Ayub 13:15: Percaya kepada Tuhan di Tengah Penderitaan
Pendahuluan:
Ayub 13:15 adalah pernyataan iman yang luar biasa dari Ayub di tengah penderitaannya. Meskipun menghadapi cobaan yang sangat berat, Ayub tetap menaruh harapannya kepada Tuhan.
"Meskipun Dia membunuhku, aku akan menaruh harapan dalam Dia; Akan tetapi, aku akan tetap memperdebatkan jalanku di hadapan-Nya." (Ayub 13:15, AYT)
Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa iman sejati adalah percaya kepada Tuhan meskipun dalam penderitaan, karena Tuhan berdaulat dan memiliki rencana yang lebih besar daripada yang kita pahami. Artikel ini akan membahas makna Ayub 13:15, bagaimana ayat ini mengajarkan ketergantungan kepada Tuhan di tengah penderitaan, serta bagaimana para teolog Reformed menjelaskan makna teologisnya.
Eksposisi Ayub 13:15
1. "Meskipun Dia Membunuhku, Aku Akan Menaruh Harapan dalam Dia"
Bagian pertama dari ayat ini menunjukkan keyakinan Ayub bahwa Tuhan tetap menjadi sumber pengharapannya, meskipun hidupnya sedang dalam bahaya.
Apa yang Dimaksud dengan "Meskipun Dia Membunuhku"?
- Ayub mengalami penderitaan luar biasa—kehilangan harta, anak-anak, dan kesehatannya.
- Ia memahami bahwa Tuhan berdaulat atas hidupnya, bahkan jika itu berarti kematian.
- Namun, Ayub tidak menyangkal Tuhan, tetapi justru semakin bergantung pada-Nya.
John Calvin dalam Commentary on Job menulis:"Ayub menunjukkan iman yang sejati dengan percaya bahwa Tuhan tetap setia, bahkan ketika Dia tampaknya bertindak melawannya."
Dalam teologi Reformed, iman sejati bukanlah iman yang hanya bertahan dalam kenyamanan, tetapi iman yang tetap teguh bahkan dalam penderitaan.
2. "Aku Akan Menaruh Harapan dalam Dia"
Ayub tidak hanya menerima penderitaan, tetapi ia tetap berharap kepada Tuhan di tengah kesulitan.
Apa Arti "Menaruh Harapan dalam Tuhan"?
- Harapan kepada Tuhan berarti percaya bahwa Tuhan memiliki tujuan yang lebih besar dalam penderitaan kita.
- Harapan ini bukan sekadar optimisme kosong, tetapi keyakinan pada kedaulatan dan kebaikan Tuhan.
- Yesus juga mencontohkan pengharapan ini ketika menghadapi salib (Lukas 22:42).
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan:"Iman yang sejati adalah percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat dan baik, meskipun keadaan tampaknya tidak menunjukkan demikian."
Sebagai orang percaya, kita harus memiliki iman yang tetap berpengharapan kepada Tuhan, bahkan ketika situasi kita tampak tanpa harapan.
3. "Aku Akan Tetap Memperdebatkan Jalanku di Hadapan-Nya"
Bagian ini menunjukkan bahwa Ayub tidak pasrah begitu saja, tetapi tetap ingin memahami kehendak Tuhan dalam penderitaannya.
Mengapa Ayub Ingin "Memperdebatkan" Jalannya?
- Ayub tidak memberontak terhadap Tuhan, tetapi ia ingin mencari jawaban.
- Dalam tradisi Ibrani, "memperdebatkan" berarti berdialog atau memohon pengertian dari Tuhan.
- Ayub percaya bahwa Tuhan itu adil dan akan memberikan jawaban atas penderitaannya.
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menulis:"Mencari jawaban dari Tuhan bukan berarti kita kurang percaya, tetapi merupakan bagian dari perjalanan iman yang lebih dalam."
Sebagai orang percaya, kita diperbolehkan untuk membawa pertanyaan kita kepada Tuhan, tetapi tetap harus melakukannya dengan sikap hormat dan percaya kepada kedaulatan-Nya.
Makna Teologis dalam Teologi Reformed
1. Kedaulatan Tuhan dalam Penderitaan
- Tuhan bukan hanya berdaulat atas berkat, tetapi juga atas penderitaan umat-Nya.
- Semua penderitaan yang kita alami memiliki tujuan dalam rencana kekal Tuhan.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:"Penderitaan orang percaya bukanlah kebetulan, tetapi bagian dari rencana Allah untuk mendewasakan iman kita dan menyatakan kemuliaan-Nya."
Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa Tuhan memiliki maksud dalam setiap pencobaan yang kita hadapi.
2. Iman yang Tetap Bertahan dalam Pencobaan
- Ayub adalah contoh iman yang tidak bergantung pada keadaan.
- Orang percaya tidak boleh hanya beriman ketika hidup berjalan baik, tetapi harus tetap setia dalam segala situasi.
John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan:"Iman sejati tidak hanya terlihat dalam berkat, tetapi juga dalam bagaimana seseorang tetap percaya kepada Tuhan di tengah penderitaan."
Sebagai orang percaya, kita harus memiliki iman yang teguh, tidak mudah goyah ketika menghadapi tantangan hidup.
3. Pengharapan yang Berpusat pada Kristus
- Yesus Kristus adalah contoh sempurna dari iman yang bertahan dalam penderitaan.
- Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menunjukkan bahwa pengharapan dalam Tuhan tidak akan pernah sia-sia.
John Piper dalam Desiring God menulis:"Kristus menderita bukan hanya sebagai contoh bagi kita, tetapi juga sebagai Juru Selamat yang membawa pengharapan sejati bagi orang percaya."
Sebagai orang percaya, kita harus menaruh pengharapan kita kepada Kristus, karena hanya Dia yang bisa memberikan kemenangan sejati atas penderitaan.
Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari?
1. Percaya kepada Tuhan di Tengah Penderitaan
- Jangan menyerah ketika menghadapi pencobaan, tetapi tetap berpegang pada janji Tuhan.
- Percayalah bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar dalam hidup kita.
2. Tetap Berdoa dan Mencari Kehendak Tuhan
- Seperti Ayub, kita boleh datang kepada Tuhan dengan pertanyaan dan pergumulan kita.
- Namun, kita harus tetap bersikap hormat dan percaya pada kedaulatan-Nya.
3. Menaruh Pengharapan pada Kristus, Bukan pada Keadaan
- Jangan mengukur kasih Tuhan berdasarkan keadaan kita, tetapi berdasarkan apa yang telah Yesus lakukan di kayu salib.
- Tetaplah berharap kepada Tuhan, karena Dia setia dan tidak pernah mengecewakan umat-Nya.
Kesimpulan
Ayub 13:15 menegaskan bahwa iman sejati adalah percaya kepada Tuhan meskipun dalam penderitaan, karena Tuhan berdaulat dan memiliki rencana yang lebih besar daripada yang kita pahami.
Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:
- Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, termasuk penderitaan yang kita alami.
- Iman sejati adalah tetap percaya kepada Tuhan meskipun keadaan tampak sulit.
- Pengharapan kita harus selalu berpusat pada Kristus, bukan pada keadaan dunia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman yang teguh, menaruh pengharapan kepada Tuhan, dan tetap percaya bahwa Dia bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.