Penyaliban dan Kematian Yesus Kristus
Pengantar:
Penyaliban dan kematian Yesus adalah peristiwa sentral dalam iman Kristen. Dalam tradisi Reformed, peristiwa ini dilihat sebagai penggenapan dari rencana kekal Allah untuk menyelamatkan umat-Nya melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Kematian Yesus bukan hanya sebuah tragedi sejarah, tetapi juga kemenangan ilahi yang mendamaikan manusia dengan Allah. Berikut adalah pandangan dari beberapa pakar teologi Reformed tentang makna teologis penyaliban dan kematian Yesus, serta implikasinya bagi umat percaya.
1. John Calvin: Kematian Kristus sebagai Penebusan yang Sempurna
John Calvin menempatkan salib Kristus sebagai pusat dari teologi dan pengajaran Kristen. Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menekankan bahwa kematian Yesus adalah tindakan penebusan yang sempurna, di mana dosa manusia dihapuskan melalui pengorbanan yang dilakukan oleh Anak Allah. Menurut Calvin, salib adalah tempat di mana keadilan Allah dipuaskan, dan kasih Allah dinyatakan secara penuh.
Calvin juga menjelaskan doktrin substitusi penal, yaitu bahwa Yesus mati sebagai pengganti umat manusia, menanggung hukuman dosa yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Dengan demikian, melalui salib, orang percaya dibebaskan dari murka Allah yang adil. Calvin menegaskan bahwa tidak ada jalan lain untuk mendamaikan manusia dengan Allah kecuali melalui darah Kristus.
Calvin juga melihat kematian Kristus sebagai puncak ketaatan-Nya kepada Allah. Di kayu salib, Kristus menunjukkan kepatuhan yang sempurna kepada kehendak Bapa, meskipun itu berarti menanggung penderitaan yang sangat besar. Ini adalah teladan bagi umat percaya untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah, bahkan di tengah penderitaan.
2. Herman Bavinck: Salib sebagai Penggenapan Rencana Kekal Allah
Herman Bavinck melihat penyaliban Yesus sebagai penggenapan dari rencana kekal Allah yang telah dirancang sebelum dunia dijadikan. Dalam pandangan Bavinck, salib Kristus bukanlah reaksi Allah terhadap dosa manusia, tetapi bagian dari rencana ilahi untuk menyatakan kasih dan keadilan-Nya.
Bavinck menyoroti bagaimana salib Kristus menggabungkan dua aspek utama dari sifat Allah: kasih dan keadilan. Di kayu salib, kasih Allah dinyatakan melalui pengorbanan Anak-Nya, sementara keadilan-Nya dipenuhi melalui penghukuman atas dosa. Dengan cara ini, salib menjadi tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu dalam harmoni yang sempurna.
Selain itu, Bavinck menekankan bahwa kematian Kristus adalah kemenangan atas kuasa dosa, maut, dan Iblis. Salib bukan hanya tindakan penebusan individual tetapi juga deklarasi kemenangan Kristus atas segala kuasa jahat yang berusaha menghancurkan karya Allah.
3. R.C. Sproul: Kematian Kristus dan Kekudusan Allah
R.C. Sproul menyoroti bahwa kematian Yesus di kayu salib terutama menunjukkan kekudusan Allah. Dalam pandangannya, dosa manusia adalah pelanggaran serius terhadap kekudusan Allah, dan tidak ada jalan lain untuk mendamaikan dosa tersebut kecuali melalui pengorbanan yang sempurna.
Sproul menjelaskan bahwa kematian Yesus adalah kebutuhan mutlak karena Allah adalah kudus dan adil. Allah tidak bisa begitu saja mengabaikan dosa tanpa melanggar sifat-Nya sendiri. Oleh karena itu, Yesus mati untuk memuaskan keadilan Allah, menanggung hukuman yang seharusnya diterima oleh manusia.
Sproul juga menekankan makna teologis dari seruan Yesus di kayu salib, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” (Markus 15:34). Dalam momen ini, Kristus menanggung keterpisahan dari Bapa, suatu pengalaman yang tak terbayangkan sebagai akibat dari dosa umat manusia yang ditanggung-Nya. Bagi Sproul, momen ini menunjukkan kedalaman penderitaan Kristus dan harga yang harus dibayar untuk menebus manusia.
4. Charles Hodge: Salib sebagai Dasar Pendamaian
Charles Hodge dalam sistematika teologinya menekankan salib sebagai dasar pendamaian antara Allah dan manusia. Ia menggarisbawahi bahwa melalui salib, Yesus Kristus membawa manusia yang berdosa kembali kepada Allah yang kudus. Pendamaian ini hanya mungkin melalui darah Kristus, yang memberikan pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Allah.
Hodge juga menekankan bahwa kematian Yesus adalah penggenapan dari seluruh sistem pengorbanan dalam Perjanjian Lama. Darah yang dicurahkan di kayu salib adalah pengorbanan yang sempurna dan final, menggantikan semua pengorbanan yang sebelumnya dilakukan di bawah hukum Taurat. Dalam pandangan Hodge, salib adalah pusat dari sejarah penebusan dan dasar dari pengharapan umat percaya.
5. Michael Horton: Salib dalam Narasi Penebusan
Michael Horton memandang salib Kristus sebagai bagian dari narasi besar penebusan Allah. Dalam pandangannya, salib adalah titik balik dalam rencana Allah untuk memulihkan ciptaan-Nya yang telah jatuh dalam dosa. Horton menekankan bahwa penyaliban Yesus adalah puncak dari karya penebusan Allah yang telah dimulai sejak Kejadian 3:15, ketika Allah pertama kali menjanjikan seorang Penebus.
Horton juga mencatat bahwa salib Kristus adalah deklarasi kekalahan kuasa dosa dan maut. Dalam kematian-Nya, Yesus tidak hanya menanggung hukuman dosa, tetapi juga mengalahkan kuasa Iblis yang selama ini memperbudak umat manusia. Salib, menurut Horton, adalah tempat di mana kemenangan Allah dinyatakan secara paling jelas, meskipun bagi dunia tampak sebagai kekalahan.
6. Sinclair Ferguson: Salib sebagai Karya Penebusan yang Sempurna
Sinclair Ferguson menyoroti salib Kristus sebagai karya penebusan yang sempurna dan final. Ia menjelaskan bahwa dalam penyaliban-Nya, Yesus menggenapi seluruh hukum Allah, baik dalam ketaatan-Nya yang sempurna maupun dalam kematian-Nya yang menggantikan manusia berdosa.
Ferguson juga menekankan pentingnya pernyataan Yesus, “Sudah selesai” (Yohanes 19:30). Kata-kata ini menunjukkan bahwa karya penebusan yang dilakukan oleh Yesus telah selesai sepenuhnya dan tidak membutuhkan tambahan apa pun dari manusia. Dalam pandangannya, salib Kristus adalah dasar dari keselamatan yang diberikan Allah sebagai anugerah kepada umat manusia.
Ferguson juga menyoroti pentingnya memahami penderitaan Kristus bukan hanya secara fisik tetapi juga secara rohani. Di kayu salib, Kristus menanggung murka Allah atas dosa, suatu pengalaman yang melampaui penderitaan fisik dan menunjukkan betapa besar harga yang dibayar untuk menebus manusia.
7. Tim Keller: Salib dan Kasih Allah yang Tak Terbatas
Tim Keller menekankan bahwa salib adalah bukti terbesar dari kasih Allah yang tak terbatas. Dalam pandangan Keller, salib menunjukkan bahwa Allah begitu mengasihi dunia sehingga Ia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Keller juga mencatat bahwa salib menunjukkan solidaritas Allah dengan penderitaan manusia. Yesus, sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, masuk ke dalam penderitaan dunia ini dan menanggung hukuman yang seharusnya menjadi milik manusia. Dalam salib, kita melihat Allah yang tidak hanya memerintah dari surga, tetapi juga Allah yang hadir di tengah penderitaan ciptaan-Nya.
Bagi Keller, salib adalah tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu. Di satu sisi, salib menunjukkan keadilan Allah yang tidak bisa mengabaikan dosa, tetapi di sisi lain, salib juga menunjukkan kasih-Nya yang rela menanggung dosa itu demi menyelamatkan manusia.
Kesimpulan
Penyaliban dan kematian Yesus Kristus adalah inti dari iman Kristen dan pusat dari teologi Reformed. Melalui salib, Allah menyatakan kasih, keadilan, dan kedaulatan-Nya dalam menyelamatkan umat-Nya. Para teolog Reformed menyoroti berbagai aspek dari peristiwa ini, mulai dari substitusi penal hingga kemenangan atas kuasa dosa dan maut.
John Calvin menekankan bahwa salib adalah penggenapan dari rencana kekal Allah untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Herman Bavinck melihat salib sebagai pertemuan kasih dan keadilan Allah. R.C. Sproul menunjukkan bahwa salib adalah cerminan kekudusan Allah yang tidak dapat mengabaikan dosa. Charles Hodge menyoroti bahwa salib adalah dasar dari pendamaian, sementara Michael Horton memandangnya sebagai titik balik dalam narasi besar penebusan. Sinclair Ferguson menegaskan bahwa salib adalah karya penebusan yang sempurna, dan Tim Keller menyoroti kasih Allah yang tak terbatas yang dinyatakan di salib.
Sebagai umat percaya, salib mengingatkan kita akan besarnya pengorbanan Kristus dan kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Kita dipanggil untuk hidup dalam syukur, ketaatan, dan iman kepada Allah yang telah menebus kita melalui kematian Anak-Nya. Berdoalah agar Roh Kudus terus menanamkan kebenaran ini di dalam hati kita, sehingga kita dapat hidup memuliakan Allah dalam segala hal.