Lukas 18:9-14: Kerendahan Hati dan Pembenaran oleh Iman

Lukas 18:9-14: Kerendahan Hati dan Pembenaran oleh Iman

Pendahuluan

Lukas 18:9-14 adalah salah satu perumpamaan Yesus yang mengajarkan tentang kerendahan hati dan bagaimana seseorang dibenarkan di hadapan Allah. Ayat ini berbunyi:

Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan ketidakmampuan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri, pentingnya kerendahan hati di hadapan Allah, dan pembenaran yang hanya terjadi melalui iman. Artikel ini akan membahas makna Lukas 18:9-14 dalam konteksnya, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen berdasarkan pandangan para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya.

1. Eksposisi Lukas 18:9-14 dalam Konteks Injil Lukas

Injil Lukas menekankan kasih karunia Allah bagi orang-orang yang dianggap hina oleh masyarakat, termasuk pengumpul pajak dan orang berdosa. Dalam perumpamaan ini, Yesus membandingkan dua jenis sikap dalam beribadah kepada Allah:

  1. Orang Farisi – yang penuh kebanggaan atas perbuatannya sendiri.
  2. Pengumpul Pajak – yang menyadari dosanya dan merendahkan diri di hadapan Allah.

A. "Yesus juga menyampaikan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap diri mereka benar" (Lukas 18:9)

1. Bahaya Kebenaran Diri Sendiri

Yesus berbicara kepada orang-orang yang menganggap diri mereka benar berdasarkan perbuatan mereka sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa kebenaran sejati hanya berasal dari anugerah Allah, bukan dari usaha manusia.

Roma 3:10 berkata:

"Tidak ada seorang pun yang benar, tidak ada seorang pun yang mencari Allah."

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:

"Kebenaran manusia tidak ada nilainya di hadapan Allah. Hanya oleh iman kepada Kristus seseorang dapat dibenarkan."

B. "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa" (Lukas 18:10)

1. Kontras Antara Kesombongan dan Kerendahan Hati

Yesus membandingkan dua orang yang datang ke tempat yang sama untuk berdoa tetapi dengan sikap hati yang sangat berbeda.

Mazmur 51:17 berkata:

"Korban kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang hancur dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan bahwa Allah tidak melihat penampilan luar seseorang, tetapi melihat hati mereka.

C. "Orang Farisi itu berdiri dan mengucapkan doa tentang dirinya" (Lukas 18:11-12)

1. Doa yang Penuh Kebanggaan

Orang Farisi ini tidak benar-benar berdoa kepada Allah, tetapi memuji dirinya sendiri. Ia membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa lebih baik karena melakukan ritual agama secara ketat.

Yesaya 64:6 berkata:

"Segala kebenaran kami seperti kain kotor."

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa kesombongan rohani adalah salah satu bentuk dosa yang paling berbahaya, karena membuat seseorang merasa tidak membutuhkan kasih karunia Allah.

2. Mengandalkan Perbuatan Sendiri untuk Pembenaran

Orang Farisi ini membanggakan puasanya dan persepuluhannya, tetapi ia gagal memahami bahwa keselamatan tidak bergantung pada perbuatan manusia.

Efesus 2:8-9 berkata:

"Sebab, karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri."

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa keselamatan adalah murni anugerah, bukan sesuatu yang bisa kita peroleh dengan usaha sendiri.

D. "Si pengumpul pajak berdiri agak jauh, bahkan tidak memandang ke langit" (Lukas 18:13)

1. Kerendahan Hati dan Kesadaran Akan Dosa

Pengumpul pajak ini tidak berani mengangkat wajahnya ke surga karena ia sadar akan keberdosaannya.

Mazmur 34:18 berkata:

"TUHAN dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."

John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa mereka yang benar-benar menyadari dosa mereka akan berseru kepada Tuhan dengan hati yang hancur.

2. Permohonan Akan Kasih Karunia Allah

Si pengumpul pajak hanya berdoa:

"Ya, Allah. Berbelas kasihanlah kepadaku, si pendosa ini."

Doa ini menunjukkan pengakuan dosa yang tulus dan ketergantungan penuh pada anugerah Allah.

1 Yohanes 1:9 berkata:

"Jika kita mengakui dosa kita, Ia setia dan adil sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

E. "Pengumpul pajak ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang lebih dibenarkan daripada orang Farisi itu" (Lukas 18:14)

1. Pembenaran oleh Iman, Bukan oleh Perbuatan

Yesus menyatakan bahwa pengumpul pajak yang rendah hati dan bertobat justru dibenarkan, sedangkan orang Farisi yang merasa benar tidak diterima oleh Allah.

Roma 5:1 berkata:

"Sebab itu, karena kita telah dibenarkan oleh iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus."

John Calvin dalam Commentary on the Gospels menegaskan bahwa iman yang sejati selalu disertai dengan kesadaran akan kebutuhan kita akan anugerah Tuhan.

2. Lukas 18:9-14 dan Doktrin Teologi Reformed

A. Total Depravity: Semua Manusia Berdosa

Roma 3:23 berkata:

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah."

Herman Bavinck menegaskan bahwa tidak ada satu pun perbuatan manusia yang dapat menyelamatkannya tanpa anugerah Allah.

B. Sola Gratia: Keselamatan Hanya oleh Anugerah

Titus 3:5 berkata:

"Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena belas kasihan-Nya."

R.C. Sproul dalam Grace Unknown menjelaskan bahwa anugerah adalah satu-satunya dasar keselamatan kita.

Kesimpulan

Lukas 18:9-14 mengajarkan bahwa:

  1. Keselamatan tidak diperoleh melalui usaha manusia, tetapi melalui iman kepada Tuhan.
  2. Kesombongan rohani membawa kebinasaan, sedangkan kerendahan hati membawa pembenaran.
  3. Allah menolak mereka yang meninggikan diri, tetapi mengangkat mereka yang merendahkan diri.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati, menyadari dosa kita, dan bersandar sepenuhnya pada kasih karunia Allah.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post