun Yesus tidak pernah berbakti. Ia tentu juga berbakti tetapi tidak di Yerusalem / Bait Allah.
b) Yusuf dan Maria mengajak Yesus pergi ke Yerusalem untuk mera-yakan Paskah.
Ini berarti:
orang tua harus mengarahkan anaknya kepada Tuhan.
Jangan membiarkan anak itu tumbuh bebas dan memilih ke-percayaannya sendiri. Kalau saudara percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga (Yoh 14:6), maka saudara harus mengarahkan anak saudara kepada Yesus!
Penerapan: pernahkah / seringkah saudara memberitakan Injil kepada anak saudara?
orang tua harus mengajar dan mengajak anaknya untuk berbakti kepada Allah di gereja.
Penerapan:
saudara tidak bisa mengajar anak saudara untuk berbakti de-ngan rajin kalau saudara sendiri sering membolos dari kebak-tian! Karena itu nomer satu saudara sendiri harus rajin berbakti!
biasanya sekolah minggu diadakan pada pagi hari, dan dengan demikian saudara yang mempunyai anak yang masih kecil, harus datang pada kebaktian pagi! Jadi jangan melakukan hal-hal lain pada pagi, dan lalu datang ke kebaktian sore, karena dengan demikian anak saudara tidak bisa berbakti!
desak anak saudara untuk rajin pergi ke gereja, dan jangan biarkan dia membolos kecuali karena sakit.
jangan mengajak anak ke luar kota dan membolos kebaktian!
jangan menghukum anak dengan melarang pergi ke sekolah minggu! Tuhan tidak pernah menyuruh kita mendidik / mendisiplin anak dengan cara seperti itu!
orang tua harus mengajar anak untuk menuruti perintah Allah.
Penerapan: jangan mengajar anak hal-hal yang negatif seperti ber-dusta. Misalnya menyuruh berkata kepada tamu bahwa saudara tidak ada, padahal saudara ada. Kalau saudara sering menyuruh anak saudara berdusta seperti ini, jangan heran kalau suatu saat ia mendustai saudara!
II) Yesus tertinggal di Bait Allah:
1) Pada saat meninggalkan Yerusalem, orang-orang Yahudi itu biasanya pulang beramai-ramai (dalam rombongan besar). Ini menyebabkan Yusuf dan Maria bisa tidak mengetahui kalau Yesus tidak ada di antara mereka (ay 43-44). Setelah tahu bahwa Yesus tidak ada bersama mereka, maka kembalilah Yusuf dan Maria untuk mencari Yesus. Akhirnya mereka me-nemukan Yesus di Bait Allah (ay 45-46a).
Jadi, pada saat semua sudah meninggalkan Bait Allah, Yesusnya masih di sana. Yesus merasa krasan di Bait Allah, dan ini kontras dengan ba-nyak orang kristen yang tidak krasan ada di gereja dan langsung meninggalkan gereja begitu kebaktian selesai!
2) Yesus berdiskusi dengan ‘alim ulama’ (ay 46b-47).
a) Sesuatu yang menarik dalam bagian ini adalah: setelah Yusuf dan Maria menemukan Yesus (ay 46a), yang diceritakan lebih dulu bukan-lah reaksi / pertanyaan / teguran Maria, tetapi apa yang Yesus lakukan (ay 46b-47). Reaksi / teguran Maria baru diceritakan dalam ay 48. Ini menunjukkan bahwa Yesusnyalah yang dipentingkan dalam cerita ini, bukan Yusuf ataupun Marianya! Gereja yang lebih meng-utamakan Maria dari pada Yesus, jelas sudah menyimpang dari Alkitab!
b) Istilah ‘alim ulama’ diterjemahkan ‘teachers’ (= guru-guru) oleh NIV / NASB. Rupanya ini adalah ahli-ahli Taurat pada saat itu.
c) Mengapa Yesus sengaja tinggal di Yerusalem dan berdiskusi dengan para ahli Taurat itu?
untuk belajar Firman Tuhan.
Ini menunjukkan Ia rindu pada Firman Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara rindu pada Firman Tuhan? Dan apakah kerinduan itu saudara wujudkan dengan mencari Firman Tuhan?
Jangan merasa aneh kalau Yesus perlu belajar Firman Tuhan. Jangan lupa bahwa Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi sehingga Ia mempunyai 2 pikiran, yaitu ilahi dan manusia, yang timbul tenggelam secara bergantian. Pikiran ilahiNya tentu saja mahatahu dan tidak perlu belajar, tetapi pikiran manusiaNya terbatas / tidak mahatahu sehingga perlu belajar dan bisa mengalami pertumbuhan pengetahuan (bdk. ay 40,52 - bertumbuh dalam hikmat). Ini bertentangan dengan ajaran Apolinarianism, yang mengatakan bahwa pikiran Yesus berasal dari LOGOS.
Di sini Ia belajar Firman Tuhan melalui suatu diskusi (ay 46b-47). Kalau saudara adalah orang kristen yang tidak senang berdiskusi tentang Firman Tuhan, ada sesuatu yang aneh / tidak beres dalam diri saudara!
mungkin ini juga untuk menyiapkan orang-orang Yahudi untuk melihat dan mengakui adanya hikmat ilahi dalam diriNya.
Supaya Yusuf dan Maria sadar bahwa Ia bukan anak biasa.
3) Pertanyaan Maria dan jawaban Yesus (ay 48-49).
Dalam ay 48 Maria bertanya / menegur Yesus dengan berkata: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan aku dengan cemas mencari Engkau”.
Dan dalam ay 49 Yesus menjawab: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidak-kah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?”
a) Ini adalah kata-kata Yesus yang pertama yang dicatat dalam Kitab Suci.
b) ‘Rumah BapaKu’.
RSV/NIV/NASB: my Father’s house (= rumah BapaKu).
Dalam bahasa Yunaninya kata ‘house / rumah’ itu sebetulnya tidak ada. Jadi terjemahan hurufiahnya hanyalah: I must be in my Father’s (= Aku harus ada dalam milik BapaKu).
KJV menterjemahkan: my Father’s business (= kesibukan BapaKu).
c) William Barclay memberi komentar:
“See how gently but very definitely Jesus takes the name father from Joseph and gives it to God” (= Lihatlah betapa dengan lembut tetapi pasti Yesus mengambil nama / sebutan bapa dari Yusuf dan memberikannya kepada Allah).
Kalau kita membetulkan orang lain, seringkali kita melakukannya dengan pasti / tegas, tetapi tidak dengan lembut. Atau dengan lembut, tetapi tidak pasti / tegas. Kita perlu belajar dari Yesus dalam hal ini!
d) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa Ia bukanlah anak biasa, ka-rena sekalipun Ia adalah manusia, tetapi Ia juga adalah Allah sendiri!
Dalam Kitab Suci ada 4 kitab Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, karena setiap kitab Injil menyoroti Yesus dari sudut yang berbeda.
Matius menekankan Yesus sebagai Raja.
Markus menekankan Yesus sebagai Hamba.
Lukas menekankan Yesus sebagai manusia.
Yohanes menekankan Yesus sebagai Allah.
Text yang kita bahas hari ini ada dalam Injil Lukas yang menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi tidak berarti bahwa Lukas mengabaikan keilahian Yesus! Text ini sendiri memang sangat menekankan kema-nusiaan Yesus dengan menceritakan pertumbuhan Yesus secara fisik dan pertumbuhan hikmatNya dsb (ay 40,52), tetapi disela-sela text ini tetap terlihat keilahian Yesus!
Ini mengajar kita untuk melihat doktrin-doktrin dan juga ayat-ayat Kitab Suci secara seimbang.
e) Kata-kata Yesus ini juga menunjukkan bahwa kewajiban terhadap Allah lebih besar dan harus lebih diutamakan dari pada kewajiban terhadap orang tua.
4) Ketidakmengertian Yusuf dan Maria (ay 50,51b).
Sesuatu yang baik dari Maria di sini adalah: sekalipun ia tidak mengerti kata-kata Yesus, tetapi ia menyimpannya dalam hati! Bandingkan dengan banyak orang kristen yang sekalipun mengerti Firman Tuhan, tetapi tidak menyimpannya dalam hati!
5) Mereka lalu kembali ke Nazaret dan Yesus hidup dalam ketundukan kepada ‘orang tua’nya (ay 51).
Kata-kata ‘tetap hidup dalam asuhan mereka’ (ay 51) salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘tunduk / taat kepada mereka’.
KJV: and was subject unto them (= dan tunduk kepada mereka).
NIV/RSV: and was obedient to them (= dan taat kepada mereka).
NASB: and He continued in subjection to them (= dan Ia tetap tunduk kepada mereka).
Ini merupakan sesuatu yang harus kita teladani: tunduk pada otoritas di atas kita:
anak kepada orang tua.
istri kepada suami.
murid terhadap guru.
rakyat kepada pemerintah.
pegawai kepada boss.
Penutup:
Maukah saudara meniru teladan Yesus dalam bagian ini, baik dalam sikapNya terhadap Firman Tuhan, terhadap Allah / Bait Allah, maupun terhadap orang tua?
LUKAS 3:1-20
I) Saat Yohanes Pembaptis mulai melayani (ay 1-2):
1) Lukas 3: 1: Saat itu adalah tahun ke 15 pemerintahan Kaisar Tiberius (kaisar Romawi). Tiberius menggantikan Agustus, yang menjadi kaisar Romawi pada saat Yesus lahir (Lukas 2:1).
Dan pada saat itu:
a) Pontius Pilatus adalah wali negeri Yudea.
b) Herodes adalah raja wilayah Galilea.
Ini adalah Herodes Antipas, anak dari Herodes yang Agung yang menjadi raja pada saat Yesus lahir (Mat 2:3).
c) Filipus adalah raja wilayah Iturea dan Trachonitis.
d) Lisanias adalah raja wilayah Abilene.
Ini menunjukkan dengan jelas bahwa Lukas memperhatikan sejarah dan tidak menulis sembarangan saja dalam persoalan sejarah!
2) Lukas 3: 2 mengatakan bahwa pada waktu itu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar.
Ada 2 keanehan di sini:
a) Bagaimana mungkin ada 2 orang menjadi imam besar pada saat yang bersamaan?
b) Kata ‘imam besar’ ada dalam bentuk tunggal, bukan jamak.
Penjelasan:
Kayafas adalah menantu dari Hanas. Hanas adalah imam besar pada tahun 6-15 Masehi, dan ia lalu diturunkan dari jabatannya oleh Valerius Gratus, gubernur Romawi, dan lalu digantikan oleh Kayafas. Tetapi dalam prakteknya ia tetap memegang kuasa sebagai imam besar.
Norval Geldenhuys (NICNT):
“Although the Romans had deposed Annas, and Caiaphas was the official high priest, Annas nevertheless in reality still exercised some high-priestly authority” (= Sekalipun orang Romawi telah memecat Hanas, dan Kayafas adalah imam besar yang resmi, dalam kenyataannya Hanas tetap mempunyai / menjalankan beberapa / sebagian otoritas imam besar).
Ini sama seperti misalnya pemerintah memecat saya sebagai pendeta, lalu angkat si A sebagai pendeta, maka jemaat tetap menghargai otoritas saya sebagai pendeta, sehingga ada 2 pendeta.
3) Pada saat itu datanglah Firman Tuhan kepada Yohanes (ay 2).
a) Kata ‘firman’ dalam ay 2 ini, dalam bahasa Yunaninya menggunakan istilah RHEMA, bukan LOGOS. Ini dijadikan dasar dari ‘theologia RHEMA’ dalam kalangan Kharismatik.
Penggunaan kata RHEMA dan LOGOS oleh orang-orang Kharismatik:
1. John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya yang berjudul ‘The Charis-matics’ hal 69, berkata bahwa Charles Farah, seorang profesor di Oral Roberts University mengatakan sebagai berikut:
“LOGOS is the objective, historic word and RHEMA is the personal, subjective word” (= LOGOS adalah firman yang bersifat sejarah dan obyektif dan RHEMA adalah firman yang bersifat pribadi dan subyektif).
Dan dalam buku yang sama hal 70 John F. MacArthur, Jr. berkata bahwa Charles Farah juga berkata bahwa:
“The LOGOS becomes RHEMA when it speaks to you” (= LOGOS menjadi RHEMA kalau itu berbicara kepadamu).
“The LOGOS is legal while the RHEMA is experiential” [= LOGOS itu bersifat hukum (?) sedangkan RHEMA adalah sesuatu yang dialami].
“The LOGOS does not always become the RHEMA, God’s word to you’”(= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu).
2. Orang Kharismatik sering berkata: ‘Kalau RHEMAnya turun ...’.
Ini berarti bahwa ia mendapat suatu pimpinan / perintah secara pribadi dari Tuhan, langsung kepada hati / pikirannya. Dan RHEMA yang turun itu bisa berupa ayat Kitab Suci ataupun tidak.
Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh orang-orang Kharismatik:
Luk 3:2 - ‘datanglah firman (RHEMA) Allah kepada Yohanes’.
Mark 14:72 dan Mat 26:75 (dua ayat ini paralel) - Petrus teringat akan kata-kata (RHEMA) Tuhan Yesus.
Juga Luk 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA.
Keberatan terhadap ajaran ini:
1. Mark 14:72 dan Mat 26:75 paralel dengan Luk 22:61. Tetapi, kalau Markus 14:72 dan Mat 26:75 menggunakan RHEMA, maka Luk 22:61 ternyata menggunakan LOGOS!
Demikian juga, kalau Luk 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA, maka Kis 20:35 menggunakan LOGOS, padahal ketiga ayat ini sama-sama berbicara tentang seseorang yang teringat akan kata-kata Yesus!
Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa LOGOS dan RHEMA digu-nakan secara interchangeable (= bisa dibolak-balik) dan tidak ada batasan yang terlalu jelas antara RHEMA dan LOGOS!
Karena itu membedakan RHEMA dan LOGOS seperti yang dila-kukan oleh orang-orang Kharismatik, adalah sesuatu yang tidak berdasar!
2. Orang-orang Kharismatik berkata bahwa kalau firman itu berbicara kepada kita, maka LOGOS itu berubah menjadi RHEMA.
Tetapi dalam Kis 2:41 4:4 8:14 11:1 13:48 sekalipun firman itu jelas berbicara kepada orang-orang itu (karena mereka bertobat), tetapi toh digunakan kata LOGOS dan bukannya RHEMA!
Demikian juga 1Pet 1:23 menggunakan kata LOGOS, padahal firman di sini adalah firman yang melahirbarukan (ini lahir baru dalam arti luas)!
3. Ajaran yang berkata “The LOGOS does not always become the RHEMA, God’s word to you” (= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu), jelas sekali berbau ajaran sesat Neo Orthodox, karena ajaran Neo Orthodox juga ber-kata bahwa kata-kata dalam Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita.
Ini jelas merupakan ajaran salah / sesat, karena kita harus percaya bahwa seluruh Kitab Suci adalah firman Allah secara obyektif! Jadi, apakah kita membaca / mendengarnya atau tidak, mengerti atau tidak, merasa Tuhan berbicara kepada kita atau tidak, men-taati atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah firman Allah!
Kalau Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara ke-pada kita, maka orang-orang yang tidak mau bertobat karena tidak merasa Allah berbicara kepada mereka tidak bersalah karena mereka memang belum pernah mendapatkan firman Allah yang menegur / memperingati mereka.
4. Ajaran Kharismatik tentang RHEMA ini berbahaya, karena ini menyebabkan banyak orang lalu mencari RHEMA tersebut dalam hati mereka, sehingga lalu mengabaikan Kitab Suci!
Memang Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan Firman Tuhan (Yoh 14:26), tetapi kalau kita tidak pernah belajar / mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, maka tidak ada sesuatu yang bisa Ia ingat-kan kepada kita!
Karena itu, belajar Kitab Suci dengan sungguh-sungguh dan tekun haruslah menjadi prioritas dalam hidup kita!
b) Bagi Yohanes Pembaptis ini adalah panggilan pelayanan!
Panggilan pelayanan bisa datang kepada saudara melalui khotbah, saat teduh, adanya kebutuhan dalam gereja (misalnya gereja membutuhkan guru sekolah minggu), adanya pintu yang terbuka (misalnya pelayanan firman melalui internet), adanya teman yang mengajak, adanya dorongan hati, dsb. Karena itu kalau ada hal-hal seperti itu, jangan mengabaikan hal-hal itu! Jangan juga langsung menerimanya, tetapi berdoalah dulu meminta pimpinan Tuhan!
II) Pelayanan umum Yohanes Pembaptis (ay 3-6):
1) Lukas 3: 3 terjemahannya salah.
NIV: “... Jordan, preaching a baptism of repentance for the forgiveness of sins” (= ... Yordan, memberitakan suatu baptisan pertobatan untuk peng-ampunan dosa).
2) ‘Pertobatan’ bahasa Yunaninya adalah METANOIA, yang artinya ‘a change of mind’ (= perubahan pikiran).
3) Orang Yahudi sudah mengenal baptisan sebelum munculnya Yohanes Pembaptis. Tetapi itu mereka lakukan terhadap orang non Yahudi yang diyahudikan. Tetapi sekarang Yohanes Pembaptis melakukan hal itu terhadap orang Yahudi.
4) Ay 4-6 menunjukkan bahwa munculnya Yohanes Pembaptis dan pelayan-annya merupakan penggenapan dari nubuat Yesaya (Yes 40:3-dst).
III) Pelayanan khusus Yohanes Pembaptis:
1) Golongan yang tidak tulus (ay 7-9).
a) Ay 7-9 diucapkan oleh Yohanes karena ia tahu ada banyak yang tidak sungguh-sungguh, dalam arti mereka mau dibaptis tetapi hatinya tidak sungguh-sungguh bertobat.
b) Calvin: “John did not merely preach repentance in a general manner, but that he also applied his discourse to individuals” (= Yohanes tidak hanya mengkhotbahkan pertobatan secara umum, tetapi ia juga menerapkan ajarannya kepada individu-individu).
Khotbah harus mempunyai penerapan sehingga menjadi relevan bagi pendengarnya. Pengkhotbah maupun guru sekolah minggu harus mencamkan hal ini.
c) Lukas 3: 7 ini berkata ‘ia berkata kepada orang banyak’, tetapi Mat 3:7 menunjukkan bahwa teguran ini ditujukan kepada orang Farisi dan Saduki. Calvin mengharmoniskan ini dengan berkata:
“He addresses directly the Pharisees and Sadducees, and at the same time, addresses through them, a warning to all” (= Ia menujukan langsung kepada orang Farisi dan Saduki, dan pada saat yang sama menujukan melalui mereka suatu peringatan kepada semua).
d) Ay 7: ‘ular beludak’ (NIV: vipers).
William Hendriksen mengatakan bahwa ini adalah ular yang banyak terdapat di gurun, dan ular ini sekalipun kecil tetapi sangat berbahaya karena sangat berbisa dan sering kelihatan seperti ranting yang mati, tetapi menggigit pada waktu dipegang (bdk. Kis 28:3).
e) Ay 7 akhir (bdk. Mat 3:7) mungkin artinya: siapa yang mendustai kamu sehingga kamu berpikir bisa lolos dari murka Allah?
f) Ay 8a: Pertobatan dalam hati yang dinyatakan dengan mulut, harus dibuktikan dengan perbuatan (buah). Ayat ini menekankan bahwa pertobatan sejati harus dibuktikan melalui buah Roh (bukan melalui bahasa Roh!).
g) Ay 8b: jangan bersandar pada hal-hal lahiriah (‘keturunan Abraham’).
Penerapan: jangan bersandar pada baptisan, keanggotaan gereja, jabatan gereja, kekristenan orang tua, dsb.
h) Ay 9: memberikan ancaman bagi mereka yang tidak mengeluarkan buah.
i) Ini adalah khotbah / teguran yang keras. Yohanes Pembaptis baru muncul langsung memberikan khotbah yang begitu keras. Jadi kebijaksanaan banyak orang untuk mula-mula lunak dulu tidak selalu benar.
j) Ini juga adalah teguran terbuka / di muka umum, supaya semua men-jadi takut (bdk. Gal 2:11-14 1Tim 5:20). Jadi, tidak selalu harus me-negur di bawah 4 mata seperti dalam Mat 18:15.
2) Golongan yang sungguh-sungguh (ay 10-14).
Ada 3 golongan, tetapi semua datang dengan pertanyaan ‘Apakah yang harus kami perbuat?’ (ay 10,12,14). Ini respons dari orang yang sungguh-sungguh bertobat (bdk. Kis 16:30).
a) Orang banyak dalam ay 10.
‘baju’ sebetulnya adalah pakaian dalam yang dipakai di bawah jubah.
Ini tidak boleh diartikan bahwa orang kristen hanya boleh punya 1 baju. Artinya adalah seperti 2Kor 8:14 - ‘hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka’.
‘baju dan makanan’ merupakan contoh saja. Jadi, tentu saja ber-laku dalam hal-hal lain, seperti tempat tinggal, obat, uang untuk menyekolahkan anak. Tetapi perlu juga diingat bahwa baju dan makanan merupakan kebutuhan pokok.
Penerapan: kita harus menolong orang yang kekurangan (bdk. 1Yoh 3:16-17), khususnya mereka yang adalah saudara seiman kita.
b) Para pemungut cukai dalam ay 12.
Mereka biasanya menaikkan pajak, dan mengkorupsi kelebihannya. Yohanes Pembaptis melarang untuk melakukan hal itu. Kalau saudara adalah pegawai yang sering mencuri dengan menaikkan bon, bertobatlah!
c) Para prajurit dalam ay 14.
‘jangan memeras’. Ini salah terjemahan.
NIV: don’t accuse people falsely (= jangan menuduh orang secara salah).
NASB: or accuse anyone falsely (= atau menuduh siapapun secara salah)
‘cukupkanlah dirimu’. Ini terjemahan yang kurang tepat.
NIV/NASB: be content (= puaslah).
Ada beda antara ‘mencukupkan diri’ dan ‘merasa puas’! Saudara bisa saja mencukupkan diri, tetapi tidak merasa puas dan terus bersungut-sungut. Tetapi Yohanes Pembaptis menghendaki supa-ya saudara merasa puas. Bdk. 1Tim 6:6-10. Kata ‘cukup’ dalam 1Tim 6:6,8 juga salah terjemahan, karena sebetulnya adalah ‘puas’.
Yohanes tidak menyuruh mereka berhenti menjadi prajurit atau membuang senjata mereka. Ada yang menafsirkan bahwa secara implicit hal ini menunjukkan bahwa orang menjadi tentara, bahkan berperang, diijinkan, asal alasannya benar.
3) Golongan yang terlalu meninggikan Yohanes Pembaptis (ay 15-17).
a) Orang-orang ini menilai Yohanes terlalu tinggi, karena mereka me-ngira bahwa Yohanes Pembaptis adalah Mesias sendiri (ay 15).
b) Kepada orang-orang ini Yohanes menyatakan bahwa ia bukanlah Mesias, tetapi jauh lebih rendah dari Mesias (ay 16b).
c) Ay 16: ‘Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api’.
Yohanes hanya melakukan tanda lahiriahnya, yaitu membaptis dengan air. Sedangkan Yesus melakukan hal rohani yang disim-bolkan oleh baptisan, yaitu membaptis dengan Roh Kudus (dan dengan api).
Bala Keselamatan menjadikan ini sebagai dasar baptisan bendera, dengan alasan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa baptisan tidak harus dengan air. Ini penafsiran tolol, karena bagian ini tidak menunjuk kepada tanda lahiriahnya, tetapi kepada arti rohani yang ditunjuk oleh baptisan air tersebut. Dalam Kitab Suci tidak ada baptisan lahiriah yang tidak menggunakan air, dan karena itu bap-tisan dengan bendera adalah tidak sah dan tidak bisa dianggap sebagai baptisan.
William Hendriksen menafsirkan bahwa seluruh bagian ini me-nunjuk pada hari Pentakosta, dimana rasul-rasul menerima Roh Kudus dan ada lidah api pada kepala mereka (Kis 2:1-4).
Keberatan terhadap penafsiran ini: kata ‘kamu’ dalam ay 16 ini tidak menunjuk kepada rasul-rasul.
‘membaptis dengan Roh Kudus’.
Yang membaptis adalah Yesus. Istilah ‘baptism of the Holy Spirit’ (= baptisan Roh Kudus / baptisan dari Roh Kudus) adalah salah, karena istilah ini menunjukkan bahwa Roh Kuduslah pembaptis-nya. Istilah yang seharusnya adalah ‘baptism in / with the Holy Spirit’ (= baptisan dalam / dengan Roh Kudus).
‘dengan api’.
Macam-macam tafsiran:
‘api’ menunjuk kepada Roh Kudus, karena sama seperti api memurnikan, maka Roh Kudus menyucikan (Calvin).
‘api’ menunjuk pada hukuman Allah (bdk. ay 17).
Jadi, kalau Yohanes membaptis semua orang dengan air, tanpa mengadakan pembedaan di antara mereka, maka Yesus mem-bedakan. Yang percaya akan dibaptis dengan Roh Kudus (di-beri Roh Kudus), sedangkan yang tidak percaya akan dibaptis dengan api (dihukum).
ada yang menggabungkan kedua pandangan di atas.
d) Ay 17:
‘alat penampi’ berfungsi untuk memisahkan gandum dari sekam.
‘tempat pengirikan’ bukan menunjuk kepada dunia, tetapi kepada gereja.
Jadi, Yesus akan memisahkan orang kristen sejati dan orang kristen KTP. Orang kristen sejati akan masuk lumbung / surga, orang kristen KTP akan dibakar.
Penerapan: kalau saudara adalah orang kristen KTP, saudara bisa menipu pendeta, majelis dan orang kristen yang lain sehingga mereka mengira bahwa saudara adalah orang kristen yang sejati! Tetapi saudara tidak akan bisa menipu Tuhan Yesus, yang nanti akan memisahkan saudara dari orang kristen yang sejati, dan akan menghukum saudara! Sebelum hal itu terjadi, bertobatlah dan percayalah kepada Yesus!
4) Golongan yang memusuhi Yohanes Pembaptis (ay 19-20).
Ay 19: Herodes Antipas menceraikan istrinya, lalu kawin dengan Hero-dias, istri Filipus (Filipus adalah setengah saudara dengan Herodes Anti-pas, karena mereka sama-sama anak dari Herodes yang Agung).
Menghadapi teguran Yohanes, Herodes bukannya bertobat, tetapi malah memasukkan Yohanes ke dalam penjara. Tindakannya ini menambah kejahatannya (ay 20).
Penerapan: setiap kali saudara menolak teguran firman Tuhan, apalagi dengan sikap marah, jengkel dsb, saudara menambah kejahatan sau-dara!
LUKAS 3:21-22
I) Mengapa Yesus dibaptis?
1) Bukan untuk pertobatan / pengakuan dosa.
Baptisan Yohanes memang adalah baptisan pertobatan (Kis 19:4 - a baptism of repentance - NIV) untuk menerima pengampunan dosa (Luk 3:3), dan karena itu semua yang dibaptis mengaku dosa (Mat 3:6). Tetapi Yesus berbeda. Ia tidak mengaku dosa pada saat dibaptis, karena Ia memang tidak berdosa. Kalau Ia berdosa, Ia tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat kita.
2) Penyamaan diri dengan manusia yang berdosa.
Ay 21: seluruh orang banyak dibaptis, Yesus juga. Ini suatu penyamaan diri dengan orang banyak. Ini menunjukkan kerendahan hati Tuhan Yesus, dan penyamaan diri ini penting untuk bisa melayani mereka (bdk. 1Kor 9:19-22).
3) Untuk menggenapkan ‘seluruh kebenaran’ (Mat 3:15).
Mat 3:15 terjemahannya salah; kata-kata ‘kehendak Allah’ seharusnya adalah ‘kebenaran’, tetapi ‘kebenaran’ di sini memang bisa diartikan sebagai ‘kehendak / perintah Allah’.
Yang harus diperhatikan di sini adalah kata ‘seluruh’. Ini menunjukkan bahwa kita harus taat pada semua perintah Allah, tidak boleh pilih-pilih.
Renungkan: adakah perintah Tuhan yang saudara anak tirikan dalam pelaksanaannya?
4) Menggenapi janji Allah kepada Yohanes Pembaptis (Yoh 1:31-34).
Mat 3:16 - ‘Ia melihat Roh Allah’. ‘Ia’ disini adalah Yohanes, bukan Yesus! Jadi, tidak seharusnya kata ‘Ia’ itu dimulai dengan huruf besar. Melalui janji / pernyataan ilahi tentang diri Yesus ini dan penggenapannya, Yohanes lebih dikuatkan dalam imannya kepada Yesus dan itu menyebabkan ia bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.
II) Bagaimana caranya Yesus dibaptis?
1) Apakah Yesus dibaptis dengan baptisan selam? Banyak orang meng-anggap peristiwa baptisan terhadap Yesus ini sebagai dasar baptisan selam, karena dalam Mat 3:16 dikatakan ‘Sesudah dibaptis, Yesus se-gera keluar dari air’. Tetapi kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa tadinya Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia keluar dari air / sungai. Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan meng-gunakan baptisan selam.
2) Sekarang mari kita melihat baptisan-baptisan lain dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan dilakukan bukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:18 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi di dalam penjara!
A.H. Strong yang mendukung baptisan selam berkata:
“Although the water supply of Jerusalem is naturally poor, the artificial provision of aqueducts, cisterns, and tanks, made water abundant. During the siege of Titus, though thousands died of famine, we read of no suffering from lack of water. The following are the dimensions of pools in modern Jerusalem: King’s pool, 15 feet x 16 x 3; Siloam, 53 x 18 x 19; Hezekiah, 240 x 140 x 10; Bethesda (so called), 360 x 130 x 75; Upper Gihon, 316 x 218 x 19; Lower Gihon, 592 x 260 x 18” [= Sekalipun suplai air di Yerusalem secara alamiah memang sukar didapatkan, penyediaan buatan terowongan air, bak air, dan tangki air, menyebabkan air berlimpah-limpah. Selama pengepungan Titus, sekalipun ribuan orang mati karena kelaparan, kami membaca bahwa tidak ada penderitaan karena kekurangan air. Yang berikut ini merupakan ukuran dari kolam-kolam di Yerusalem modern: Kolam raja, 15 kaki x 16 x 3; Siloam, 53 x 18 x 19; Hizkia, 240 x 140 x 10; Bethesda (disebut begitu ?), 360 x 130 x 75; Gihon atas, 316 x 218 x 19; Gihon bawah, 592 x 260 x 18] - ‘Systematic Theology’, hal 934.
Tetapi Charles Hodge, seorang ahli Theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:
“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.
Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.
Charles Hodge juga menambahkan sebagai berikut:
“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use” (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.
Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:
a) Kis 8:36 - ‘ada air’.
Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles Hodge:
“He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
b) Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:
sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.
Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point no a) di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
3) Orang yang berpendapat bahwa satu-satunya baptisan yang benar ada-lah baptisan selam juga sering menggunakan kata Yunani BAPTO atau BAPTIZO, yang mereka katakan artinya adalah ‘selam / celup’.
Terhadap argumentasi ini perlu dijawabkan bahwa:
a) Mark 7:4.
Ada 2 bagian yang perlu diperhatikan di sini:
1. Mark 7:4a - Di sini dikatakan bahwa orang Yahudi mempunyai tradisi kalau pulang dari pasar tidak akan makan sebelum mereka ‘membersihkan dirinya’.
Tentang kata ‘membersihkan’ ini ada 2 golongan manuscript:
ada manuscript yang menuliskan BAPTISONTAI (= baptis).
ada manuscript yang menuliskan RANTISONTAI (= percik).
A.T. Robertson, Bruce Metzger, William Hendriksen setuju dengan BAPTISONTAI. Alasan Hendriksen: dalam Luk 11:38 juga meng-gunakan ‘baptis’ (EBAPTISTHE), bukan ‘percik’.
Kalau memang di sini digunakan ‘baptis’, tidak mungkin menunjuk pada ‘selam / celup’. karena seperti kata Charles Hodge: “private baths were in Jerusalem very rare” (= bak mandi pribadi sangat jarang di Yerusalem) - Systematic Theology, vol III, hal 535.
Perlu juga diingat bahwa bagian ini tidak hanya berbicara tentang orang Farisi saja, tetapi juga untuk semua orang Yahudi (Mark 7:3a). Ini lebih-lebih tidak memungkinkan arti ‘selam / celup’, karena kalau orang Farisi masih mungkin mempunyai bak mandi pribadi (karena mereka kaya), tetapi untuk masyarakat Yahudi secara umum, tidak mungkin mempunyai bak mandi pribadi.
Jadi jelas bahwa kata ‘baptis’ tidak harus diartikan ‘selam / celup’.
2. Mark 7:4b - ‘mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tem-baga’.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
Kata ‘mencuci’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah BAPTIS-MOUS.
Dalam KJV ada tambahan: ‘and of tables’ (= dan meja). Jadi, yang dicuci bukan hanya cawan, kendi, dan perkakas tembaga, tetapi juga meja!
Footnote NIV mengatakan bahwa beberapa manuscript mula-mula menambahkan: ‘and dining couches’ (= dan bangku / sofa untuk makan’).
Kalaupun ini adalah suatu penambahan, ahli Taurat yang menambahi pasti tidak ngawur. Jadi, pencucian meja / bangku untuk makan itu pasti memang ada dalam tradisi mereka. Dan rasanya tidak mungkin mencuci barang sebesar itu dengan selam / celup! Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa kata ‘baptis’ tidak harus diartikan ‘selam / celup’.
b) Luk 11:38 - ‘mencuci tangannya’.
Kata Yunaninya adalah EBAPTISTHE.
Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
c) 1Kor 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam laut’.
Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.
Dua hal yang harus diperhatikan:
Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.
Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes:
“This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).
d) Ibr 9:10 - ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah terjemahan.
Terjemahan Lama: berbagai-bagai basuhan.
NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencu-cian)
KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).
Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.
Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.
4) Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
a) Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / puri-fication. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan de-ngan percikan:
Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ (= memercikkan).
Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’. NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah).
Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’. NIV: ‘sprinkles’ (= memercikkan).
Im 14:7,51 - ‘memercik’.
Im 16:14 - ‘memercikannya’.
Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.
Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.
Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (= Ia akan memerciki banyak bangsa).
Ibr 9:13 - ‘percikan’.
Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.
Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’. NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (= diperciki untuk membersihkan).
Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.
b) Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).
Ini tak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.
Mat 3:11 menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).
III) Apa yang terjadi pada waktu Yesus dibaptis?
1) Yesus berdoa (ay 21).
Injil Lukas, yang menekankan kemanusiaan Yesus, paling banyak menun-jukkan Yesus berdoa (5:16 6:12 9:18,28-29 10:21-22 11:1 22:32,41-45 23:34,46).
Kalau Yesus, yang adalah manusia yang suci itu membutuhkan banyak doa, maka jelas bahwa kita yang berdosa ini lebih membutuhkan doa.
2) Manifestasi Bapa dan Roh Kudus (ay 22).
Dengan demikian, pada saat Baptisan, ketiga pribadi dari Allah Tritunggal ditunjukkan.
a) Allah Bapa: berbicara dari surga (ay 22).
b) Yesus (Allah Anak).
Yesus adalah Anak Allah dari kekekalan. Ada ajaran yang bernama Dynamic Monarchianism/Adoptionism. Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa, tetapi pada saat baptisan, Ia menerima Roh Kudus (yaitu kuasa / pengaruh ilahi), dan diangkat menjadi semacam Allah. Kita tidak menerima ajaran sesat semacam itu. Apa yang bukan Allah tidak bisa berkembang menjadi Allah. Dan Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus sudah adalah Anak Allah sebelum Ia berinkarnasi (Gal 4:4).
c) Roh Kudus:
Roh Kudus ‘turun’ (ay 16). Ingat, bahwa Roh Kudus adalah Allah yang maha ada. Jadi kata-kata tersebut diatas adalah bahasa Anthropomorphic (menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).
Roh Kudus turun ke atas Yesus dan tinggal atasNya / padaNya (Yoh 1:32-33). Ini tidak berarti bahwa sebelum itu Yesus tidak mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus terus menjaga Yesus sejak dari pembuahan dalam kandungan supaya Ia bebas dari dosa (Yes 11:2 Maz 22:10-11). Pada saat baptisan, Roh Kudus melengkapi Yesus untuk tugas pelayananNya (Yes 42:1 Yes 61:1).
Roh Kudus menampakkan diri dalam bentuk burung merpati.
karena itu Roh Kudus itu bisa dilihat oleh Yohanes (Mat 3:16 - kata ‘ia’ seharusnya tidak dimulai dengan huruf besar, karena ini menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, bukan kepada Yesus)
Mengapa Roh Kudus tidak menampakkan diri dalam bentuk api seperti pada Pentakosta (Kis 2:1-11)? Karena Perjanjian Lama menggambarkan Yesus lemah lembut (Misalnya Yes 42:2-3), sehingga merpati lebih cocok.
Ke tiga pribadi dari Allah Tritunggal ini bisa terlihat pada satu saat yang sama. Ini bertentangan dengan ajaran Sabellianism yang mengajarkan bahwa Allah menyatakan diri dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus. Jadi, Allah mempunyai 3 perwujudan / manifestasi, bukan 3 pribadi. Kalau memang Allah itu hanyalah satu pribadi yang mempunyai 3 perwujudan / menifestasi, maka tidak mungkin ketiganya terlihat pada saat yang sama.
Kita percaya bahwa Allah Tritunggal, sekalipun hanya punya 1 hakekat / essence, tetapi mempunyai 3 pribadi. Ke tiga pribadi tersebut berbeda (distinct) satu dengan yang lain, tapi bersatu.
LUKAS 3:23-38
I) Bolehkah / haruskah kita mempelajari silsilah ini?
Dalam 1Tim 1:3b-4 Paulus berkata:
“... dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka ...” (Lihat juga Tit 3:9).
Tetapi ini tak mungkin menunjuk pada silsilah yang ada dalam Kitab Suci. Mungkin ini menunjuk pada silsilah mereka sendiri.
Sedikitnya ada 3 alasan mengapa kita boleh, bahkan harus, mempelajari silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38 ini:
1) Tuhan menyuruh kita mempelajari / memberitakan seluruh Kitab Suci dan silsilah Yesus ini adalah bagian dari Kitab Suci / Firman Tuhan.
Kis 20:27 - “Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu”.
Kata-kata ‘seluruh maksud Allah’ berarti seluruh Firman Allah / Kitab Suci.
2) Tuhan pasti tidak akan meletakkan bagian ini dalam Kitab Suci kalau memang tidak ada gunanya.
2Tim 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.
Jadi jelas bahwa belajar silsilah Yesus ini pasti ada gunanya.
3) Silsilah Yesus ini adalah salah satu bagian Kitab Suci yang paling banyak diserang oleh orang yang anti Kristen. Karena itu kita harus mempelajari bagian ini supaya kita bisa menjawab serangan itu.
1Pet 3:15b - “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu”.
Kata ‘pertanggungan jawab’, yang diterjemahkan ‘defence’ (= pembelaan) oleh NASB, dalam bahasa Yunaninya adalah APOLOGIAN. Dan dari kata ini diturunkan kata APOLOGETICS. Jadi ayat ini mengharuskan setiap orang kristen untuk bisa berapologetik / membela kristen terhadap serangan orang-orang yang anti Kristen.
Penerapan: Jangan menjadi orang kristen yang waktu ajarannya / Kitab Sucinya diserang lalu berkata: ‘Sudahlah kita tidak perlu berdebat’. Ini merupakan sikap yang jelas bertentangan dengan 1Pet 3:15 ini!
II) Hal-hal lain yang bisa didapatkan dari silsilah Yesus:
1) Yesus memulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun (ay 23).
a) Sebetulnya dalam ay 23 ini tidak ada kata ‘pekerjaanNya’.
Karena itu KJV menterjemahkan: “And Jesus himself began to be about thirty years of age, being (as was supposed) the son of Joseph, which was the son of Heli” [= Dan Yesus sendiri mulai berusia 30 tahun, adalah (menurut anggapan) anak Yusuf, yang adalah anak Eli].
Tetapi terjemahan ini terasa aneh; RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, yaitu dengan menambahkan ‘pekerjaan-Nya / pelayananNya’.
b) Mengapa Ia baru mulai pelayanan pada usia 30 tahun?
Dari Bil 4:3,34-35,47 terlihat bahwa orang Lewi juga memulai pela-yanannya pada usia 30 tahun. Para penafsir juga mengatakan bahwa para ahli Taurat mulai mengajar juga pada usia 30 tahun. Jadi, ini adalah tradisi pada saat itu di tempat itu, tetapi tentu tidak berlaku untuk kita. Jadi saudara tak perlu menunggu sampai saudara berusia 30 tahun baru melayani Tuhan.
c) Sebelum usia 30 tahun ini Yesus mengalami pembentukan, sehingga bisa melayani dengan baik (bdk. Luk 2:40,52).
2) Lukas berkata bahwa ‘menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf’ (ay 23).
Dengan kata-kata ini secara implicit Lukas mengatakan bahwa sebetulnya Yesus bukanlah anak Yusuf. Dan nanti (dalam point III di bawah) saudara akan melihat bahwa Lukas lalu memberikan silsilah Yesus dari sudut Maria.
Jadi Lukas adalah orang yang:
tidak peduli pada anggapan orang yang salah.
Penerapan: Problem dari banyak orang kristen adalah bahwa mereka seringkali terlalu mempedulikan anggapan orang yang salah tentang diri mereka.
berani memberitakan ajaran yang ia anggap benar, sekalipun hal itu bertentangan dengan pandangan umum.
Penerapan: Kalau sedang bercakap-cakap dengan banyak orang, dan lalu seorang berkata bahwa semua agama itu sama, atau bahwa berdusta / berzinah itu tidak apa-apa, dan lalu yang lain menye-tujuinya, beranikah saudara menentang ‘pandangan umum’ itu?
3) Dengan silsilah ini, Lukas menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah manusia, karena Iapun adalah keturunan Adam.
a) Ada yang mengatakan bahwa Yesus bukan manusia biasa, karena Ia tidak mempunyai bapa jasmani / dalam pembuahannya tidak digu-nakan air mani laki-laki.
Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
Tanpa menggunakan perempuan, tetapi menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.
Tanpa menggunakan laki-laki, tetapi menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Ia bukanlah manusia yang sejati.
b) Lukas baru saja menceritakan peristiwa dimana Yesus dibaptis, dima-na ada suara dari surga yang menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Sekarang Lukas menceritakan silsilah Yesus yang menunjukkan ke-manusiaan Yesus. Yesus memang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia!
Penerapan:
Kita harus belajar Kitab Suci secara seimbang, misalnya:
keilahian dan kemanusiaan Yesus.
kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.
jaminan keselamatan dari Tuhan, dan usaha supaya tetap selamat.
iman dan perbuatan baik.
Firman Tuhan dan pelayanan.
4) ‘anak Adam, anak Allah’ (ay 38).
William Hendriksen mengomentari dengan berkata bahwa di sini tidak ada ‘animal origin’ (= asal usul binatang). Memang orang kristen yang mempercayai Kitab Suci tidak boleh mempercayai teori Evolusi / Darwin!
III) Perbedaan silsilah menurut Matius dan Lukas:
Silsilah Yesus dalam Mat 1:1-17 berbeda dengan silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38. Kalau kita menyoroti dan membandingkan kedua silsilah itu pada bagian dari Daud sampai kepada Yesus, maka akan terlihat bahwa ada perbedaan nama-nama, bahkan ada perbedaan jumlah orang (dalam Matius hanya 28 nama, sedangkan dalam Lukas ada 43 nama).
Kalau kita menyoroti Mat 1:15b-16 dan Luk 3:23b-24a, maka ada perbedaan sebagai berikut:
Dalam Matius Dalam Lukas
Matan Matat
↓ ↓
Yakub Eli
↓ ↓
Yusuf Yusuf
Jadi sebetulnya Yusuf itu anaknya siapa? Anak Eli atau anak Yakub?
Bahwa dalam Kitab Suci kita ada banyak hal yang kelihatannya bertentangan, sering disoroti secara negatif oleh banyak orang. Sebetulnya perlu kita ketahui bahwa adanya hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa disoroti secara positif, karena hal-hal itu menunjukkan bahwa:
para penulis Kitab Suci tidak bersekongkol dalam menuliskan Kitab Suci.
tidak ada orang yang merevisi Kitab Suci, karena kalau memang demikian, maka pasti semua hal yang kelihatan bertentangan itu sudah ‘disesuaikan’. Ini penting untuk diingat karena ada agama lain yang menuduh bahwa Kitab Suci kita sudah mengalami ‘penyesuaian’ oleh orang-orang Yahudi!
Contoh lain tentang penyorotan negatif dan positif:
Adanya banyak aliran dalam Kristen (ingat: kristen adalah satu-satunya agama yang alirannya sangat banyak; agama lain hanya punya 2-3 / beberapa aliran) juga sering disoroti secara negatif, tetapi juga bisa disoroti secara positif. Karena ajaran Kristen itu benar / berharga dan bisa menyelamatkan orang yang mempercayainya, maka setan menyerangnya dengan gencar.
Illustrasi:
Kalau seseorang memalsu uang, ia akan memilih uang yang Rp 50.000an, bukan yang Rp 100an. Jadi, makin berharga suatu barang, makin banyak orang yang berusaha memalsunya.
Disamping itu, hal-hal yang kelihatannya bertentangan dalam silsilah Yesus ini bisa diharmoniskan / dijelaskan sehingga tidak bertentangan.
Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian / silsilah ini:
1) Bapa-bapa gereja, dimulai seorang yang bernama Africanus (tahun 220 M), mengharmoniskan perbedaan ini dengan cara sebagai berikut:
Matan ------ Esta ----------- Matat
↓ ↓
Yakub --- P --- Eli
↓
Yusuf --- Maria
↓
Yesus
Keterangan:
Matan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Esta dan lalu mempunyai anak yang dinamakan Yakub. Setelah Matan mati, Esta kawin lagi dengan Matat dan mempunyai anak yang dinamakan Eli. Jadi, Yakub dan Eli adalah setengah saudara.
Eli lalu kawin dengan seorang perempuan (P), tapi Eli mati sebelum istrinya itu sempat mendapatkan anak, dan karena itu Yakub sebagai saudara Eli harus kawin dengan istri Eli untuk memberi keturunan kepada Eli. Dari perkawinan itu lahirlah Yusuf. Jadi Yusuf adalah anak sah dari Eli, tetapi sebetulnya Yusuf diperanakkan oleh Yakub. Ini cocok, karena dalam Matius dikatakan ‘Yakub memperanakkan Yusuf’, sedangkan dalam Lukas dikatakan ‘Yusuf, anak Eli’.
Jadi menurut penafsiran pertama ini, silsilah Yesus dalam Matius maupun Lukas sama-sama diambil dari jalur Yusuf, tetapi Lukas mengambil jalur yang sah (secara hukum / legal), sedangkan Matius mengambil jalur yang sebenarnya.
2) Penafsiran / pengharmonisan yang kedua mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari pihak Yusuf sedangkan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari pihak Maria. Jadi, Yakub adalah ayah Yusuf (Mat 1:16), sedangkan Eli adalah ayah Maria.
Tetapi untuk mencapai / mendapatkan hal ini ada 2 cara / tafsiran yang ditempuh:
a) Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada Yusuf, dan diartikan sebagai ‘menantu Eli’. Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’ (NIV: ‘my daughters’).
Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada Yesus, dan diartikan sebagai ‘cucu Eli’. Ini juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Kitab Suci, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:
Kej 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiah seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa).
2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.
NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).
Disamping itu, ada dukungan sebagai berikut terhadap penafsiran ini: Kalau Luk 3:23-38 ini dilihat dalam bahasa Yunaninya, maka terlihat bahwa semua nama didahului oleh kata Yunani TOU (= of the), kecuali nama Yusuf.
Pulpit Commentary:
“This absence of the article TOU certainly puts the name of Joseph in a special position in the series of names, and leads us to suppose that the genealogy is not that of Joseph, but of Heli. ... The twenty-third verse would then read thus: ‘And Jesus, ... (being as was supposed the son of Joseph),’ after which parenthesis the first link in the chain would be Jesus, the heir and grandson, and in that sense the son of Heli” [= Absennya kata TOU ini jelas menempatkan nama Yusuf dalam posisi yang khusus dalam deretan nama-nama itu, dan memimpin kami untuk menganggap bahwa silsilah itu bukanlah dari Yusuf, tetapi dari Eli. ... Jadi, ayat 23 seharusnya berbunyi: ‘Dan Yesus, ... ( dianggap sebagai anak Yusuf),’ setelah tanda kurung mata rantai yang pertama dalam rantai itu adalah Yesus, pewaris dan cucu, dan dalam arti itu, anak Eli].
Macam-macam terjemahan ay 23 yang mendukung penafsiran ini:
Lenski: “And he himself Jesus when beginning was about thirty years old, being a son (as was supposed of Joseph) of Heli ...” [= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika sedang memulai berusia kira-kira 30 tahun, adalah anak (dianggap dari Yusuf) dari Eli ...].
Greijdanus: “And he himself, Jesus, when he began, was about thirty years old, being a son, as was supposed of Joseph, of Heli ...” (= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika Ia mulai, berusia kira-kira 30 tahun, merupakan anak, dianggap dari Yusuf, dari Eli ...).
Berkeley Version: “Jesus Himself, supposedly Joseph’s son, began his ministry at about thirty, being a descendant of Heli ...” (= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, mulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun, adalah keturunan dari Heli ...).
William Hendriksen: “Now Jesus himself, supposedly Joseph’s son, was about thirty years old when he began (his ministry), being a son of Heli ...” [= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, berusia kira-kira 30 tahun ketika Ia mulai (pelayananNya), adalah anak dari Eli ...].
Kalau dipertanyakan yang mana yang benar dari penjelasan-penjelasan ini, maka tentu saja tidak bisa dipastikan secara mutlak. Ini tidak perlu membuat kita kecewa atau kecil hati, karena sekalipun tidak bisa dipastikan secara mutlak, tetapi yang penting adalah bahwa kita sudah melihat adanya kemungkinan bahwa kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu ternyata bisa diharmoniskan sehingga tidak harus bertentangan!
John Murray:
“Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmony of Scripture, we are able to show that there is no necessary contradiction” (= seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa di sana tidak harus terjadi kontradiksi) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.
Saya sendiri sangat condong pada penafsiran yang kedua (point 2) karena:
1. Dalam ay 23 Lukas sudah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf menurut anggapan orang. Jadi jelas bahwa ia berkata bahwa sebenarnya Yesus bukan anak Yusuf. Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ia lalu memberikan silsilah Yesus melalui Yusuf. Jauh lebih cocok kalau ia memberikan silsilah Yesus melalui Maria.
2. Matius menekankan Yesus sebagai Raja, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus dari sudut ‘ayah’Nya (adalah aneh kalau menuliskan silsilah seorang raja dari sudut ibunya), tetapi Lukas menekankan Yesus sebagai manusia (Lukas adalah satu-satunya penulis Injil yang menceritakan Yesus pada usia 12 tahun, perkembangan fisik dan hikmat dari Yesus sebagai manusia - Luk 2:40-52), dan sebagai manusia, Yesus bukan anak Yusuf, tetapi anak Maria. Karena itu Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria.
3. Dukungan kitab Talmud.
a. Orang Yahudi mempunyai kitab yang disebut Talmud. Kata ‘TALMUD’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti ‘instruction’ (= instruksi), yang berasal dari akar kata LAMAD, yang berarti ‘to learn’ (= belajar). Talmud merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang berisikan hukum-hukum Yahudi, baik hukum negara maupun hukum agama. Talmud ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Mishnah (textnya) dan Gemara (penafsirannya).
b. Dalam kitab Talmud itu, Maria disebutkan sebagai ‘the daughter of Heli’ (= anak perempuan Eli).
Catatan: ini tidak berarti saya menerima Talmud Yahudi sebagai kitab yang benar / Firman Tuhan. Dalam banyak hal lain, kitab ini penuh dengan kesesatan!
4. Matius menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dari sudut pandang Yusuf (baca Mat 1:18-2:23 - malaikat berulangkali datang kepada Yusuf); sedangkan Lukas menceritakan kelahiran Yesus dari sudut pandang Maria (baca Luk 1:26-38 - malaikat datang kepada Maria).
Karena itu sangat sesuai kalau dalam penulisan silsilah Yesus, Matius menuliskan silsilah dari pihak Yusuf, dan Lukas menuliskan silsilah dari pihak Maria.
5. Matius menuliskan Injilnya untuk orang Yahudi, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus hanya sampai Abraham, kepada siapa janji Tuhan tentang bangsa Israel pertama kali diberikan. Tetapi Lukas menulis untuk orang non Yahudi, dan karena itu ia meneruskan silsilah Yesus sampai kepada Adam, untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul termasuk dalam umat manusia, karena Ia juga adalah keturunan Adam.
Sekarang, kalau ternyata silsilah yang Lukas tuliskan itu adalah silsilah dari Yusuf, yang sebetulnya bukan bapa jasmani dari Yesus, maka semua ini sia-sia. Dengan silsilah ini ia tidak bisa menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah keturunan Adam.
Memang ada keberatan terhadap penafsiran kedua ini, yaitu:
a. Tidak ada orang yang membuat silsilah dari sudut ibunya.
Jawabnya: perlu diingat bahwa ini adalah kasus khusus, karena Yesus memang tidak punya bapa dunia / jasmani, jadi tidak aneh bahwa untuk Yesus lalu dibuat silsilah dari sudut ibuNya!
b. Kalau memang Luk 3:23-38 adalah silsilah Yesus melalui Maria, mengapa nama Maria tidak ada dalam silsilah?
Jawabnya: mungkin Lukas tidak mau memasukkan nama perempuan, karena itu memang tidak lazim.
Ada satu pertanyaan lagi yang perlu dibahas tentang silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas ini: mengapa Kitab Suci tidak secara jelas / terang-terangan saja mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari sudut Yusuf dan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria?
Jawab:
Dalam 2Pet 3:16b - “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Penjelasan:
‘Surat-suratnya’ maksudnya adalah surat-surat Paulus (lihat 2Pet 3:15).
kata-kata ‘orang-orang yang tidak memahaminya’ diterjemahkan ‘ignorant’ (= bodoh) oleh NIV dan ‘untaught’ (= tidak diajar) oleh NASB.
Ini tentu tidak menunjuk pada ‘orang yang tidak mengerti firman tetapi rindu untuk mengerti’, tetapi kepada ‘orang yang tidak mengerti dan tidak mau belajar’. Mungkin juga ini menunjuk kepada ‘orang yang tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) tetapi sok pinter dalam menafsirkan Kitab Suci’.
kata-kata ‘yang tidak teguh imannya’ diterjemahkan ‘unstable people’ (= orang yang tidak stabil) oleh NIV dan ‘the unstable’ (= orang yang tidak stabil) oleh NASB. Jadi, kata ‘iman’ sebetulnya tidak ada, dan karena itu bagian ini bukan menunjuk kepada orang yang imannya lemah / kurang kuat tetapi kepada orang yang mudah berubah-ubah pandangannya.
Kata-kata ‘tulisan-tulisan yang lain’ diterjemahkan ‘the other Scriptures’ (= Kitab Suci yang lain) oleh NIV dan ‘the rest of the Scriptures’ (= sisa Kitab Suci) oleh NASB, maksudnya adalah bagian-bagian Kitab Suci yang lain, selain tulisan Paulus.
Jadi, 2Pet 3:16 ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang sukar dalam Kitab Suci itu ada supaya orang yang bodoh dan tak mau belajar Kitab Suci dengan serius tersesat dan lalu binasa! Ini sejalan dengan Mat 13:10-15!
Karena itu, kalau saudara bukanlah seseorang yang ingin belajar Kitab Suci secara serius, saudara ada dalam bahaya! Kalau saudara maunya cuma mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon dan cerita / kesaksian, saudara ada dalam bahaya! Karena itu ambillah keputusan untuk belajar Firman Tuhan secara serius, melalui kebaktian, Pemahaman Alkitab, atau buku makalah dan cassette khotbah!
LUKAS 4:1-4
I) Yesus di padang gurun:
1) Yesus penuh dengan Roh Kudus, dan Roh Kudus memimpin Dia ke padang gurun supaya dicobai oleh Iblis (Mat 4:1).
a) Dalam ayat-ayat Perjanjian Lama yang menubuatkan tentang Kristus dikatakan bahwa Ia akan penuh dengan Roh Kudus (Yes 11:2-3 42:1-4 61:1-2), dan Luk 4:1 ini merupakan penggenapannya.
b) Sekalipun baru di sini dikatakan bahwa Yesus penuh dengan Roh Kudus, jelas bahwa Yesus penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibuNya. Alasannya:
Dari doktrin tentang Allah Tritunggal bisa disimpulkan demikian, karena pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal tidak terpisahkan.
Yohanes Pembaptis, yang merupakan pendahulu Kristus, dipenuhi Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15). Tak terbayangkan bahwa KristusNya lebih rendah dari pendahuluNya dalam hal ini.
Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas”.
Ayat ini jelas berbicara tentang Kristus, dan dalam bahasa Yunani digunakan present tense, yang menunjukkan bahwa ini merupakan sesuatu yang berlangsung terus menerus.
Tak ada alasan mengapa Roh Kudus tidak memenuhi Dia sejak dari rahim ibuNya mengingat bahwa Ia suci / tak berdosa sama sekali. Jadi, tak ada halangan apapun yang bisa menyebabkan Roh Kudus tidak memenuhiNya.
Catatan: alasan-alasan ini diberikan oleh John Walvoord dalam bukunya yang berjudul ‘The Holy Spirit’, hal 92.
c) Ini menunjukkan bahwa kalau seseorang penuh dengan Roh Kudus / dekat dengan Tuhan, itu tidak berarti bahwa ia bebas dari serangan setan. Setan justru lebih senang menyerang orang yang dekat dengan Tuhan supaya orang itu menjauh dari Tuhan! Kalau saudara memang sudah jauh dari Tuhan / sudah sesat, setan tidak merasa terlalu perlu untuk menyerang saudara. Karena itu, kalau hidup saudara relatif enak dan bebas dari serangan setan, maka saudara justru harus melakukan introspeksi, karena mungkin sekali saudara justru sedang tersesat!
d) Sekalipun Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun untuk di-cobai Iblis, tetapi Roh Kudus memenuhi Yesus untuk menjagaNya agar tidak jatuh dalam menghadapi pencobaan.
Calvin:
“Christ was separated from us, in this respect, by the perfection of his nature; though we must not imagine him to have existed in that intermediate condition, which belonged to Adam, to whom it was only granted, that it was possible for him not to sin. We know, that Christ was fortified by the Spirit with such power, that the darts of Satan could not pierce or wound him: that is, that it was impossible for sin to fall upon him” (= Kristus terpisah dari kita, dalam hal ini, oleh kesempurnaan hakekatNya; sekalipun kita tidak boleh membayangkan bahwa Ia ada dalam kondisi yang diberikan kepada Adam, yang hanya dianugerahi sedemikian rupa sehingga memungkinkan ia untuk tidak berbuat dosa. Kita tahu, bahwa Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa, sehingga panah-panah Iblis tidak bisa menusuk atau melukaiNya: artinya, adalah tidak mungkin bahwa Ia berbuat dosa).
e) Apa tujuan Roh Kudus untuk sengaja membawa Yesus ke dalam pencobaan? Tujuan Roh Kudus adalah:
Supaya Yesus menang dan makin kuat! Jadi seakan-akan Roh Kudus adalah pelatih tinju yang memberikan sparring partner (= teman berlatih) kepada petinjunya, dengan tujuan supaya petin-junya menjadi makin baik.
Penerapan: kalau saudara mengalami pencobaan, maka Tuhan juga mengijinkan saudara mengalami itu supaya saudara makin kuat.
Calvin:
“But if Christ was tempted as the public representative of all believers, let us learn, that the temptations which befall us are not accidental, or regulated by the will of Satan, without God’s permission; but that the Spirit of God presides over our contests as an exercise of our faith” (= Tetapi jika Kristus dicobai sebagai wakil dari semua orang percaya, hendaklah kita belajar, bahwa pencobaan-pencobaan yang menimpa kita tidaklah kebetulan, atau diatur oleh kehendak Iblis, tanpa ijin Allah; tetapi bahwa Roh Allah mengatur / mengontrol pertandingan kita sebagai latihan bagi iman kita).
Untuk menunjukkan Yesus akan menjadi Mesias yang bagaimana. Mesias yang menggunakan kuasaNya untuk diriNya sendiri (ay 3)? Mesias yang menginginkan kerajaan dunia dengan cara yang cepat tetapi tidak halal (ay 5-7)? Mesias yang tunduk kepada setan (ay 7)? Mesias yang melakukan mujijat yang spektakuler supaya disanjung orang (ay 9-11)?
Supaya Yesus, setelah merasakan hebatnya pencobaan, bisa le-bih bersimpati dan menolong kita yang dicobai (Ibr 2:18 Ibr 4:15).
Banyak orang yang berkata bahwa kalau Yesus memang tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan-pencobaan itu tidak ada artinya bagi Dia, sehingga Ia tidak merasakan hebatnya pencobaan. Tetapi ini salah, karena orang yang tidak terkalahkan tidak berarti bahwa ia tidak bisa diserang. Juga perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
NICNT mengutip Wescott yang mengomentari Ibr 2:18 sbb:
“Sympathy with the sinner in his trial does not depend on the experience of sin, but on the experience of the strength of the temptation to sin, which only the sinless can know in its full intensity. He who falls yields before the last strain” (= Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaanNya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan pada dosa, yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh menyerah sebelum tekanan terakhir).
NICNT juga kutip Plummer yang berkata:
“... a rigtheous man, whose will never falters for a moment, may feel the attractiveness of the advantage more keenly than the weak man who succumbs; for the latter probably gave way before he recognised the whole of the atractiveness” (= ... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keuntungan dengan lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu).
Dari 2 kutipan di atas ini NICNT menyimpulkan:
“If we bear these considerations in mind we shall realise that the Saviour experienced the violence of the attacks of temptation as no other human being ever did, because all others are sinful and therefore not able to remain standing until the temptations have exhausted all their terrible violence in assailing them” (= Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka).
Contoh: orang mengalami godaan sex. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas ia tidak merasakan seluruh ke-kuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka si penggoda akan menggunakan segala cara untuk menjatuhkan orang itu, dan akibatnya ia betul-betul merasakan seluruh kekuatan godaan itu.
Supaya Yesus bisa menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi pencobaan.
Renungkan: apakah saudara meneladani Kristus pada waktu menghadapi pencobaan?
2) Yesus berpuasa 40 hari 40 malam (ay 2 bdk. Mat 4:2).
a) Bilangan 40 sering muncul dalam Kitab Suci, misalnya:
Musa berpuasa 40 hari.
Elia berpuasa 40 hari.
Israel ada di padang gurun selama 40 tahun.
Demikian juga bilangan 3,7,12 sering muncul dalam Kitab Suci. Ter-hadap hal ini kita harus hati-hati supaya kita tidak mempunyai keper-cayaan yang bersifat takhyul tentang bilangan-bilangan ini! Bdk. 1Tim 4:7 yang menyuruh kita menjauhi takhyul! Ingat bahwa keper-cayaan terhadap takhyul bukanlah dosa yang remeh, karena ini menyangkut kepercayaan asing, sehingga tidak berbeda dengan syncretisme (= kepercayaan terhadap 2 agama atau lebih) maupun kepercayaan terhadap berhala!
b) Dalam Kitab Suci, orang lain yang pernah melakukan puasa 40 hari adalah Musa (Kel 34:28 Ul 9:9,18 Ul 10:10) dan Elia (1Raja-raja 19:8).
Tetapi rupa-rupanya puasa yang dilakukan Musa dan Elia bukanlah puasa yang wajar tetapi melibatkan suatu mujijat, karena mereka berpuasa baik terhadap makanan maupun minuman. Orang bisa hidup cukup lama tanpa makanan, tetapi hanya tahan beberapa hari tanpa minuman.
c) Bahwa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, tidak berarti bahwa kita juga harus berpuasa seperti itu! Ini bagian yang bersifat descriptive (bersifat menggambarkan), bukan didactic (bersifat mengajar). Contoh lain adalah ay 1 dimana Yesus yang penuh Roh Kudus dibawa ke padang gurun. Ini juga descriptive sehingga tidak bisa diartikan bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus pasti akan dipimpin ke padang gurun.
d) Yesus hanya puasa terhadap makanan, bukan terhadap minuman. Ini bisa dilihat dari:
Lukas 4:2 mengatakan:
‘tidak makan apa-apa’.
‘lapar’ bukan ‘haus’.
Ay 3 mengatakan bahwa Iblis mencobai Dia dengan ‘roti / makan-an’, bukan dengan ‘air / minuman’.
Tradisi mengatakan bahwa Ia minum air pohon kaktus.
e) Yesus baru merasa lapar setelah berpuasa 40 hari?
Luk 4:2 berbunyi: “Di situ Ia tinggal 40 hari lamanya dan tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar”. Bdk. Mat 4:2 yang berbunyi: “Dan setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus”.
Apakah ini aneh / salah, bahwa Ia baru lapar setelah berpuasa 40 hari? Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (= puasa pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang:
tahap I yang berlangsung sekitar 2-3 hari (lamanya tahap-tahap ini bisa berbeda untuk tiap orang), dimana orangnya merasa sangat lapar.
tahap II yang juga berlangsung sekitar 2-3 hari, dimana orangnya tidak lagi merasa terlalu lapar, tetapi merasa badannya lemas, pusing dan malas untuk bergerak. Ini adalah bagian yang terberat dalam melakukan puasa jangka panjang.
tahap III.
Pada tahap III ini orang yang tadinya lemas itu mulai pulih keku-atannya, dan ia tidak lapar lagi. Pada tahap ini orangnya merasa bahwa ia bisa puasa terus tanpa problem. Tetapi kalau puasa ini diteruskan, maka pada saat tertentu, rasa lapar tahu-tahu muncul lagi dengan sangat hebatnya. Ini menunjukkan bahwa lemak tubuh sudah habis, dan kalau puasa itu tetap diteruskan, ini menjurus pada starvation (= mati kelaparan).
Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang, dan sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang kurus mungkin hanya bertahan 20 hari.
Dari sini bisa kita simpulkan, bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III, dan karena itu tidak aneh / tidak salah kalau dikatakan bahwa ‘setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhir-nya laparlah Yesus’.
II) Setan dan pencobaan I:
1) Saat pencobaan:
setelah baptisan / pernyataan Bapa (Lukas 3:21-22).
sebelum pelayanan / pada saat mau mulai pelayanan (Luk 4:14-dst).
Jadi, setelah kita mentaati Tuhan atau menerima suatu pernyataan dari Tuhan, atau kalau kita akan melayani Tuhan / mentaati Tuhan, setan pasti menyerang. Kalau saudara relatif tidak pernah diserang setan, maka mungkin itu karena dalam hidup saudara tidak ada ketaatan!
2) Kitab Suci tidak menjelaskan bagaimana caranya setan memberikan pencobaan ini kepada Yesus. Mat 4:3 memang berkata: “Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya”. Tetapi apakah ia menampakkan diri? Atau hanya memperdengarkan suara? Kalau ia menampakkan diri, apakah ia muncul berbentuk ular, atau manusia, atau malaikat? Ini tidak dijelaskan. Tetapi yang jelas adalah: pencobaan ini bukannya muncul dalam pikiran / hati Yesus, karena kalau itu terjadi, maka Ia sudah berdosa!
3) Ada 2 tafsiran tentang kata-kata ‘Jika Engkau Anak Allah’ (ay 3).
Ini disebabkan karena kata Yunani yang diterjemahkan ‘jika’ adalah EI, yang bisa diterjemahkan sebagai:
a) ‘If / Jika’.
Kalau dipilih arti ini, maka pencobaan ini diberikan Iblis untuk mera-gukan keilahian Yesus. Yesus baru saja dibaptis dimana ia mendapat pernyataan ilahi dari BapaNya bahwa Ia adalah Anak Allah (Luk 3:21-22), dan sekarang Iblis berusaha membuat Yesus untuk meragukan hal itu!
Penerapan:
Kalau saudara baru mendengar Firman Tuhan di gereja, dan sau-dara lalu merasa dikuatkan / dihiburkan, tetapi begitu sampai di rumah saudara ragu-ragu lagi, maka saudara tahu siapa yang se-dang bekerja saat itu!
saudara baru saja mendengar Injil dan percaya kepada Yesus, lalu saudara jatuh ke dalam dosa, dan setan berkata: ‘Dengan hidupmu yang seperti itu kamu yakin selamat / masuk surga?’.
saudara baru mendengar Ro 8:28, dan lalu saudara mengalami problem / penderitaan, dan setan berkata: ‘Mungkinkah penderita-an seperti itu bisa membawa kebaikan buat kamu?’.
Karena itu, hati-hatilah dengan semua keraguan terhadap Firman / janji Tuhan!
b) ‘Since / karena’.
Kalau dipilih arti ini maka jelas bahwa pencobaan I ini tidak dilakukan untuk meragukan keilahian Yesus, tetapi mungkin sekedar mbom-bongi Yesus.
Penerapan: Setan sering menyerang, dengan berkata:
kalau kamu laki-laki, pukul saja orang yang menghina kamu itu.
kalau kamu memang jantan, buktikan kejantananmu dengan se-orang pelacur.
Jangan menjadi seorang yang bombongan dengan mengikuti godaan setan ini.
4) Setan mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti.
a) Tyndale:
“That they were temptations implies that Jesus knew He had unusual powers. ‘It is no temptation to us to turn stones into bread or leap from a Temple pinnacle’ (Barclay)” [= Bahwa hal-hal itu adalah pencobaan, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa Ia mempunyai kuasa yang luar biasa. ‘Bukanlah pencobaan bagi kita untuk mengubah batu menjadi roti atau untuk meloncat dari bubungan Bait Suci’ (Barclay)].
Dari sini bisa juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya: orang miskin tidak akan merasakan piknik ke Tretes pada hari Minggu sebagai suatu pen-cobaan, karena itu sama sekali di luar kemampuannya, tetapi bagi orang kaya hal itu merupakan godaan. Karena itu, makin saudara kaya / berkuasa, makin saudara harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan belajar Firman Tuhan, supaya saudara kuat menghadapi pencobaan yang semakin banyak itu.
b) Seperti Adam, Yesus dicobai dengan menggunakan makanan. Tapi perbedaannya adalah:
Adam dicobai di taman Eden dimana ada banyak makanan dan pada saat Adam tidak lapar; Yesus dicobai di padang gurun di-mana tidak ada makanan dan pada saat Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam.
kalau Adam I kalah, maka Adam ke II (Kristus) menang!
Pulpit Commentary:
“It was some wilderness, where nature affords no food or sustenance to man. What a contrast to the happy garden where the first Adam was tempted! Messiah meets the tempter in the most trying circumstances, and (in) the tempter’s defeat there is promise of his defeat everywhere” (= Itu adalah padang gurun dimana alam tidak menghasilkan makanan bagi manusia. Alangkah kontrasnya dengan taman yang indah dimana Adam yang pertama dicobai. Mesias menjumpai si pencoba dalam situasi yang paling berat, dan dalam kekalahan si pencoba itu ada janji kekalahannya dimanapun).
c) Setan menyerang titik lemah (‘lapar’ diserang dengan ‘roti’).
Setan tahu titik lemah kita dan setan selalu berusaha menyerang titik lemah kita. Karena itu kita harus tahu titik lemah kita, dan selalu waspada dalam hal itu dan setiap hari membentenginya dengan doa! Bahkan kalau perlu kita harus belajar bagian Firman Tuhan yang khusus berhubungan dengan kelemahan kita itu. Misalnya saudara mempunyai kelemahan dalam menguasai kemarahan saudara, maka carilah dan bacalah buku-buku rohani yang membahas tentang kema-rahan / penguasaan diri.
d) Pencobaan untuk membuat batu menjadi roti ini sangat logis, karena saat itu Yesus membutuhkan roti, tetapi tidak ada roti, dan tidak bisa membeli roti ataupun membuat roti dengan cara biasa.
Hati-hati dengan godaan yang logis! Misalnya: istrimu sudah jelek dan tidak memuaskan kamu, dan kamu sebagai orang laki-laki mempunyai nafsu sex yang harus disalurkan. Kalau ditahan terus nanti bisa stress / gila! Jadi, carilah wanita lain / pelacur yang bisa memuaskan kamu.
e) Pencobaan ini mengarahkan Yesus dari hal rohani (puasa) ke hal jasmani (roti). Setan juga sering mengarahkan perhatian kita hanya pada hal jasmani!
Contoh:
saat teduh diganti acara TV, sampai kita sudah terlalu mengantuk untuk bersaat teduh.
Pemahaman Alkitab diganti gangthao, nonton bioskop, dsb.
Kebaktian diganti dengan piknik, pesta nikah / HUT dsb.
Kalau melihat orang sakit / miskin kita kasihan, tetapi kalau melihat orang berdosa yang belum kenal Yesus kita tidak kasihan.
Kalau saudara digoda oleh setan dengan mengarahkan diri saudara pada hal-hal jasmani, ingatlah kata-kata Paulus yang berkata dalam 2Kor 4:18 sebagai berikut:
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.
f) Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus tidak mempercayakan diri kepada BapaNya, tetapi menangani persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu dengan menggunakan keilahianNya. Mengapa itu tidak halal? Karena pada waktu hidup di dunia sebagai manusia Yesus tidak pernah menggunakan keilahianNya untuk kepentingan-Nya sendiri. Kalau Ia selalu menggunakan keilahianNya untuk kepen-tinganNya sendiri, maka Ia tidak akan bisa menderita bagi kita.
Setan juga selalu menyerang kita supaya kita tidak mempercayakan diri kita kepada Allah, tetapi menangani sendiri dengan menggunakan cara yang tidak halal (mencuri, korupsi, nyogok, berdusta, pergi ke dukun dsb).
g) Pulpit Commentary:
“The fallacy which underlies this temptation is one to which men are now most prone, viz. that ‘men must live’, and then this false principle passes through degrees of comparison, and men say to themselves they must, if possible, live well, and lastly, they must, is possible, live very well. But is it necessary that any of us should live? Who has given us this revelation? May not God’s revelation be that the best thing we could do would be to die for truth and righteousness?” (= Sekarang banyak orang paling condong pada pemikiran salah yang melandasi pencobaan ini, yaitu bahwa ‘manusia harus hidup’, dan lalu prinsip salah ini melalui tingkat-tingkat perbandingan, dan manusia berkata kepada diri mereka sendiri bahwa jika mungkin mereka harus hidup baik / enak, dan terakhir, jika mungkin mereka harus hidup sangat baik / enak. Tetapi haruskah kita hidup? Siapa yang telah memberikan wahyu ini kepada kita? Tidak bisakah bahwa Wahyu Allah adalah bahwa hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mati untuk kebenaran?).
III) Jawaban Yesus:
1) Yesus menangkis serangan setan dengan berkata: “Ada tertulis: ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’” (ay 4).
a) Yesus menjawab dengan menggunakan Firman Tuhan yang Ia kutip dari Ul 8:3.
Disini kita lihat pentingnya pengertian terhadap Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah senjata / pedang Roh (Ef 6:17) yang harus kita gunakan pada saat setan menyerang.
Calvin (tentang Mat 4:4):
“Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed” (= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata) - hal 214.
Penerapan:
Rajinlah datang dalam Pemahaman Alkitab / belajar Firman Tuhan supaya bisa menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan.
Contoh menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan: saudara mengalami penderitaan, lalu ada pikiran bahwa Allah tidak mengasihi saudara (ini serangan setan). Maka saudara bisa menangkis / mendebat pikiran / serangan setan itu dengan menggunakan Yoh 3:16 Ro 5:8 1Yoh 4:8 dsb. Jadi ini seperti ber-debat dengan diri sendiri.
b) ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’ (ay 4).
Kata ‘saja’ dalam jawaban Yesus itu perlu diperhatikan. Yesus tidak berkata: ‘Manusia hidup bukan dari roti’. Tetapi Yesus berkata: ‘Manusia hidup tidak dari roti saja’. Ini menunjukkan bahwa hal jas-mani juga penting dan tidak bisa diabaikan secara total, tetapi kita tidak boleh menekankan hal jasmani saja (bdk. 1Tim 4:8).
2) Jawaban Yesus dalam Luk 4:4 ini tidak / kurang lengkap. Mat 4:4 memberikan jawaban yang lengkap, karena di situ ditambahkan kata-kata ‘tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah’. Ada 2 penafsiran tentang arti dari ‘setiap firman yang keluar dari mulut Allah’:
a) Ini menunjuk pada Firman Allah atau pengajaran Kitab Suci.
Kalau diambil arti ini, maka seluruh jawaban Yesus itu maksudnya adalah: karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka ma-nusia hidup bukan dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci.
Tetapi penafsiran ini rasanya tidak cocok dengan:
konteks Luk 4:3-4 / Mat 4:3-4.
Setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab: manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari pengajaran Kitab Suci. Ini rasanya jadi kacau!
Ul 8:3, yang lengkapnya berbunyi:
“Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN”.
Kalau kata-kata ‘segala yang diucapkan TUHAN’ itu diartikan pengajaran Kitab Suci, maka Ul 8:3 itu juga menjadi kacau artinya.
b) Calvin beranggapan bahwa kata-kata ini menunjuk pada ‘kehendak Allah’.
Jadi maksud Yesus adalah: sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup.
Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks Luk 4:3-4 maupun Ul 8:3!
Calvin:
“In like manner, the Apostle says, that he ‘upholdeth all things by his powerful word’ (Heb i. 3); that is, the whole world is preserved, and every part of it keeps its place, by the will and decree of Him, whose power, above and below, is everywhere diffused” [= Dengan cara yang sama, sang rasul berkata bahwa Ia ‘menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan’ (Ibr 1:3); artinya, seluruh dunia / alam semesta dipelihara, dan setiap bagiannya dijaga pada tempatnya, oleh kehendak dan ketetapanNya, yang kuasaNya, di atas dan di bawah, tersebar dimana-mana].
3) Jawaban ini menunjukkan:
a) Yesus tetap mengarah kepada hal rohani (kehendak Allah). Setan mengarahkanNya pada hal jasmani, tetapi Yesus tetap mengarah pada hal rohani. Ini harus diteladani! Betapapun kuatnya daya tarik dari hal-hal jasmani, arahkanlah diri saudara pada hal-hal rohani!
b) Kepercayaan Yesus kepada BapaNya. Ia tidak mau menggunakan keilahianNya / cara yang tidak halal, dan Ia percaya BapaNya akan memeliharaNya.
4) Karena Kristus tidak mau mendapatkan roti dengan cara tidak halal, akhirnya kita melihat bahwa malaikat-malaikat datang melayani Dia (Mat 4:11 Mark 1:13), tentunya juga dalam hal makanan.
Penerapan:
Tirulah Yesus dalam hal ini; jangan mencari makan / uang dengan cara yang tidak halal, seperti:
menggunakan tipu daya, dusta, menyuap, dsb.
bekerja pada hari Sabat (Kel 20:8-11).
Maka Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan saudara! Bdk. Mat 6:25-34.
LUKAS 4:5-13
I) Pencobaan II versi Lukas (Lukas 4:5-7):
1) Urut-urutan pencobaan:
Pencobaan ke II dalam Lukas ditempatkan dalam urutan ke III dalam Mat 4. Saya berpendapat bahwa urut-urutan Matius yang benar karena:
a) Setelah pencobaan ke III dalam Matius, Iblis diusir.
b) Kalau urut-urutannya seperti dalam Mat 4, maka jalan ceritanya lebih baik / masuk akal, karena dalam jawaban Yesus terhadap pencobaan I terlihat bahwa:
Yesus memakai Firman Tuhan.
Yesus percaya kepada BapaNya.
Karena itu, maka dalam pencobaan II versi Matius, Iblis mencobai:
menggunakan Firman Tuhan yang disalahtafsirkan.
dengan menyuruh Yesus untuk ‘terlalu percaya’ kepada Bapa.
Jadi, Lukas tidak menulis berdasarkan urutan waktu. Kata ‘kemudian’ pada awal ay 5,9 sebetulnya tidak ada. Ini penting diketahui, karena kalau kata ‘kemudian’ itu ada, maka itu menunjukkan bahwa Lukas menulis secara chronologis.
2) Bagaimana terjadinya pencobaan ke II dan III?
Ada 2 pandangan tentang bagaimana terjadinya pencobaan ke II dan III.
a) Sungguh-sungguh terjadi; jadi Yesus betul-betul dibawa oleh Iblis ke bubungan Bait Allah, dan lalu ke puncak gunung.
Pandangan ini rasanya tidak mungkin karena:
sukar terbayangkan bahwa Yesus betul-betul pergi bersama-sama dengan setan.
Ay 5 (Bdk. Mat 4:8) - Dalam sekejap mata melihat semua kerajaan dunia. Ini tidak mungkin bisa terjadi.
b) Calvin menganggap terjadinya kedua pencobaan ini adalah melalui vision / penglihatan yang diberikan oleh Iblis kepada Yesus.
Bandingkan dengan Yeh 40:1b-2, yang berbunyi: “... pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawaNya aku dalam penglihat-an-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas sebuah gunung yang tinggi sekali”.
Bandingkan juga dengan Wah 21:10 yang berbunyi: “di dalam roh ia membawa aku ke gunung yang tinggi”.
3) Apakah kata-kata setan dalam ay 6-7 itu benar?
a) Ada yang berkata ‘ya’ dengan alasan:
Ef 2:2 Ef 6:12 1Yoh 5:19.
Yesus sendiri menyebut Iblis sebagai ‘penguasa dunia’ (Yoh 12:31 14:30 16:11).
Yesus tidak membantah claim dari setan itu.
b) Jawaban yang benar adalah ‘tidak’ karena:
Ef 2:2 Ef 6:12 1Yoh 5:19 hanya menunjukkan bahwa setan punya kuasa / pengaruh yang besar di dunia, khususnya di antara orang yang tidak percaya.
Dalam Yoh 12:31 14:30 16:11 Yesus memang menyebut Iblis sebagai ‘penguasa dunia’, tetapi ini tidak dalam arti mutlak.
Maz 2 menunjukkan bahwa Allah / Yesus yang berkuasa.
Yesus berkali-kali mengusir setan.
Setan adalah pendusta (Yoh 8:44).
Jadi, penguasa / pemilik alam semesta adalah Allah, bukan setan! Allah tidak pernah kehilangan kontrol atas seluruh alam semesta!
Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa dalam menggoda, setan sering berdusta (bdk. Kej 3:4-5). Karena itu, hati-hati dengan dusta setan yang menawarkan hal-hal yang indah kepada saudara!
4) Tujuan pencobaan II versi Lukas ini adalah:
a) Supaya Yesus mendapatkan mahkota tanpa salib.
Kalau Yesus menggunakan cara yang seharusnya, maka Ia harus menderita, dan mati disalib, baru bisa mengumpulkan orang-orang untuk datang kepadaNya. Tetapi dengan cara setan ini, Ia hanya perlu tunduk kepada setan, dan seluruh dunia akan diberikan kepadaNya.
Penerapan:
Bandingkan ini dengan ajaran Theologia Kemakmuran, atau ba-nyak ajaran lain yang mengatakan bahwa kalau ikut Yesus semua problem bakal beres. Ini menjanjikan mahkota tanpa salib!
Semua ajaran yang mengijinkan kompromi supaya terhindar dari kesukaran / penderitaan, sejalan dengan godaan setan ini. Misalnya: boleh menuruti suami / orang tua yang menghendaki kita ‘memelihara’ roh nenek moyang yang sudah mati.
Supaya Yesus mendapat hasil yang banyak dan cepat tetapi:
tunduk kepada setan.
bekerja sama dengan setan.
menggunakan cara yang tidak halal.
Setan juga mencobai manusia dengan cara ini, misalnya:
pergi ke dukun untuk dapatkan ‘pesogen’.
menggunakan kuasa gelap / jimat supaya usahanya sukses.
korupsi, mencuri, nyogok, ngerpek.
bekerja pada hari Sabat.
melakukan pelayanan gereja dengan menggunakan kuasa gelap!
menggodai hamba Tuhan untuk memberitakan khotbah yang enak di telinga.
Pokoknya setan berusaha supaya manusia mau mencapai ambisinya dengan menggunakan cara yang tidak halal, atau bahkan dengan menggunakan kuasa setan.
5) Jawaban Yesus terhadap pencobaan ini (Lukas 4:8 Mat 4:10):
a) Luk 4:8 (KJV) ada suatu penambahan: ‘Get thee behind Me, for it is written’ (= Pergilah ke belakangKu, karena ada tertulis).
Kata-kata yang digarisbawahi ini sebetulnya tidak ada!
Tetapi dalam Mat 4:10 memang dikatakan bahwa Yesus mengusir setan. Ini menunjukkan Yesus lebih besar dari setan.
b) Yesus mengutip Ul 6:13. Lagi-lagi Ia menggunakan Firman Tuhan!
c) Penekanan dari jawaban Yesus adalah: Hanya Allah yang boleh di-sembah! Kita tidak boleh menyembah apapun / siapapun, seperti:
setan. Misalnya: gereja setan.
malaikat (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
manusia (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18). Ini termasuk sungkem dan paikwi kepada orang tua / kakek / nenek.
orang mati, baik itu orang tua, nenek moyang atau Maria / ‘orang suci’.
berhala (Kel 20:4-6).
Tetapi Yesus mengijinkan orang menyembah diriNya sendiri (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), karena Ia memang adalah Allah sendiri.
d) Pulpit Commentary memberikan penerapan sebagai berikut:
“Never to associate with wicked men for the attainment of good ends” (= Jangan pernah bergabung dengan orang-orang jahat untuk mencapai tujuan yang baik).
II) Pencobaan III versi Lukas (Lukas 4:9-12):
1) Kalau pencobaan I mencobai Yesus supaya tidak percaya kepada Bapa-Nya maka pencobaan III versi Lukas ini mencobai Yesus untuk ‘terlalu percaya’ kepada BapaNya sehingga mencari bahaya dengan cara melon-cat dari bubungan bait Allah.
Penerapan:
Setan juga sering mencobai kita untuk menjadi ‘terlalu percaya’ kepada Allah. Misalnya dengan mendorong kita untuk:
sengaja berbuat dosa, karena percaya keselamatan tidak bisa hilang.
sengaja berurusan dengan kuasa gelap, karena ‘percaya’ Allah bisa melindungi.
2) Pencobaan I ditolak oleh Yesus dengan menggunakan Firman Tuhan, maka sekarang setan juga menyerang dengan menggunakan Firman Tuhan (Maz 91:11-12) yang disalahtafsirkan. Ia menyalahtafsirkan de-ngan cara menafsirkannya sehingga bertentangan dengan ayat lain, yaitu Ul 6:16 yang nanti dikutip oleh Yesus untuk menjawab serangan ini.
Penerapan:
Kita perlu waspada karena tidak setiap orang yang menggunakan Kitab Suci memberikan pengajaran yang benar. Perlu kita ingat bahwa ajaran yang bagaimanapun gilanya / sesatnya bisa dicarikan dasar Kitab Sucinya!
Contoh:
Pengajar Theologia Kemakmuran mengatakan bahwa Yesus kaya karena mempunyai bendahara (Yoh 12:6), dan Paulus kaya karena Felix mengharapkan suap darinya (Kis 24:26).
Nanti di sorga tidak ada perempuan. Ini terlihat dari Wah 8:1 yang mengatakan bahwa di sorga ada sunyi senyap selama 1/2 jam. Kalau ada perempuan, jangankan sunyi senyap 1/2 jam, 2 menitpun tidak akan bisa!
kita perlu belajar Hermeneutics / ilmu penafsiran Alkitab, supaya bisa mendeteksi penyalahtafsiran seperti ini!
3) Jawaban Yesus (Lukas 4:12):
a) Yesus lagi-lagi menjawab dengan menggunakan Firman Tuhan.
Adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam menghadapi 3 x serangan setan di sini, Yesus juga 3 x menggunakan Firman Tuhan. Ia tidak berganti-ganti senjata, sebentar pakai Firman Tuhan, sebentar pakai logika, sebentar pakai filsafat, dsb. Ia terus memakai Firman Tuhan.
Saya ingin sekali lagi mengingatkan kata-kata Calvin yang sudah kita pelajari waktu membahas Luk 4:1-4:
“Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed” (= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata).
‘Dengan susah payah’, berarti:
mesti mau datang ke Pemahaman Alkitab biarpun hujan, tidak ada teman, atau tidak ada yang mengantar sehingga harus keluar uang transport / taxi (bdk. Amsal 23:23 - ‘belilah kebenaran’)!
mesti mau mendengar biarpun khotbah / pelajarannya sukar, dan juga mesti mau mempelajari ulang melalui cassette / makalah.
b) Yesus mengutip jawabannya itu dari Ul 6:16. Jadi dalam 3 x menang-kis serangan setan di sini, Yesus 3 x mengutip dari kitab Ulangan. Mengapa?
Kitab Ulangan berhubungan dengan bangsa Israel di padang gu-run. Karena itu, mungkin selama Yesus di padang gurun, Ia ba-nyak mempelajari / merenungkan Kitab Ulangan, sehingga apa yang masih segar dalam ingatanNya itu Ia pakai untuk menangkis serangan Iblis.
Ada juga yang mengatakan bahwa kitab Ulangan memang sangat ditekankan dalam pengajaran kepada anak-anak Yahudi.
Ini menunjukkan pentingnya pendidikan Firman Tuhan untuk anak-anak / Sekolah Minggu.
c) Ul 6:16 yang dikutip oleh Yesus itu jelas berhubungan dengan ajaran setan yang menyalahtafsirkan Maz 91:11-12 itu, dan bahkan melurus-kan penyalahtafsiran itu.
Disini kita lihat lagi pentingnya:
mempelajari / mengerti seluruh Kitab Suci.
membandingkan ayat dengan ayat.
menghafalkannya.
Tetapi ingat, mengerti dahulu ayatnya, baru dihafalkan!
Illustrasi: Pada jaman Napoleon ada banyak orang asing mau menjadi tentaranya Napoleon. Suatu hari dalam suatu markas tentara, ada persiapan untuk menyambut kedatangan Napoleon. Komandannya tahu bahwa Napoleon tidak senang kalau ada tentara yang tidak bisa berbahasa Perancis, dan karena itu ia mempersiapkan tentaranya yang non Perancis untuk bisa menjawab Napoleon dalam bahasa Perancis. Ia lalu memanggil seorang tentara yang non Perancis dan memberinya kursus kilat. Ia berkata kepada tentara itu: Napoleon selalu menanyakan 3 pertanyaan yang sama dengan urut-urutan yang sama. Napoleon selalu tanya:
Berapa umurmu? Jawab: ‘23 tahun’.
Berapa tahun kamu jadi tentara? Jawab: ‘3 tahun’.
Apakah kamu ikut perang di A atau B? Jawab: ‘dua-duanya’.
Komandan itu lalu menyuruh tentara itu menghafalkan ketiga jawaban itu dalam bahasa Perancis. Lalu tibalah Napoleon dan ia lalu meme-riksa seluruh pasukan. Ia lalu datang kepada tentara non Perancis itu dan bertanya, tetapi bertentangan denganh kebiasaannya, ia mem-balik pertanyaannya dan menanyakan pertanyaan kedua lebih dulu: ‘Berapa lama kamu jadi tentara?’. Si tentara menjawab dengan hafal-annya: ‘23 tahun’. Napoleon heran, karena tentara itu kelihatan masih muda sehingga ia lalu bertanya lagi: ‘23 tahun? Berapa umurmu?’. Tentara menjawab: ‘3 tahun’. Napoleon menjadi marah dan berkata: ‘Yang gila itu kamu atau saya?’. Tentara menjawab: ‘Dua-duanya’.
Ini akibatnya kalau orang hanya menghafal, tanpa mengerti!
d) Membedakan ‘beriman’ dan ‘mencobai Tuhan’.
Setan menyuruh Yesus terjun dengan iman dari bubungan Bait Allah berdasarkan Maz 91:11-12, tetapi Yesus tahu bahwa itu bukanlah tindakan iman, tetapi ‘terlalu percaya’, dan lebih tepat kalau dikatakan sebagai tindakan yang mencobai Allah. Memang ‘mencobai Allah’ mirip dengan ‘tindakan iman’, dan kita harus bisa membedakan kedua hal ini!
Calvin:
“In this passage, the word tempt denotes the neglect of those means which he puts into our hands, ... In short, whoever desires to make an experiment of the divine power, when there is no necessity for it, tempts God by subjecting his promises to an unfair trial” (= Dalam bagian ini, kata mencobai menunjukkan pengabaian sarana yang Ia letakkan dalam tangan kita, ... Singkatnya, siapapun yang ingin membuat percobaan dengan kuasa ilahi, pada saat tidak ada keperluan untuk itu, mencobai Allah dengan meletakkan janjiNya pada ujian yang tidak fair).
Jadi 2 hal yang Calvin tekankan:
pengabaian sarana.
Contoh: pada waktu kita sakit, sekalipun kita bisa membeli obat / pergi ke dokter, tetapi kita tidak mau melakukan hal-hal itu, dan kita hanya berdoa saja. Ini bukan beriman kepada Allah, tetapi mencobai Allah!
Illustrasi: ada banjir, dan seorang kristen naik ke atap rumah, dan berdoa supaya Tuhan menolong dia. Lalu datang sebuah perahu untuk menolong dia, tetapi orang itu, yang mungkin sekali meng-inginkan Tuhan menolong dia dengan cara yang spektakuler, me-nolak dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan menolong aku’. Beberapa waktu kemudian datang sebuah perahu yang lain, tetapi ia memberikan jawaban yang sama. Lalu datang sebuah helikopter dan mau menolong dia, tetapi ia tetap memberikan jawaban yang sama. Akhirnya banjir itu naik terus dan orang itu mati. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu protes kepada Tuhan: ‘Tuhan aku berdoa dan aku percaya Engkau akan menolong, tetapi mengapa Engkau tidak menolong?’. Tuhan menjawab: ‘Apa maksudmu tidak menolong? Aku mengirimkan 2 perahu dan 1 helikopter!’.
Ini menunjukkan pengabaian sarana!
membuat percobaan dengan kuasa ilahi, padahal hal itu tidak diperlukan.
Misalnya: orang yang sengaja mencari bahaya (seperti pencobaan setan ini), atau sengaja tidak mau menghindar dari bahaya, dan minta Tuhan melindungi dirinya.
Contoh: saya mendengar kesaksian seorang dari Flores yang mengatakan bahwa waktu ada gempa bumi, ia tidak mau keluar dari rumahnya, karena yakin Allah melindungi sehingga tidak akan roboh.
Contoh lain: seorang pendeta mendapat informasi bahwa ada majelisnya yang terlihat di komplex pelacuran. Pada waktu pendeta menegur majelis itu, sang majelis menjawab: “Aku memang pergi ke sana, tetapi aku terus berdoa: ‘Tuhan, kuatkanlah aku dari pen-cobaan perempuan-perempuan jalang ini’, dan aku percaya Ia pasti menolong aku”.
Semua ini merupakan contoh-contoh dari ‘mencobai Tuhan’, bukan ‘tindakan iman’.
III) Setelah Pencobaan:
1) Iblis pergi dan menunggu saat yang baik (ay 13).
Ia tekun bukan main baik dalam mencobai Yesus maupun mencobai kita. Apakah kita tekun dalam:
belajar Firman Tuhan?
berdoa?
berjuang melawan pencobaan / dosa? Bdk. Ibr 12:1-4.
Kalau setannya tekun sedangkan kita tidak, maka bagaimana kita bisa menang?
Hal yang lain yang bisa kita dapatkan dari sini adalah: kalau saudara berhasil mengatasi serangan / pencobaan setan, jangan lalu ‘mabuk / lupa daratan’ oleh kemenangan itu. Ingat bahwa ia menunggu saat yang baik untuk menyerang saudara lagi! Jadi tetaplah waspada dan berjaga-jaga.
2) Malaikat-malaikat melayani Yesus (Mat 4:11 Mark 1:13b).
Ini pasti termasuk memberi Yesus makan. Yesus tidak mau menggunakan cara yang tidak halal untuk mendapatkan makanan, dan sekarang Ia mendapatkan makanan dari malaikat!
Penutup:
Maukah saudara meniru teladan Yesus dalam menghadapi pencobaan?
LUKAS 4:14-30
I) Pelayanan Yesus:
1) Di sini Yesus mulai pelayanan.
Yesus berkata bahwa Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mat 20:28). Bagaimana dengan saudara?
2) Peristiwa penolakan terhadap Yesus di Nazaret:
oleh Lukas diceritakan pada awal pelayanan Yesus.
oleh Matius dan Markus diceritakan bukan pada awal pelayanan Ye-sus, tetapi agak belakangan (Mat 13:53-58 Mark 6:1-6).
Yang benar adalah Matius dan Markus, karena Luk 4:23 jelas menunjuk-kan bahwa sebelum peristiwa ini, Yesus sudah melayani di Kapernaum. Jadi Lukas lagi-lagi tidak menceritakan secara chronologis. Tidak diketa-hui dengan pasti mengapa Lukas menceritakan peristiwa ini di awal pelayanan Yesus, tetapi mungkin untuk menunjukkan sikap umum terha-dap pelayanan Yesus.
3) Yesus melayani dalam rumah-rumah ibadat / synagogue (ay 15-16).
a) Yesus mempunyai kebiasaan untuk pergi ke synagogue pada hari Sabat, dan melayani di sana (ay 16).
Ini kebiasaan yang baik yang harus ditiru; jangan biasakan sebaliknya (bdk. Ibr 10:24-25).
b) Calvin:
“When God commanded his people to abstain from working on that day, it was not that they might give themselves up to indolent repose, but, on the contrary, that they might exercise themselves in meditating on his works” [= Pada waktu Allah memerintahkan umatNya untuk tidak bekerja pada hari itu (hari Sabat), maka tujuannya bukannya supaya mereka bisa bermalas-malasan, tetapi sebaliknya, supaya mereka bisa melatih diri mereka dalam merenungkan pekerjaanNya].
c) Kalau saudara membaca pelayanan Yesus dan rasul-rasul maka sau-dara akan melihat bahwa mereka banyak melayani di Bait Allah dan synagogue. Karena itu pada jaman sekarang, kita juga mesti mem-punyai pelayanan yang bersifat church-centered (= berpusatkan gereja).
Contoh pelayanan yang tidak bersifat church-centered (= berpusatkan gereja) adalah persekutuan-persekutuan yang terpisah sama sekali dari gereja.
d) Yesus bisa diijinkan berkhotbah di synagogue, karena dalam syna-gogue memang ada kebebasan berkhotbah. Jadi, kalau pemimpin synagogue melihat seseorang yang ia anggap bisa berkhotbah, maka ia mengijinkan orang itu berkhotbah (bdk. Kis 13:15).
4) Penekanan utama dalam pelayanan Yesus adalah pemberitaan Firman Tuhan (ay 15,16-21).
Karena itu, dalam kita melayani Tuhan, kitapun harus sangat menekan-kan pemberitaan Firman Tuhan. Kalaupun kita sendiri tidak bisa membe-ritakan Firman Tuhan, kita harus melakukan segala sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mendukung pelayanan pemberitaan Firman Tuhan, se-perti mendoakan dan mendukung dalam keuangan.
II) Pemberitaan Firman Tuhan oleh Yesus:
1) Yesus berdiri pada waktu membacakan Kitab Suci (ay 16), tetapi duduk pada waktu berkhotbah (ay 20).
Ini memang kebiasaan saat itu. Berdiri menunjukkan sikap hormat pada Firman Tuhan. Berkhotbah biasanya dilakukan dengan duduk (bdk. Kis 16:13), tetapi kadang-kadang juga dilakukan dengan berdiri (Kis 13:16).
Sikap duduk atau berdiri ini sebetulnya tidak mutlak, yang penting adalah: dalam hati kita menghormati Firman Tuhan!
Penerapan:
Kalau saudara mengantuk atau berbicara satu sama lain, atau membiar-kan anak saudara ribut / berlari-lari pada waktu Firman Tuhan diberita-kan, jelas bahwa saudara tidak menghormati Firman Tuhan! Lebih-lebih kalau setelah mendengar Firman Tuhan saudara lalu berkata: ‘Ah itu kan kata-katanya pendeta’, dan saudara tidak mau mentaatinya!
2) Ay 18-19 diambil dari Yes 61:1-2.
a) Di sini digunakan istilah ‘orang miskin’, ‘tawanan’, ‘orang buta’, ‘orang yang tertindas’, dan juga ‘pembebasan’, ‘penglihatan’, ‘membebaskan’.
Ini jelas dalam arti rohani, bukan jasmani! Ini terlihat dari:
Kis 26:17b-18.
Peristiwa dimana Yohanes Pembaptis masuk penjara, dan Kris-tus tidak membebaskannya (Mat 11:2-6). Ini menunjukkan bah-wa bagian ini tidak bisa diartikan secara jasmani.
Istilah ‘orang miskin’, ‘tawanan’, ‘orang buta’, dan ‘orang yang tertindas’, menunjukkan keadaan manusia tanpa Kristus.
Calvin: “The prophet shows what would be the state of the Church before the manifestation of the Gospel, and what is the condition of all of us without Christ” (= nabi itu menunjukkan bagaimana keadaan Gereja sebelum manifestasi Injil, dan bagaimana keadaan semua kita tanpa Kristus).
Kita harus sadar bahwa tanpa Kristus keadaan kita secara rohani betul-betul buruk! Kalau kita tidak sadar hal ini, kita tidak akan datang kepada Kristus (bdk. Wah 3:17-18).
b) ‘Untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang’ (ay 19b).
Arti: Kristus datang sesuai dengan waktu yang Tuhan tetapkan (bdk. Gal 4:4).
3) Ay 21 memberikan inti khotbah Yesus.
Dengan kata-kata ini Ia memaksudkan bahwa Mesias yang digambarkan oleh Yes 61:1-2 itu adalah diriNya sendiri.
III) Reaksi terhadap khotbah Yesus:
1) Pada waktu Ia berkhotbah di daerah Galilea, semua orang memuji Dia (ay 15-16).
2) Pada waktu Ia berkhotbah di Nazaret, sikap pendengarNya adalah:
a) Mereka ‘membenarkan Dia’ (ay 22). Ini salah terjemahan.
NIV: speaking well of Him (= berbicara baik tentang Dia).
NASB: spoke well of Him (= berbicara baik tentang Dia).
Lit: bore witness to Him (= memberi kesaksian kepadaNya).
Tidak terlalu jelas apa yang dimaksud oleh bagian ini.
b) Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkanNya (ay 22).
‘kata-kata yang indah’:
Lit: words of grace (= kata-kata kasih karunia).
Artinya: penuh kasih, tak seperti ahli Taurat yang tak berperasaan, atau, Ia mengucapkannya dengan cara yang menarik.
Ingat bahwa mereka bukannya kagum, tetapi heran.
c) Mereka berkata: ‘Bukankah Ia ini anak Yusuf?’ (ay 22 bdk. Mat 13:55-57 Mark 6:3).
Mereka tidak bisa menerima bahwa Yesus, ‘anak Yusuf’ yang dari kecil bersama dengan mereka, adalah Mesias yang ditunggu-tunggu selama ribuan tahun.
Calvin: “The inhabitants of Nazareth are thus compelled to acknowledge and admire God speaking in Christ; and yet they voluntarily refuse to render to the heavenly doctrine of Christ the honour which it deserves” (= Karena itu penduduk Nazaret terpaksa mengakui dan mengagumi Allah berbicara dalam Kristus; tetapi mereka secara sukarela menolak untuk memberikan kepada ajaran surgawi dari Kristus hormat yang layak didapatkannya) - hal 230-231.
IV) Penolakan terhadap Yesus:
1) Kata-kata Yesus (ay 23-27).
a) Ay 23: Seorang tabib sering disuruh untuk membuktikan kehebatan-nya dengan menyembuhkan dirinya sendiri (dekat), baru menyem-buhkan orang lain (jauh). Tetapi Yesus melakukan mujijatNya di Kapernaum (jauh), dan karena itu mereka ingin Yesus membuktikan kehebatanNya dengan melakukan mujijat di Nazaret (dekat).
Tetapi Yesus menanggapi semua ini bukan dengan menuruti keingin-an mereka akan mujijat, tetapi sebaliknya ‘menyikat’ mereka dengan keras (ay 24-27).
b) Ay 24: Tak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
Sekalipun Yesus tahu hal ini, tetapi Ia tetap pergi ke Nazaret dan memberitakan Firman Tuhan di sana. Karena itu kitapun wajib memberitakan Injil di tempat asal kita (rumah kita / keluarga kita).
Tyndale:
“People are always more ready to see greatness in strangers than in those they know well” (= Manusia selalu lebih siap untuk melihat kebesaran dalam diri orang asing dari pada dalam diri orang yang mereka kenal dengan baik).
Barclay mengatakan bahwa dalam bahasa Inggris ada pepatah yang serupa, yaitu: ‘Familiarity breeds contempt’ (= keakraban membiakkan sikap menghina / memandang rendah).
Secara implicit kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa seorang nabi harus dihormati (bdk. Mat 10:40-41 1Tim 5:17), bahkan di tempat asalnya.
William Hendriksen:
“That is the way it is, but not the way it should be” (= Keadaannya memang seperti itu, tetapi tidak seharusnya seperti itu).
Perkataan Yesus ini adalah suatu ‘amsal’, yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sekalipun sering benar, tetapi tidak selalu benar. Jadi, kalau ada nabi yang ternyata dihormati di tempat asalnya, itu tidak berarti kata-kata Yesus ini salah.
c) Yesus memberikan 2 contoh:
Contoh Elia dan janda di Sarfat (ay 25-26).
‘Tiga tahun dan enam bulan’ dalam ay 25 tidak bertentangan dengan ‘pada tahun yang ketiga’ dalam 1Raja 18:1, karena 1Raja 18:1 menunjukkan lamanya Elia ada di rumah janda di Sarfat, dan tidak mencakup lamanya waktu selama Elia ada di tepi Sungai Kerit (1Raja 17:1-6).
Contoh Elisa dan Naaman (ay 27).
Kedua contoh ini sama-sama menunjukkan bahwa nabi Tuhan diutus ke tempat yang jauh. Tuhan berhak mengutus nabiNya kemanapun Ia mau, baik jauh ataupun dekat. Tetapi kedua contoh ini juga terjadi karena ‘yang dekat’ itu brengsek.
2) Reaksi orang Nazaret:
Kata-kata Yesus itu secara implicit menunjukkan bahwa mereka itu breng-sek, bahkan lebih brengsek dari orang kafir / non Yahudi, dan ini menye-babkan mereka menjadi marah, dan bahkan mau membunuh Yesus (ay 28-29).
Hati-hati supaya saudara tidak menanggapi Firman dengan sikap marah seperti ini. Ini bertentangan dengan Yak 1:19-20!
3) Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi (ay 30).
a) Tak jelas apa yang terjadi di sini. Ada yang mengatakan ini mujijat.
Calvin:
“This example teaches us that, though our adversaries may prevail so far, that our life may seem to be placed at their disposal, yet that the power of God will always be victorious to preserve us, so long as he shall be pleased to keep us in the world, either by tying their hands, or by blinding their eyes, or by stupifying their minds and hearts” [= Contoh ini mengajar kita bahwa sekalipun musuh-musuh kita menang, dan hidup kita kelihatannya ada dalam tangan mereka, tetapi kuasa Allah akan selalu menang dalam menjaga kita, selama Ia masih menginginkan kita dalam dunia ini, atau dengan mengikat tangan mereka, atau dengan membutakan mata mereka, atau dengan membuat pikiran dan hati mereka jadi bodoh / tertegun (Jawa: ketenggengen)].
b) Sedikitpun tak terlihat bahwa Yesus takut.
Waktu dicobai oleh setan untuk meloncat dari bubungan Bait Allah berdasarkan Maz 91:11-12 (Luk 4:9-11), Yesus menolak. Tetapi sekarang memang merupakan waktu yang tepat untuk bersandar pada Maz 91:11-12 itu, dan Yesus melakukannya.
c) Tyndale:
“As far as is known Jesus never returned to Nazareth. Rejection can be final” (= Sepanjang yang diketahui Yesus tidak pernah kembali ke Nazaret. Penolakan bisa merupakan yang terakhir).
V) Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
1) Sikap mereka terhadap Yesus / pemberita Firman berkembang makin lama makin jelek (ay 15,22,28-29).
Perhatikan dan jaga sikap saudara terhadap pemberita Firman! Ingat bahwa setan selalu berusaha untuk membuat saudara tidak senang kepada pemberita Firman, dan dengan demikian saudara tidak akan bisa mendengar Firman.
2) Orang yang kelihatannya rindu Firman, sebetulnya belum tentu rindu Firman.
Ay 20 menunjukkan bahwa mereka kelihatannya rindu Firman, tetapi pada waktu Firman diberitakan, dan tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka menjadi marah (ay 28-29). Jadi sebetulnya mereka hanya ingin mendengar Firman yang sesuai dengan pandangan mereka!
3) Persoalan / serangan sering muncul kalau:
a) Ada pemberitaan tentang Yesus (ay 16-22).
Ajaran yang hanya menyangkut etika dan moral, tidak akan terlalu menimbulkan persoalan, karena setan tidak terlalu pusing dengan hal itu. Tetapi pemberitaan tentang Yesus sebagai Mesias, Juruselamat, Tuhan, satu-satunya jalan ke surga, pasti diserang oleh setan.
b) Ada teguran dosa yang menyatakan pendengar sebagai brengsek (ay 24-29). Kalau saudara sering marah pada waktu mendengar teguran dari Firman, maka ingat bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa orang yang membenci teguran adalah dungu (Amsal 12:1 15:12,32 17:10).
4) Pada waktu ada serangan, belum tentu yang salah adalah pemberita Firman. Dan kalau pemberita Firman tidak salah, maka ia tidak boleh mundur karena ada serangan!
LUKAS 4:31-44
I) Pelayanan Yesus:
Pengusiran setan (ay 33-36,41):
a) Dalam rumah ibadat ada seorang yang kerasukan setan (ay 33).
William Hendriksen berkata: “The devil never misses a service” (= setan tidak pernah bolos kebaktian).
Kalau saudara membolos dari kebaktian, saudara kalah dari setan.
Tetapi jelas bahwa setan datang dalam kebaktian bukan untuk berbakti kepada Tuhan.
Penerapan: kalau saudara datang ke kebaktian bukan dengan tujuan untuk berbakti kepada Tuhan, saudara tidak berbeda dengan setan.
b) Setan itu berteriak (ay 33b-34 bdk. ay 41).
‘apa urusanmu dengan kami’ (ay 34a).
Lit: ‘What to us and to thee?’ (= Apa bagi kami dan bagi kamu).
Setan tidak senang berurusan dengan Yesus, dan ini kontras de-ngan orang yang dipenuhi Roh Kudus, yang pasti mengasihi Yesus dan ingin dekat dengan Yesus.
Setan berkata: ‘Aku tahu siapa Engkau’.
Di sini ia tidak berdusta dan pengetahuannya benar. Tetapi penge-tahuannya yang benar itu tidak disertai penebusan terhadapnya, dan ini menyebabkan ia hanya bisa merasa takut (bdk. Yak 2:19).
Penerapan: Sekalipun saudara tahu banyak tentang Allah, kalau pengetahuan itu tidak disertai penebusan (karena saudara tak beriman kepada Yesus), maka saudara hanya bisa takut! Tetapi kalau saudara menambahkan iman pada pengetahuan itu, maka saudara diampuni, dan diperdamaikan dengan Allah.
Pengakuan setan tentang Yesus itu benar, tetapi merupakan pengakuan terpaksa. Saat itu ada pengakuan terpaksa dari setan, nanti pada akhir jaman akan ada pengakuan terpaksa dari anak-anak setan. Fil 2:9-11 menubuatkan bahwa nanti pada akhir jaman semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Bagi orang yang semasa hidupnya memang percaya kepada Yesus, mereka akan melakukan ini dengan sukacita, tetapi bagi orang yang semasa hidupnya tidak percaya kepada Yesus, mereka akan melakukan hal itu dengan terpaksa, dan pengakuan itu tidak akan menyelamatkan mereka. Dari pada saudara nanti terpaksa mengaku, lebih baik sekarang saudara mengakui Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan dengan sukarela.
c) Yesus menghardik setan itu, menyuruhnya diam, dan keluar (ay 35).
Perintah untuk diam ini juga terjadi dalam ay 41.
Mengapa Yesus menyuruh setan itu diam, padahal apa yang mereka katakan itu benar?
Belum waktunya hal itu diproklamirkan.
Yesus tidak mau orang-orang itu menganggapNya berkomplot de-ngan setan (Bdk. Kis 16:16-18).
Penerapan: jangan memilih / memakai orang yang tidak percaya kepada Yesus (non kristen ataupun kristen KTP) untuk melayani Yesus! Ada gereja-gereja yang memakai pelatih paduan suara yang adalah orang non kristen, atau pemain organ / band yang kafir. Lebih-lebih ada sekolah Theologia yang dianggap injili tetapi memakai dosen yang jelas-jelas adalah orang Liberal! Ini betul-betul tolol dan tidak alkitabiah! Apakah mereka berpikir bahwa anak setan itu akan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh / tulus? Dan apakah mereka berpikir bahwa Tuhan akan memberkati ‘pelayanan’ dari anak-anak setan itu?
Setan menganggu / menginterupsi kebaktian.
d) Setan menghempaskan orang itu, lalu keluar (ay 35b).
Ini usaha terakhir dari setan, tetapi ‘sama sekali tidak menyakiti orang itu’ (ay 35b).
Ini menunjukkan bahwa kalau seseorang kerasukan setan, dan setannya diusir, maka memang bisa terjadi orangnya ‘nggeblak’.
Tetapi ini tak bisa dipakai sebagai dasar untuk berkata bahwa Roh Kudus memenuhi anakNya, dan membuatnya ‘nggeblak’! Ingat bahwa di sini setan, dan bukannya Roh Kudus, yang membuat orang itu ‘nggeblak’. Setan memang senang membanting-banting orang, seperti terlihat di sini, dan juga dalam Mark 9:18-27. Karena itu saya percaya bahwa peristiwa nggeblak yang saat ini banyak terdapat adalah pekerjaan setan, bukan pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus tidak pernah membanting-banting anak-anakNya! Roh Kudus bahkan membangunkan anakNya yang rebah. Ini terjadi dalam:
Yeh 2:1-2 Yeh 3:24 - lihat terjemahan bahasa Inggris. Kata ‘rohku’ (Yeh 2:2) dan ‘roh’ (Yeh 3:24) seharusnya adalah ‘the Spirit’, yang jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
Daniel 8:18.
Baca Juga: Eksposisi Injil Lukas Pasal 5-6
Aneh sekali bahwa di kalangan gereja-gereja yang mengaku diri dipenuhi Roh Kudus, yang ada hanya nggeblaknya tok, tetapi tidak pernah ada peristiwa dimana orang yang nggeblak dibangunkan oleh Roh Kudus! Roh apa gerangan yang memenuhi gereja-gereja itu?
Penyembuhan orang sakit:
a) Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus (ay 38-39).
Jelas sekali bahwa Simon Petrus, yang diakui sebagai Paus I oleh gereja Roma Katolik, mempunyai istri. Demikian juga dengan rasul-rasul yang lain (1Kor 9:5). Karena itu, tidak ada alasan mengapa hamba Tuhan tidak boleh menikah.
Yesus menghardik demam (ay 39).
Ada yang menganggap bahwa ini menunjukkan demam itu dise-babkan oleh setan, ada juga yang tidak. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap penyakit disebabkan oleh roh jahat sehingga harus dilakukan penengkingan! Karena itu hati-hatilah dengan banyak orang kristen / pendeta yang extrim yang setiap kali berhadapan dengan orang sakit selalu melakukan penengkingan setan.
Setelah disembuhkan, ibu mertua Petrus segera melayani Yesus (ay 39).
Alangkah kontrasnya dengan banyak orang kristen yang sudah meng-alami berkat yang lebih besar, yaitu keselamatan secara rohani, tetapi tidak melayani Yesus.
Setelah matahari terbenam, banyak orang sakit dibawa kepada Yesus, dan mereka disembuhkan (ay 40).
Mereka menunggu matahari terbenam, karena hari itu adalah hari Sabat, dan menurut ahli-ahli Taurat mereka tidak boleh membawa orang sakit kepada Yesus untuk disembuhkan.
kesembuhan ilahi harus langsung dan total!
Bahwa di sini semua disembuhkan, tak berarti selalu begitu.
Luk 5:15-16 Yoh 5:1-18 - tidak semua disembuhkan.
1Tim 5:23 2Kor 12:7-10 - Timotius maupun Paulus tidak disem-buhkan.
3) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan:
a) Jelas dari 3 pelayanan Yesus di sini, yang inilah yang paling dite-kankan dan yang paling penting.
b) Perkataan Yesus penuh kuasa (ay 32b).
Bdk. Mat 7:29 - ‘sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang ber-kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka’.
Apa beda pengajaran Yesus dan ahli-ahli Taurat?
Yesus mengajarkan kebenaran; ahli-ahli Taurat sering membeng-kokkan kebenaran (Mat 5:43 Mat 15:4-6).
Yesus mengajarkan hal-hal penting, ahli-ahli Taurat sering meng-ajarkan hal-hal remeh (Mat 23:23-24).
Yesus mengajar dengan kasih; ahli-ahli Taurat mengajar tanpa kasih.
Yesus sering mengajar dengan berkata ‘Aku berkata kepadamu ...’; ahli-ahli Taurat hanya bisa mengutip kata-kata dari rabi-rabi.
c) Orang menjadi takjub (ay 32a).
Ada beda antara takjub dan percaya!
Dalam Mat 11:23 Yesus mengecam Kapernaum, dan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang takjub dan bahkan mencari Yesus dan ber-usaha menahan Yesus itu (ay 42) ternyata tidak percaya kepada Yesus!
Adanya kuasa dalam pengajaran Yesus, tidak berarti bahwa orang-orangnya mesti bertobat! (Bdk. Kis 6:8-7:60).
Penerapan:
Kalau saudara melihat suatu KKR dimana pada waktu calling ternyata tidak ada orang yang bertobat, jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa pengkhotbahnya tidak mempunyai kuasa. Sebaliknya kalau pada waktu calling ada banyak orang yang maju ke depan, juga ja-ngan terlalu cepat percaya bahwa pengkhotbahnya mempunyai kuasa, karena banyak orang maju ke depan dengan motivasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
d) Yesus memberitakan Injil di mana-mana (ay 42-44).
Orang Kapernaum mau menahan Yesus bagi diri mereka sendiri!
Penerapan: Hati-hati supaya saudara tidak menjadi orang egois seperti mereka.
Yesus tidak mau ditahan di suatu tempat, dan Ia lalu berkeliling untuk memberitakan Injil. Ini menekankan perlunya Pemberitaan Injil.
Kalau saudara sakit dan lalu disembuhkan oleh dokter / obat ter-tentu, maka pada waktu saudara menjumpai orang yang meng-alami penyakit yang sama, pasti saudara akan memberitahunya tentang dokter / obat itu.
Lebih-lebih orang yang sudah mendapat manfaat dari Injil / Yesus, tentu harus memberitakannya kepada orang-orang lain!
Perlu diingat bahwa tidak setiap hamba Tuhan / orang kristen harus menjadi penginjil keliling. Ini tergantung karunia dan pang-gilan kita! Ada orang yang dipanggil menjadi gembala sidang, dan tentu ia tidak boleh terus-menerus keliling dan meninggalkan dom-ba-domba gembalaannya tak terurus.
II) Sumber kekuatan Yesus (ay 42):
Yesus pergi ke tempat sunyi itu untuk berdoa (bdk. Mark 1:35).
1) Kata-kata ‘ketika hari siang’ pada awal ay 42 itu salah terjemahan dan menyebabkan ayat ini bertentangan dengan Mark 1:35.
NIV: At daybreak (= pada dini hari).
NASB: When day came (= pada waktu pagi datang).
Jadi sebetulnya Yesus berdoa pada pagi hari.
Seseorang mengatakan: kalau doa pagi itu dihilangkan, semua akan berjalan salah!
2) Yesus berdoa di tempat sunyi.
a) Ini bertentangan dengan:
Doa yang diiringi musik.
Chairman yang menyuruh sebagian jemaat doa dan sebagian menyanyi.
Doa bersuara.
Orang yang berdoa sambil menyerukan dengan keras kata-kata ‘Amin’, ‘Glory’, ‘Haleluya’, dsb. Kalau mau melakukan hal seperti ini, lakukan dalam hati!
Orang yang datang terlambat dan tetap masuk ruang kebaktian sekalipun semua sedang berdoa.
b) Satu hal yang perlu dipikirkan adalah: bukan hanya suasana di luar yang perlu sunyi, tetapi hati kita juga perlu sunyi. Sekalipun suasana di luar sunyi, tetapi kalau hati kita dipenuhi segala urusan duniawi, pekerjaan, study, cewek, dsb, maka kita tetap tidak akan bisa berdoa!
3) Yesus berdoa secara pribadi.
Persekutuan doa memang penting karena mempunyai kekuatan yang lebih besar (Mat 18:19-20), tetapi doa pribadi juga penting karena lebih bebas dan persekutuan dengan Tuhan bisa terjadi secara lebih baik. Karena itu orang kristen harus menekankan kedua-duanya.
4) Kalau Yesus merasa butuh doa, siapakah saudara sehingga tak merasa butuh doa?