Kuasa Iman yang Kecil: Matius 17:20
Pendahuluan:
Matius 17:20 adalah salah satu ayat yang menginspirasi banyak umat Kristen untuk memahami bagaimana iman, meskipun kecil, memiliki kuasa besar dalam kehidupan. Ayat ini muncul dalam konteks murid-murid Yesus yang gagal mengusir roh jahat dari seorang anak. Ketika mereka bertanya mengapa mereka gagal, Yesus menunjukkan bahwa akar masalahnya adalah iman mereka yang kecil. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini, pendapat para pakar teologi Reformed, dan bagaimana iman kecil dapat membawa dampak besar dalam kehidupan rohani kita.
Konteks Historis dan Narasi Matius 17:20
Latar Belakang
Konteks ayat ini adalah peristiwa setelah Yesus dan tiga murid-Nya (Petrus, Yakobus, dan Yohanes) turun dari Gunung Transfigurasi. Mereka bertemu dengan sekelompok orang, termasuk seorang ayah yang putus asa karena anaknya dirasuki roh jahat yang menyebabkan penderitaan fisik. Murid-murid Yesus telah mencoba mengusir roh tersebut, tetapi gagal. Dalam tanggapan-Nya, Yesus menyebut generasi itu sebagai "generasi yang tidak percaya dan sesat" (Matius 17:17).
Tanggapan Yesus
Yesus menegur murid-murid-Nya karena kurangnya iman. Penegasan tentang kuasa iman dalam ayat ini mengajarkan bahwa iman yang sejati, bahkan yang kecil seperti biji sesawi, dapat mengatasi hambatan yang tampaknya mustahil. Yesus tidak hanya menunjukkan pentingnya iman, tetapi juga hubungan iman dengan kuasa Allah.
Tafsiran Ayat Matius 17:20
1. "Iman sebesar biji sesawi"
Dalam pengajaran-Nya, Yesus sering menggunakan biji sesawi sebagai simbol. Biji sesawi adalah salah satu biji terkecil di dunia, tetapi ketika tumbuh, ia menjadi pohon besar (Matius 13:31-32). Di sini, Yesus tidak berbicara tentang ukuran literal iman, tetapi tentang kualitas iman. Iman yang kecil namun sejati memiliki kuasa besar karena bersandar pada Allah yang mahakuasa.
Menurut John Calvin, reformator besar, iman bukanlah sesuatu yang harus diukur dari segi kuantitas, tetapi dari fokusnya. Calvin menulis dalam Institutes of the Christian Religion, "Iman bukanlah tentang seberapa besar kita percaya, tetapi kepada siapa kita percaya." Artinya, iman sebesar biji sesawi cukup karena itu bersandar kepada Allah yang tak terbatas.
2. "Gunung akan pindah"
Frasa ini adalah hiperbolis, yang merupakan gaya bahasa untuk menunjukkan hal yang sangat sulit atau mustahil. Dalam tradisi Yahudi, "memindahkan gunung" sering digunakan sebagai metafora untuk menghadapi tantangan besar. Yesus menggunakan metafora ini untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil jika iman kita terfokus pada Allah.
Martin Luther, tokoh Reformasi lainnya, menekankan bahwa iman yang sejati melibatkan kepercayaan penuh kepada janji-janji Allah. Luther berkata, "Iman adalah tangan kosong yang menerima anugerah Allah." Dalam pengertian ini, iman adalah alat untuk menerima kuasa Allah yang mampu mengatasi segala hambatan.
3. "Tidak ada yang mustahil bagimu"
Pernyataan ini tidak berarti bahwa manusia memiliki kuasa ilahi, tetapi bahwa Allah bekerja melalui orang-orang yang memiliki iman. Dalam teologi Reformed, hal ini berkaitan dengan doktrin providensia Allah. Allah memegang kendali atas segala sesuatu, dan iman sejati adalah alat yang memungkinkan kita berpartisipasi dalam rencana-Nya.
Perspektif Teologi Reformed
Iman sebagai Pemberian Allah
Para teolog Reformed, seperti R.C. Sproul, menekankan bahwa iman adalah karunia Allah. Efesus 2:8-9 mengatakan bahwa iman adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia. Dalam konteks Matius 17:20, iman sebesar biji sesawi menunjukkan bahwa bahkan iman kecil yang dianugerahkan oleh Allah dapat menghasilkan perubahan besar karena kuasa itu berasal dari-Nya.
Doktrin Kedaulatan Allah
Iman tidak bekerja secara independen dari Allah. Dalam teologi Reformed, Allah adalah sumber kuasa dan otoritas di balik iman. Ketika Yesus mengatakan "tidak ada yang mustahil," ini berarti bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, bukan manusia. Implikasi teologis ini menunjukkan bahwa iman adalah sarana untuk mengandalkan Allah yang berdaulat.
Hubungan dengan Sanctification
Iman sebesar biji sesawi bukan hanya tentang tindakan sesaat, tetapi juga perjalanan panjang dalam pengudusan (sanctification). Dalam tulisan-tulisan Jonathan Edwards, pertumbuhan iman adalah bagian dari proses pengudusan. Iman yang kecil akan tumbuh seiring kita belajar mempercayai Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Aplikasi Praktis dalam Kehidupan
1. Menghadapi Tantangan Hidup
Ketika menghadapi tantangan besar, kita sering merasa iman kita tidak cukup. Namun, Matius 17:20 mengingatkan kita bahwa yang penting bukanlah besarnya iman kita, tetapi kepada siapa kita percaya. Fokus pada kuasa dan kedaulatan Allah memberikan kita kekuatan untuk mengatasi masalah.
2. Berdoa dengan Iman
Doa adalah ekspresi iman kita kepada Allah. Yakobus 5:16 menyatakan bahwa doa orang benar besar kuasanya. Dalam doa, kita mengakui ketergantungan kita pada Allah. Dengan iman, bahkan doa kecil sekalipun dapat menghasilkan keajaiban besar.
3. Bertumbuh dalam Iman
Iman sebesar biji sesawi adalah permulaan, bukan akhir. Seperti biji yang tumbuh menjadi pohon besar, iman kita harus bertumbuh melalui pembelajaran Firman Tuhan, doa, dan pelayanan. Melalui hubungan yang semakin mendalam dengan Kristus, iman kita akan menjadi lebih kuat.
Kesimpulan
Matius 17:20 mengajarkan bahwa iman, meskipun kecil seperti biji sesawi, memiliki kuasa yang luar biasa jika berakar pada Allah yang mahakuasa. Para pakar teologi Reformed menegaskan bahwa iman adalah pemberian Allah yang bekerja sebagai alat untuk mengakses kuasa dan anugerah-Nya. Melalui iman, kita dapat menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil, karena kuasa itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita sendiri.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mempercayai Allah sepenuhnya dan bertumbuh dalam iman. Dalam kehidupan yang penuh tantangan, marilah kita mengingat bahwa bahkan iman kecil, jika ditujukan kepada Allah yang besar, dapat memindahkan gunung.