Mazmur 90:12: Menghitung Hari-Hari Kita dengan Bijak

Mazmur 90:12: Menghitung Hari-Hari Kita dengan Bijak

Pengantar:

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."

Mazmur 90:12 adalah doa permohonan kepada Allah, meminta hikmat untuk memahami keterbatasan waktu manusia dan hidup dengan bijaksana. Ayat ini ditulis dalam konteks doa Musa, orang Allah, yang merupakan pengakuan akan kefanaan manusia di hadapan kekekalan Allah. Dalam teologi Reformed, ayat ini memiliki tempat yang sangat penting karena menegaskan ketergantungan manusia pada anugerah Allah untuk menjalani kehidupan yang penuh makna. Artikel ini akan mengeksplorasi ayat ini secara mendalam berdasarkan pandangan para teolog Reformed.

1. Makna “Menghitung Hari-Hari Kami”

Mazmur 90:12 menggunakan frasa “menghitung hari-hari kami” sebagai permohonan untuk menyadari keterbatasan waktu hidup di bumi. Dalam teologi Reformed, ini memiliki beberapa implikasi penting.

a. Kesadaran Akan Kefanaan

John Calvin, dalam komentarnya tentang Mazmur, menekankan bahwa manusia harus menyadari kefanaannya untuk belajar rendah hati di hadapan Allah. Calvin menulis bahwa hidup manusia sangat singkat dibandingkan dengan kekekalan Allah, dan kesadaran ini harus mendorong manusia untuk hidup dalam ketergantungan pada-Nya. Menurut Calvin, “menghitung hari” berarti merenungkan bahwa hidup ini sementara dan setiap momen adalah anugerah.

b. Hikmat yang Datang dari Allah

Hikmat yang diminta dalam ayat ini tidak dapat dicapai melalui akal budi manusia semata. Herman Bavinck, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa hikmat sejati berasal dari Allah, bukan dari dunia. Menghitung hari-hari kita dengan bijak berarti hidup dalam terang kehendak Allah, mengutamakan nilai-nilai kekal daripada kesenangan sementara.

c. Pertobatan dan Pemurnian Hati

Charles Spurgeon, dalam penafsirannya, menyoroti bahwa menghitung hari-hari adalah pengingat akan kebutuhan untuk bertobat dan hidup kudus. Hidup dengan bijaksana melibatkan pemurnian hati melalui firman Allah dan kerja Roh Kudus. Bagi Spurgeon, ayat ini adalah panggilan untuk mengevaluasi bagaimana kita menggunakan waktu yang telah diberikan Allah.

2. Perspektif Teologi Reformed Tentang Waktu dan Kekekalan

Dalam teologi Reformed, waktu adalah pemberian Allah yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab. Mazmur 90:12 mendorong orang percaya untuk hidup dengan perspektif kekekalan, mengarahkan hati kepada hal-hal yang memiliki nilai abadi.

a. Waktu Sebagai Amanat dari Allah

Jonathan Edwards, seorang teolog Puritan, terkenal dengan pandangannya tentang waktu sebagai sumber daya yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam khotbahnya “The Preciousness of Time,” Edwards menekankan bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk memuliakan Allah. Menghitung hari-hari kita berarti menggunakan waktu dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk melayani Allah dan sesama.

b. Kekekalan Sebagai Landasan

Mazmur 90:2 menyebutkan bahwa Allah adalah kekal, sebelum gunung-gunung dilahirkan. Dalam pandangan Reformed, ini berarti bahwa manusia harus hidup dengan kesadaran bahwa hidup di dunia ini adalah persiapan untuk kekekalan. Hidup dengan bijaksana melibatkan memprioritaskan hubungan dengan Allah, yang kekal adanya.

c. Penebusan Waktu

Dalam Efesus 5:16, Paulus memerintahkan untuk “mempergunakan waktu yang ada.” Para teolog Reformed menghubungkan ini dengan Mazmur 90:12, menekankan pentingnya menebus waktu dengan menjalani hidup yang berfokus pada kerajaan Allah. Menurut Sinclair Ferguson, waktu yang dihabiskan untuk mengenal Allah dan melayani-Nya adalah waktu yang paling bermakna.

3. Implikasi Praktis untuk Kehidupan Orang Percaya

Mazmur 90:12 bukan hanya sekadar doa, tetapi juga panggilan untuk hidup dengan cara tertentu. Dalam teologi Reformed, ayat ini memiliki beberapa implikasi praktis yang relevan untuk kehidupan orang percaya.

a. Hidup dalam Ketergantungan pada Allah

Menghitung hari-hari kita berarti menyadari bahwa kita sepenuhnya bergantung pada Allah untuk hikmat, kekuatan, dan tujuan hidup. Ini mencerminkan doktrin soli Deo gloria (kemuliaan hanya bagi Allah), di mana seluruh hidup diarahkan untuk memuliakan-Nya.

b. Memprioritaskan Hal yang Kekal

Para teolog Reformed seperti Abraham Kuyper menekankan pentingnya memprioritaskan hal-hal yang memiliki nilai kekal, seperti penyembahan, pelayanan, dan penginjilan. Hidup yang bijaksana berarti menginvestasikan waktu, tenaga, dan sumber daya kita dalam hal-hal yang berdampak bagi kekekalan.

c. Evaluasi Diri

Mazmur 90:12 mengundang orang percaya untuk secara rutin mengevaluasi bagaimana mereka menghabiskan waktu. Dalam pengertian ini, menghitung hari-hari adalah tindakan introspeksi, bertanya apakah hidup kita mencerminkan nilai-nilai kerajaan Allah.

4. Tantangan dalam Hidup di Dunia Modern

Dalam dunia modern yang serba sibuk, menghitung hari-hari kita dengan bijak menjadi semakin sulit. Banyak orang terjebak dalam aktivitas yang tidak membawa nilai kekal. Para teolog Reformed memberikan panduan untuk mengatasi tantangan ini.

a. Melawan Gangguan Duniawi

Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, menekankan pentingnya memusatkan hidup pada Allah di tengah godaan duniawi. Dalam konteks Mazmur 90:12, ini berarti mengarahkan hati kita kepada Allah dan menjauh dari kesenangan yang fana.

b. Hidup dengan Disiplin Rohani

Disiplin rohani seperti doa, membaca Alkitab, dan merenungkan firman Allah membantu orang percaya untuk menghitung hari-hari mereka dengan bijak. Menurut Richard Baxter, disiplin rohani adalah cara untuk menjaga fokus pada tujuan hidup yang sejati.

c. Mengintegrasikan Iman dan Kehidupan

Abraham Kuyper terkenal dengan pandangannya bahwa tidak ada aspek kehidupan yang berada di luar kedaulatan Kristus. Menghitung hari-hari dengan bijak berarti mengintegrasikan iman ke dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, keluarga, dan pelayanan.

5. Harapan dalam Kasih Setia Allah

Mazmur 90:12 tidak hanya berbicara tentang keterbatasan manusia, tetapi juga memberikan pengharapan dalam kasih setia Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya, Musa meminta agar Allah memuaskan umat-Nya dengan kasih setia-Nya (Mazmur 90:14).

a. Kasih Setia Sebagai Dasar Hikmat

Dalam teologi Reformed, kasih setia Allah adalah dasar dari segala hikmat. Hidup yang bijaksana dimulai dengan pengenalan akan Allah yang penuh kasih. John Owen menulis bahwa kasih setia Allah adalah sumber penghiburan terbesar bagi umat-Nya di tengah kefanaan hidup.

b. Sukacita di Tengah Keterbatasan

Mazmur 90:12 mengundang orang percaya untuk menemukan sukacita dalam Allah, meskipun hidup ini singkat dan penuh tantangan. Para teolog Reformed seperti J.I. Packer menekankan bahwa sukacita sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan dengan Allah yang kekal.

Kesimpulan: Hidup yang Bermakna dalam Terang Kekekalan

Mazmur 90:12 adalah seruan untuk hidup dengan kesadaran akan kefanaan manusia dan kekekalan Allah. Para teolog Reformed menafsirkan ayat ini sebagai panggilan untuk hidup dengan bijaksana, memprioritaskan hal-hal yang memiliki nilai kekal, dan bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah. Dalam dunia yang sering kali melupakan Allah, ayat ini mengingatkan kita untuk mengarahkan hati kepada-Nya, menghitung setiap hari sebagai anugerah, dan hidup untuk kemuliaan-Nya.

Next Post Previous Post