Mengapa Penderitaan Termasuk dalam Ketetapan Allah?

Mengapa Penderitaan Termasuk dalam Ketetapan Allah?

Pendahuluan:

Penderitaan adalah bagian tak terelakkan dari pengalaman manusia. Alkitab tidak menghindari kenyataan ini, tetapi sering kali mengajarkan bahwa penderitaan memiliki tujuan dalam rencana Allah. Dalam teologi Reformed, pertanyaan apakah penderitaan termasuk dalam ketetapan Allah dijawab dengan tegas: ya, penderitaan berada dalam kendali dan rencana Allah yang berdaulat.

Namun, doktrin ini tidak berarti bahwa Allah adalah penyebab langsung dari penderitaan atau bahwa Dia menikmatinya. Sebaliknya, penderitaan digunakan oleh Allah untuk tujuan yang baik, termasuk menguduskan umat-Nya dan memuliakan nama-Nya. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana penderitaan dipahami dalam ketetapan Allah berdasarkan Alkitab, pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul, serta relevansinya bagi kehidupan Kristen.

1. Ketetapan Allah: Dasar Teologi Reformed

a. Definisi Ketetapan Allah

Ketetapan Allah adalah rencana kekal dan berdaulat-Nya atas segala sesuatu yang terjadi. Dalam Efesus 1:11, Paulus menulis:"Di dalam Dia kami juga telah menerima bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya."

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar rencana Allah, termasuk penderitaan. Namun, Allah tetap kudus dan tidak bertanggung jawab atas dosa atau kejahatan manusia, meskipun Dia menggunakan penderitaan itu untuk tujuan-Nya.

b. Penderitaan dalam Kedaulatan Allah

Mazmur 115:3 menyatakan:"Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya."
Ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki kendali penuh atas segala hal, termasuk penderitaan. Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyebut bahwa penderitaan manusia tidak pernah terjadi secara kebetulan, tetapi selalu berada dalam kendali Allah.

2. Dasar Alkitabiah Penderitaan dalam Ketetapan Allah

a. Contoh dari Perjanjian Lama

  1. Kisah Yusuf (Kejadian 50:20):Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.”

Kejadian ini menunjukkan bahwa Allah menggunakan penderitaan Yusuf—pengkhianatan, perbudakan, dan pemenjaraannya—untuk menyelamatkan banyak orang. John Calvin menyatakan bahwa kisah ini adalah contoh bagaimana Allah menggunakan kejahatan manusia untuk mencapai tujuan-Nya yang baik.

  1. Ayub:Penderitaan Ayub terjadi dengan izin Allah, sebagaimana dicatat dalam Ayub 1:12. Meskipun Setan adalah pelaku langsung dari penderitaan Ayub, Allah tetap memegang kendali penuh. Ayub sendiri mengakui kedaulatan Allah atas penderitaannya ketika berkata: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21).

b. Contoh dari Perjanjian Baru

  1. Penyaliban Kristus (Kisah Para Rasul 2:23):Petrus berkata bahwa Yesus “diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, tetapi kamu menyalibkan dan membunuh-Nya oleh tangan orang-orang durhaka.”

Penyaliban Kristus adalah contoh paling jelas tentang bagaimana penderitaan terbesar yang pernah terjadi berada dalam ketetapan Allah untuk tujuan terbesar—penebusan dosa. R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menjelaskan bahwa melalui penderitaan Kristus, Allah menunjukkan keadilan dan kasih-Nya secara sempurna.

  1. Paulus:Dalam 2 Korintus 12:7-9, Paulus berbicara tentang "duri dalam dagingnya," yang diberikan untuk mencegah dia menjadi sombong. Allah tidak menghapuskan penderitaan itu, tetapi berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

3. Mengapa Allah Mengizinkan Penderitaan?

a. Untuk Menguji dan Menguatkan Iman

Yakobus 1:2-4 menyatakan bahwa penderitaan menghasilkan ketekunan dan mematangkan iman. Jonathan Edwards, dalam tulisannya Charity and Its Fruits, menekankan bahwa penderitaan digunakan Allah untuk memperdalam kasih dan ketergantungan umat percaya kepada-Nya.

b. Untuk Menghukum atau Mendisiplinkan

Ibrani 12:6 mengatakan:"Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Disiplin Allah bukanlah hukuman yang menghancurkan, tetapi tindakan kasih untuk memurnikan umat-Nya.

c. Untuk Memuliakan Allah

Dalam Yohanes 9:3, Yesus berkata bahwa kebutaan seorang pria bukan karena dosa, tetapi agar pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan dalam dirinya. Herman Bavinck menegaskan bahwa penderitaan sering kali merupakan sarana untuk menunjukkan kemuliaan Allah kepada dunia.

4. Implikasi Teologis Penderitaan dalam Ketetapan Allah

a. Allah Berdaulat, Manusia Bertanggung Jawab

Penderitaan sering kali merupakan hasil dari dosa manusia, tetapi Allah tetap menggunakan dosa dan penderitaan itu untuk rencana-Nya. R.C. Sproul menyatakan bahwa meskipun Allah berdaulat atas segala hal, manusia tetap bertanggung jawab atas pilihan mereka.

b. Penderitaan Menghasilkan Kemuliaan Kekal

Dalam Roma 8:18, Paulus menulis:"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."

Penderitaan duniawi dipandang dalam terang kekekalan, di mana umat percaya akan menerima penghiburan dan kemuliaan bersama Kristus.

5. Relevansi Doktrin Ini bagi Kehidupan Kristen

a. Penghiburan dalam Penderitaan

Kesadaran bahwa penderitaan termasuk dalam ketetapan Allah memberikan penghiburan bahwa tidak ada penderitaan yang sia-sia. Allah memiliki tujuan yang baik bahkan dalam situasi yang paling sulit.

b. Kehidupan dalam Ketergantungan pada Allah

Penderitaan mengajarkan umat percaya untuk bergantung pada Allah, bukan pada kekuatan mereka sendiri. Filipi 4:13 menyatakan: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

c. Kesaksian kepada Dunia

Ketika umat percaya menghadapi penderitaan dengan iman, mereka memberikan kesaksian tentang kekuatan dan kasih Allah kepada dunia yang menyaksikan mereka.

6. Tantangan terhadap Doktrin Ini

a. Penolakan atas Kedaulatan Allah

Beberapa orang sulit menerima bahwa Allah yang penuh kasih dapat mengizinkan penderitaan. Namun, teologi Reformed menegaskan bahwa kasih Allah tidak bertentangan dengan kedaulatan-Nya atas penderitaan, melainkan melaluinya Allah bekerja untuk kebaikan umat-Nya (Roma 8:28).

b. Kesalahpahaman tentang Penderitaan

Ada pandangan yang salah bahwa penderitaan selalu merupakan tanda hukuman Allah. Teologi Reformed menunjukkan bahwa penderitaan dapat menjadi sarana pengudusan, bukan hanya hukuman.

Kesimpulan

Penderitaan termasuk dalam ketetapan Allah yang berdaulat. Dalam teologi Reformed, penderitaan dipahami sebagai bagian dari rencana Allah untuk mendidik, menguatkan, dan memuliakan umat-Nya. Allah tidak hanya mengizinkan penderitaan tetapi juga menggunakannya untuk mencapai tujuan-tujuan-Nya yang baik.

Sebagaimana Paulus menulis dalam 2 Korintus 4:17:"Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami."

Umat percaya dipanggil untuk mempercayai hikmat dan kasih Allah di tengah penderitaan, mengetahui bahwa semuanya bekerja untuk kebaikan mereka dan kemuliaan Allah.

Catatan Akhir:
Berdoalah memohon hikmat dari Roh Kudus untuk memahami penderitaan dalam terang ketetapan Allah. Artikel ini ditulis untuk menguatkan iman dan memberi penghiburan kepada mereka yang menghadapi pencobaan.

Next Post Previous Post