2 Korintus 13:11-12: Enam Nasihat Perpisahan dari Paulus

2 Korintus 13:11-12: Enam Nasihat Perpisahan dari Paulus

Pendahuluan

Surat 2 Korintus adalah salah satu surat yang paling pribadi dan emosional dari Rasul Paulus. Di dalamnya, ia membela kerasulannya, menghibur jemaat yang terluka, menegur dosa, dan akhirnya memberi salam perpisahan yang penuh makna. Dalam 2 Korintus 13:11-12, kita menemukan apa yang oleh banyak pakar teologi Reformed disebut sebagai sixfold parting admonition — enam nasihat perpisahan yang singkat namun mendalam.

Artikel ini akan mengeksposisi keenam nasihat itu berdasarkan tafsiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Charles Hodge, dan tafsiran modern dari The Gospel Coalition. Kita akan menguraikan setiap bagian, maknanya, aplikasinya untuk gereja masa kini, dan relevansinya bagi kehidupan pribadi kita.

Teks dan Struktur

Paulus menulis:

1️⃣ Bersukacitalah.
2️⃣ Berusahalah menjadi sempurna.
3️⃣ Hiburlah satu dengan yang lain.
4️⃣ Sehati sepikirlah.
5️⃣ Hiduplah dalam damai.
6️⃣ Berikan salam satu dengan yang lain dengan ciuman kudus.

Keenam nasihat ini membentuk semacam “perintah terakhir” yang meneguhkan jemaat untuk terus berjalan dalam kasih dan kesatuan, bahkan setelah Paulus pergi.

1. Bersukacitalah

John Calvin dalam Commentary on Corinthians menulis:

“Sukacita sejati bukanlah dari kesenangan dunia, tetapi dari ketenangan hati yang didasarkan pada rekonsiliasi dengan Allah. Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa sekalipun mereka mengalami kesulitan, mereka harus memandang kepada Kristus yang memberi sukacita sejati.”

Calvin menegaskan bahwa sukacita ini adalah perintah, bukan saran. Sukacita harus dikejar, bukan ditunggu. Bahkan di tengah penderitaan, gereja tetap dipanggil untuk bersukacita sebagai tanda iman. Charles Hodge dalam tafsirannya juga menekankan bahwa sukacita ini muncul dari relasi yang benar dengan Tuhan.

Aplikasi:

  • Dalam gereja modern, sukacita sering dikaitkan dengan musik yang meriah atau ibadah yang penuh semangat. Namun, sukacita Paulus berbicara soal ketekunan iman dalam segala situasi.

  • Dalam hidup pribadi, sukacita menjadi pengukur iman kita: apakah kita bersukacita hanya saat keadaan baik, atau juga ketika Tuhan sedang mengizinkan pencobaan?

2. Berusahalah Menjadi Sempurna

Hodge menjelaskan bahwa kata Yunani katartizesthe juga digunakan untuk menggambarkan nelayan yang “menyulam kembali” jaring yang robek. Artinya, Paulus mendorong jemaat untuk memulihkan hubungan yang rusak, baik dengan sesama maupun dengan Tuhan.

The Gospel Coalition menambahkan perspektif modern:

“Paulus tidak memanggil kita untuk kesempurnaan moral tanpa cela, tetapi kepada persekutuan yang terus diperbaiki, terus diperbarui, terus diarahkan pada Kristus.”

Aplikasi:

  • Dalam gereja, perlu ada budaya pertobatan yang sehat. Bukan menyembunyikan dosa, tetapi membawanya ke terang untuk diperbaiki.

  • Dalam hidup pribadi, kita harus memiliki kerendahan hati untuk mengakui kegagalan dan meminta pertolongan Roh Kudus untuk diperbarui setiap hari.

3. Hiburlah Satu dengan yang Lain

Calvin menekankan peran komunitas dalam menghibur. Ia menulis:

“Karena hidup kita di dunia ini penuh dengan kesulitan, Allah memberikan kita satu sama lain agar kita bisa saling menopang dan menghibur. Jemaat yang tidak menghibur anggotanya adalah jemaat yang kehilangan semangat Injil.”

Hodge menekankan bahwa penghiburan ini bukan sekadar kata-kata manis, tetapi penghiburan yang bersandar pada janji Allah. Dalam setiap duka, gereja dipanggil untuk mengingatkan satu sama lain akan pengharapan kekal.

Aplikasi:

  • Gereja perlu membentuk pelayanan pastoral yang kuat, bukan hanya untuk yang sehat, tetapi terutama untuk yang sedang bergumul.

  • Sebagai pribadi, kita dipanggil untuk hadir bagi saudara-saudara yang terluka, bukan menunggu, tetapi aktif mencari siapa yang bisa kita kuatkan.

4. Sehati Sepikirlah

Kesatuan dalam gereja adalah salah satu tema besar dalam seluruh Perjanjian Baru. Calvin mengingatkan:

“Kesatuan bukan berarti kita harus sepakat dalam segala hal, tetapi dalam hal-hal penting iman, kita harus bersatu. Perbedaan dalam hal kecil seharusnya tidak memecah belah.”

Hodge memperingatkan bahwa perpecahan sering muncul bukan dari doktrin, tetapi dari sikap hati yang sombong, keinginan untuk menang sendiri, atau ketidakmauan untuk mengalah dalam hal-hal non-esensial.

The Gospel Coalition menyebut:

“Gereja masa kini harus belajar membedakan antara apa yang harus diperjuangkan mati-matian (misalnya Injil), dan apa yang boleh berbeda (misalnya bentuk ibadah, tradisi liturgis).”

Aplikasi:

  • Gereja harus mengedepankan prinsip In essentials, unity; in non-essentials, liberty; in all things, charity.

  • Dalam komunitas pribadi, jangan biarkan perbedaan kecil memecah relasi. Prioritaskan kasih dan kesatuan.

5. Hiduplah dalam Damai

Calvin menekankan bahwa damai bukanlah sekadar absen dari konflik, tetapi kehadiran kasih yang aktif. Damai membutuhkan pengampunan, pengorbanan, dan kadang mengalah untuk kebaikan bersama.

Hodge menulis:

“Gereja yang tidak mengenal pengampunan tidak akan pernah hidup dalam damai. Karena kita semua berdosa, damai hanya mungkin jika kita bersedia mengampuni sebagaimana Kristus telah mengampuni kita.”

Aplikasi:

  • Gereja perlu menjadi contoh rekonsiliasi di dunia yang penuh konflik. Bukan hanya bicara tentang damai, tetapi menjadi pelaku damai.

  • Dalam keluarga, pekerjaan, atau pelayanan, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai, bukan pembawa keributan.

6. Berikan Salam Satu dengan yang Lain dengan Ciuman Kudus

Dalam budaya Paulus, ciuman kudus adalah tanda persaudaraan dan penerimaan. Calvin mengingatkan:

“Tanda-tanda lahiriah seperti ini penting untuk memelihara kasih, karena kita manusia cenderung lupa kasih jika tidak ada tanda nyata.”

Hodge mengingatkan bahwa meski budaya kita berbeda, prinsip di baliknya tetap sama: ekspresi nyata dari kasih persaudaraan tetap dibutuhkan.

Aplikasi:

  • Gereja masa kini perlu memikirkan cara-cara yang sesuai budaya untuk mengekspresikan penerimaan dan kasih, baik lewat salam, pelukan, atau perhatian nyata.

  • Sebagai pribadi, jangan hanya berkata “aku mengasihi,” tetapi tunjukkan itu lewat tindakan.

Kesimpulan Teologis

Keenam nasihat perpisahan ini membentuk semacam fondasi bagi gereja yang sehat. Mereka saling berkaitan:

  • Sukacita → menjaga semangat.

  • Perbaikan → menjaga arah.

  • Penghiburan → menjaga kekuatan.

  • Kesatuan → menjaga fokus.

  • Damai → menjaga harmoni.

  • Salam kasih → menjaga ikatan.

Tanpa salah satu dari ini, gereja akan rapuh. Dengan keenamnya, gereja memancarkan kesaksian Kristus kepada dunia.

Refleksi Pribadi

Mari kita tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah saya membawa sukacita atau suasana berat di gereja?

  • Apakah saya berusaha memperbaiki relasi yang rusak?

  • Apakah saya menjadi penghibur atau penghakim bagi saudara?

  • Apakah saya menciptakan kesatuan atau memecah belah?

  • Apakah saya membawa damai atau konflik?

  • Apakah saya menunjukkan kasih dengan nyata?

Berdoalah mohon Roh Kudus menolong kita menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar.

Penutup

2 Korintus 13:11-12 adalah penutup surat Paulus, tetapi juga pembukaan bagi jemaat untuk terus bertumbuh dalam kasih, kesatuan, dan damai. Sebagai umat Reformed, kita percaya bahwa semua ini bukan dari kekuatan kita, tetapi oleh anugerah Allah melalui Roh Kudus.

Kiranya artikel eksposisi ini membantu gereja dan pribadi untuk semakin memahami, menghidupi, dan memuliakan Allah dalam seluruh kehidupan.

Next Post Previous Post