Jangan Menimbun Harta di Bumi: Matius 6:19

Jangan Menimbun Harta di Bumi: Matius 6:19

“Jangan menimbun untuk dirimu sendiri harta di bumi, tempat ngengat dan karat merusak, dan tempat pencuri membongkar serta mencuri.” (Matius 6:19, AYT)

Pendahuluan

Matius 6:19 adalah bagian dari Khotbah di Bukit, di mana Yesus memberikan pengajaran yang mengarahkan umat-Nya kepada fokus hidup yang benar. Ayat ini menantang kita untuk memikirkan tentang nilai-nilai kekal daripada terjebak dalam pengejaran materi yang bersifat sementara.

Artikel ini akan menggali makna mendalam dari Matius 6:19, menguraikan pandangan dari teologi Reformed, serta menghubungkannya dengan kehidupan modern. Dengan pemahaman yang benar, kita dapat belajar untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dan mengejar harta yang bernilai kekal.

Konteks Matius 6:19

Bagian dari Khotbah di Bukit

Khotbah di Bukit (Matius 5-7) adalah pengajaran Yesus tentang bagaimana hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Matius 6:19-21 membahas prioritas hidup, khususnya tentang bagaimana umat percaya harus memandang kekayaan dan materi.

Yesus mengajarkan bahwa menimbun harta di bumi tidak hanya sia-sia tetapi juga berbahaya, karena harta duniawi dapat rusak dan dicuri. Sebaliknya, umat percaya dipanggil untuk menginvestasikan hidup mereka pada harta surgawi yang kekal.

Latar Budaya

Pada zaman Yesus, harta sering diukur dalam bentuk benda fisik seperti pakaian mahal, logam mulia, atau hasil panen. Namun, barang-barang ini mudah rusak oleh ngengat, karat, atau bahkan pencuri. Ajaran Yesus relevan karena menyoroti ketidakpastian kekayaan duniawi, sesuatu yang masih menjadi kenyataan di zaman modern.

Penjelasan Mendalam Matius 6:19

1. "Jangan menimbun untuk dirimu sendiri harta di bumi"

Perintah ini menekankan bahwa orang percaya tidak boleh menjadikan kekayaan duniawi sebagai fokus utama hidup mereka. Kata "menimbun" menunjukkan keserakahan atau akumulasi berlebihan yang tidak didasarkan pada kebutuhan sejati.

John Calvin menekankan bahwa ayat ini tidak melarang memiliki kekayaan, tetapi memperingatkan terhadap cinta yang berlebihan terhadapnya. Calvin menulis, “Kekayaan menjadi berbahaya ketika hati kita melekat padanya, karena itu akan menggantikan tempat Allah dalam hidup kita.”

2. "Tempat ngengat dan karat merusak"

Ngengat dan karat melambangkan kerusakan alami yang tak terhindarkan pada harta benda duniawi. Tidak peduli seberapa berharganya sesuatu, semua yang ada di dunia ini bersifat sementara dan rentan terhadap kehancuran.

R.C. Sproul menggarisbawahi bahwa ayat ini mengajarkan kita untuk tidak menaruh pengharapan pada hal-hal yang fana. “Harta duniawi mungkin memberi kenyamanan sesaat, tetapi itu tidak dapat memberi kedamaian atau keamanan yang sejati,” tulisnya.

3. "Tempat pencuri membongkar serta mencuri"

Kekayaan duniawi tidak hanya rentan terhadap kerusakan alami tetapi juga dapat hilang karena tindakan manusia. Pencuri adalah simbol dari ketidakpastian dunia ini. Tidak ada harta di bumi yang benar-benar aman.

Martin Luther menekankan bahwa satu-satunya harta yang aman adalah harta surgawi. Ia berkata, “Apa pun yang kita simpan di bumi dapat hilang kapan saja, tetapi apa yang kita simpan di surga akan bertahan selamanya.”

4. Perspektif Teologi Reformed

a. Fokus pada Kekekalan

Teologi Reformed menekankan pentingnya hidup dengan perspektif kekekalan. Harta duniawi hanya bersifat sementara, tetapi investasi rohani memiliki nilai kekal.

Jonathan Edwards sering berbicara tentang hidup untuk tujuan kekal. Dalam salah satu khotbahnya, ia berkata, “Hidup ini adalah persiapan untuk kekekalan. Jangan biarkan hal-hal duniawi mengalihkan perhatianmu dari tujuan akhir hidupmu, yaitu Allah.”

b. Kedaulatan Allah dan Pemeliharaan

Dalam teologi Reformed, Allah dipandang sebagai pemilik segala sesuatu. Manusia hanyalah pengelola dari apa yang telah Allah percayakan kepada mereka. Oleh karena itu, kekayaan harus digunakan untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuaskan keserakahan pribadi.

John Calvin menulis, “Harta duniawi adalah alat untuk melayani Allah dan sesama, bukan untuk membangun kerajaan pribadi.”

c. Bahaya Materialisme

Materialisme adalah ancaman besar bagi kehidupan rohani. Teologi Reformed menekankan bahwa cinta terhadap uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10). Ketika kita menempatkan kekayaan di atas Allah, kita jatuh ke dalam penyembahan berhala.

R.C. Sproul menegaskan bahwa materialisme adalah bentuk pemberontakan terhadap Allah. “Ketika kita mencintai dunia ini lebih dari Allah, kita menyangkal kedaulatan-Nya dan menggantikan Dia dengan harta duniawi,” katanya.

5. Relevansi Matius 6:19 dalam Kehidupan Modern

1. Menghindari Materialisme di Dunia Modern

Di era konsumerisme, godaan untuk menimbun kekayaan semakin besar. Matius 6:19 mengingatkan kita untuk memeriksa motivasi hati kita dan memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam cinta terhadap uang atau barang materi.

Langkah praktis:

  • Tinjau kembali pengeluaran Anda dan pastikan bahwa keuangan Anda mencerminkan prioritas rohani.
  • Hindari membandingkan diri Anda dengan orang lain berdasarkan kekayaan materi.

2. Menginvestasikan Hidup pada Hal-Hal Kekal

Hidup kita memiliki tujuan kekal, dan waktu serta sumber daya kita harus digunakan untuk hal-hal yang bernilai kekal. Ini berarti melayani Allah, mengasihi sesama, dan memberitakan Injil.

Langkah praktis:

  • Gunakan waktu Anda untuk kegiatan yang memuliakan Allah, seperti pelayanan di gereja atau komunitas.
  • Jadilah pemberi yang murah hati, mendukung pekerjaan misi, dan membantu mereka yang membutuhkan.

3. Kepercayaan pada Pemeliharaan Allah

Ketika kita berhenti menimbun harta di bumi, kita belajar untuk mengandalkan pemeliharaan Allah. Matius 6:19 mengajarkan kita untuk mempercayai bahwa Allah adalah sumber segala kebutuhan kita.

Langkah praktis:

  • Berdoalah memohon hikmat dalam menggunakan sumber daya Anda dengan bijaksana.
  • Renungkan janji-janji Allah dalam Alkitab tentang pemeliharaan-Nya.

Kesimpulan

Matius 6:19 adalah panggilan untuk hidup dengan fokus pada kekekalan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa harta duniawi bersifat sementara dan tidak dapat memberikan keamanan sejati. Sebaliknya, kita dipanggil untuk mengejar harta surgawi dengan hidup untuk memuliakan Allah dan melayani sesama.

Teologi Reformed menekankan bahwa harta duniawi adalah alat untuk memuliakan Allah, bukan tujuan hidup. Para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Jonathan Edwards menegaskan pentingnya hidup dengan perspektif kekekalan, menghindari materialisme, dan mempercayai pemeliharaan Allah.

Dalam dunia modern yang penuh dengan godaan materialisme, pesan Matius 6:19 tetap relevan. Marilah kita hidup dengan fokus pada Kerajaan Allah, menggunakan waktu dan sumber daya kita untuk hal-hal yang memiliki nilai kekal, dan mempercayakan seluruh hidup kita kepada pemeliharaan-Nya.

Next Post Previous Post