Matius 18:15-17: Panduan Disiplin Gereja dalam Tradisi Reformed

Dalam tradisi Reformed, disiplin gereja memegang peranan sentral sebagai tanda sejati dari gereja yang benar. Meskipun demikian, praktik yang baik ini semakin sulit diterapkan di tengah tantangan modern. Artikel ini akan mengulas tuntas tentang pentingnya disiplin gereja dalam konteks Matius 18:15-17, membahas prinsip-prinsipnya, dan mengapa hal ini begitu relevan dalam era saat ini.

Matius 18:15-17: Fondasi Disiplin Gereja
Matius 18:15-17: Panduan Disiplin Gereja dalam Tradisi Reformed
Matius 18:15-17 sebenarnya tidak secara eksplisit membahas disiplin gereja formal, melainkan menyoroti tanggung-jawab pribadi setiap anak Tuhan terhadap sesama. Meskipun demikian, bentuk jamak “kalian” dan rujukan eksplisit tentang otoritas gereja di ayat 18-20 memberikan dasar untuk memahami unsur disiplin gereja. Hal ini mengajak kita mengeksplorasi prinsip-prinsip disiplin gereja yang dapat diambil dari teks ini.

Sebelum Proses: Kasih yang Mendasar

Ketika kita mendengar istilah "disiplin gereja," sering kali terbayang hukuman dan ketegasan. Namun, disiplin gereja sejatinya lebih terkait dengan kasih daripada hukuman. Hukuman dan ketegasan hanyalah manifestasi dari kasih yang mendalam. Matius 18:15-20 menekankan panggilan terhadap orang yang berdosa sebagai "saudara," mengingatkan kita bahwa semua orang percaya adalah saudara di dalam Kristus, tanpa memandang usia atau etnis.

Proses Disiplin: Langkah-langkah yang Bijak

1. Penentuan Jenis Dosa yang Layak untuk Didisiplin

Dalam Matius 18:15, tidak ada keterangan eksplisit tentang jenis dosa yang layak didisiplin. Penambahan "terhadap/melawan engkau" dalam beberapa versi Inggris dapat menyesatkan. Namun, konteks menyiratkan bahwa dosa yang memerlukan disiplin adalah yang berpotensi merusak keselamatan seseorang. Ini bukan hanya perselisihan pribadi, melainkan dosa yang membuat seseorang "terhilang" seperti domba yang tersesat.

2. Pemberian Nasihat Secara Pribadi

Langkah berikutnya adalah memberikan nasihat secara pribadi, sesuai dengan instruksi Matius 18:15. Tindakan ini memerlukan inisiatif aktif untuk memberikan teguran kepada saudara seiman yang melakukan dosa. Teguran harus dilakukan dengan hikmat, pengajaran, dan kesabaran, bukan pelampiasan kemarahan. Paulus menekankan bahwa teguran harus sesuai dengan tingkat kesalahan, kadang-kadang dengan penuh kewibawaan.

3. Pelibatan Saksi-saksi

Melibatkan dua atau tiga saksi merupakan prinsip Perjanjian Lama yang terus diadopsi dalam konteks gereja. Keterlibatan saksi bertujuan untuk konfirmasi dan peneguhan. Penting untuk dipahami bahwa saksi harus jujur dan mematuhi standar moral, sesuai dengan larangan TUHAN terhadap kesaksian dusta.

4. Pemberitahuan kepada Seluruh Jemaat

Langkah ini mencakup pemberitahuan kepada seluruh jemaat dalam konteks ibadah bersama. Tujuannya bukan untuk mempermalukan, melainkan untuk memperkuat persuasi pastoral. Efek yang diharapkan adalah jera dan pembelajaran bagi jemaat. Semua tindakan dilakukan secara terbuka dan bersama-sama, tanpa menggunakan gosip sebagai media penyebaran informasi.

5. Pemberian Disiplin Terakhir

Jika semua langkah pastoral tidak berhasil, langkah terakhir adalah memberikan disiplin. Gereja perlu menetapkan batasan pergaulan dan persekutuan dengan orang yang dikenai disiplin. Penting untuk meneguhkan sikap tegas gereja terhadap dosa sambil tetap penuh kasih terhadap orang yang berdosa.

Kesimpulan: Disiplin Gereja sebagai Ekspresi Kasih

Dalam konteks tradisi Reformed, disiplin gereja bukanlah instrumen kejam, melainkan wujud kasih yang mendalam. Tujuannya bukanlah mengusir troublemaker, melainkan membebaskan mereka dari permasalahan. Prosesnya melibatkan langkah-langkah bijak, dimulai dari penentuan jenis dosa, pemberian nasihat pribadi, pelibatan saksi-saksi, pemberitahuan kepada seluruh jemaat, hingga pemberian disiplin terakhir.

Baca Juga: Matius 18:15-20 (4 Langkah Proses Disiplin Gereja)

Jadi, disiplin gereja adalah bagian integral dari kasih dan keselamatan. Dalam menghadapi permasalahan, gereja tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi juga memberikan jalan bagi pemulihan dan pertobatan. Dengan begitu, disiplin gereja tetap relevan dalam memandu jemaat menuju kebenaran firman Tuhan, menghadirkan keselamatan, bukan pelampiasan amarah.
Next Post Previous Post