Sebuah Kajian Tentang Predestinasi

Sebuah Kajian Tentang Predestinasi

Pendahuluan:

Predestinasi, atau penetapan Allah sejak kekekalan, adalah salah satu doktrin utama dalam teologi Reformed. Doktrin ini telah menjadi topik yang mendalam dan kontroversial dalam sejarah gereja. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi doktrin predestinasi dari sudut pandang beberapa teolog Reformed terkemuka, termasuk John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul. Kami juga akan melihat implikasi praktis dari doktrin ini dalam kehidupan Kristen.

1. Definisi Predestinasi dalam Teologi Reformed

Predestinasi berasal dari kata Latin praedestinare, yang berarti “menetapkan sebelumnya.” Dalam konteks teologi Reformed, predestinasi merujuk pada rencana kekal Allah di mana Ia memilih sebagian orang untuk keselamatan (election) dan mengizinkan sebagian lainnya untuk tetap dalam dosa mereka (reprobation).

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion mendefinisikan predestinasi sebagai keputusan kekal Allah di mana Ia menetapkan nasib manusia, apakah menuju kehidupan kekal atau kematian kekal. Bagi Calvin, doktrin ini bukan sekadar spekulasi filosofis, melainkan kesaksian Alkitab yang nyata (Efesus 1:4-5, Roma 8:29-30).

Herman Bavinck menekankan bahwa predestinasi adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang menyeluruh. Bavinck melihat doktrin ini sebagai ungkapan kedaulatan Allah yang sempurna, yang tidak bergantung pada kehendak manusia tetapi semata-mata pada kasih karunia-Nya.

2. Dasar Alkitabiah Predestinasi

Teologi Reformed mendasarkan doktrin predestinasi pada pengajaran Alkitab. Beberapa ayat utama yang sering dirujuk antara lain:

  1. Efesus 1:4-5:“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”

    Ayat ini menegaskan bahwa pemilihan terjadi sebelum penciptaan, berdasarkan kasih dan kehendak Allah.

  2. Roma 8:29-30:“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya...”

    Rangkaian ini sering disebut sebagai golden chain of salvation (rantai emas keselamatan), yang menunjukkan kesinambungan rencana Allah dari pemilihan hingga pemuliaan.

  3. Yohanes 6:37:“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.”

    Ayat ini memperlihatkan bahwa keselamatan adalah hasil karya Allah yang memilih umat-Nya dan menyerahkan mereka kepada Kristus.

R.C. Sproul menekankan bahwa dasar utama doktrin predestinasi bukanlah argumen logis atau filosofis, melainkan kesaksian yang jelas dari Alkitab. Ia sering menyebut bahwa penyangkalan terhadap predestinasi sama dengan mengabaikan otoritas Kitab Suci.

3. Kedaulatan Allah dalam Predestinasi

Dalam teologi Reformed, predestinasi erat kaitannya dengan kedaulatan Allah. Allah, sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu, memiliki hak penuh untuk menentukan tujuan akhir dari ciptaan-Nya.

John Calvin menulis bahwa kehendak Allah adalah penyebab utama segala sesuatu. Ia tidak hanya mengetahui masa depan, tetapi juga menetapkan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya. Calvin dengan tegas menyatakan bahwa pemilihan Allah tidak tergantung pada apa pun di dalam diri manusia, termasuk iman atau perbuatan baik.

Herman Bavinck memperluas pemahaman ini dengan menyatakan bahwa kedaulatan Allah tidak menghapus tanggung jawab manusia. Sebaliknya, Allah bekerja melalui kehendak bebas manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Predestinasi, bagi Bavinck, adalah bukti bahwa Allah memimpin sejarah menuju pemenuhan rencana kekal-Nya.

4. Pemilihan dan Penolakan: Dua Aspek Predestinasi

Predestinasi dalam teologi Reformed memiliki dua aspek utama:

  1. Pemilihan (Election):
    Pemilihan adalah keputusan Allah untuk menyelamatkan orang-orang tertentu berdasarkan kasih karunia-Nya. Efesus 1:4-5 menekankan bahwa pemilihan ini dilakukan “di dalam Kristus,” yang berarti Kristus adalah dasar keselamatan bagi mereka yang dipilih.

    John Calvin menekankan bahwa pemilihan bersifat tanpa syarat (unconditional election), artinya tidak didasarkan pada pengetahuan Allah tentang perbuatan atau iman manusia, tetapi semata-mata pada kehendak Allah.

  2. Penolakan (Reprobation):
    Reprobasi adalah keputusan Allah untuk membiarkan sebagian orang tetap berada dalam dosa mereka dan menerima hukuman yang adil. Roma 9:22-23 menjelaskan bahwa Allah, sebagai Pencipta, memiliki hak untuk membentuk “bejana kemurkaan” dan “bejana belas kasihan.”

    R.C. Sproul mengakui bahwa reprobasi adalah doktrin yang sulit diterima banyak orang, tetapi ia menekankan bahwa ini adalah bagian dari keadilan Allah. Sproul juga menjelaskan bahwa Allah tidak memaksa manusia untuk berdosa; reprobasi adalah konsekuensi dari dosa manusia sendiri.

5. Kasih Karunia dan Tanggung Jawab Manusia

Meskipun predestinasi menekankan kedaulatan Allah, teologi Reformed tidak mengabaikan tanggung jawab manusia.

a. Kasih Karunia Allah yang Efektif
Dalam teologi Reformed, kasih karunia Allah bersifat efektif, artinya orang yang dipilih Allah pasti akan merespons panggilan Injil. Yohanes 6:37 menunjukkan bahwa mereka yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus pasti akan datang kepada-Nya.

John Owen menjelaskan bahwa kasih karunia Allah bekerja di dalam hati manusia untuk mengubah kehendak mereka. Iman adalah hasil dari karya Roh Kudus, bukan usaha manusia.

b. Tanggung Jawab untuk Menanggapi Injil
Herman Bavinck menekankan bahwa meskipun predestinasi adalah karya Allah, manusia tetap bertanggung jawab untuk menanggapi Injil. Predestinasi tidak menghilangkan kebebasan manusia, tetapi justru memampukan manusia untuk memilih Allah.

6. Keberatan terhadap Predestinasi dan Tanggapan Reformed

Doktrin predestinasi sering kali mendapat kritik, terutama karena dianggap tidak adil atau menghilangkan kehendak bebas manusia.

a. Keberatan tentang Keadilan Allah
Banyak yang bertanya, “Bagaimana Allah bisa adil jika hanya memilih sebagian untuk diselamatkan?” John Calvin menjawab bahwa keadilan Allah tidak dapat diukur dengan standar manusia. Allah tidak berutang keselamatan kepada siapa pun; jika Ia menyelamatkan sebagian, itu adalah kasih karunia-Nya yang melimpah.

b. Kebebasan Manusia
Beberapa orang berpendapat bahwa predestinasi bertentangan dengan kebebasan manusia. R.C. Sproul menjelaskan bahwa manusia memiliki kehendak bebas, tetapi kehendak tersebut telah diperbudak oleh dosa. Hanya melalui kasih karunia Allah manusia dapat dipulihkan untuk memilih Dia.

7. Implikasi Praktis Predestinasi

Doktrin predestinasi tidak hanya relevan secara teologis tetapi juga memberikan implikasi praktis yang mendalam dalam kehidupan Kristen:

  1. Penghiburan bagi Orang Percaya:
    Predestinasi mengajarkan bahwa keselamatan tidak bergantung pada usaha manusia, melainkan pada karya Allah yang sempurna. Ini memberikan penghiburan dan kepastian bagi orang percaya bahwa mereka tidak akan pernah kehilangan keselamatan mereka (Roma 8:38-39).

  2. Kerendahan Hati:
    Pemahaman bahwa keselamatan adalah hasil kasih karunia Allah semata mendorong kerendahan hati. Herman Bavinck menekankan bahwa predestinasi menghapus segala bentuk kesombongan rohani.

  3. Motivasi untuk Penginjilan:
    Meskipun Allah telah menetapkan siapa yang akan diselamatkan, Ia menggunakan penginjilan sebagai sarana untuk membawa umat pilihan-Nya kepada iman. R.C. Sproul menekankan bahwa penginjilan adalah tindakan ketaatan kepada perintah Kristus dan sarana yang digunakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya.

Kesimpulan

Predestinasi adalah doktrin yang mengungkapkan kedaulatan, kasih karunia, dan keadilan Allah. Dalam teologi Reformed, doktrin ini memberikan penghiburan dan pengharapan kepada umat Allah, sekaligus menantang mereka untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya.

Meskipun sulit dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, predestinasi adalah kesaksian yang jelas dari kasih dan rencana kekal Allah. Bagi mereka yang percaya, doktrin ini mengarahkan hati untuk memuliakan Allah dan hidup dalam rasa syukur atas keselamatan yang diberikan-Nya melalui Kristus.

Next Post Previous Post