Hari Ketujuh yang Diberkati: Kejadian 2:3

Hari Ketujuh yang Diberkati: Kejadian 2:3

Pendahuluan:

Kejadian 2:3 adalah bagian penting dalam kisah penciptaan yang menunjukkan bagaimana Allah memberkati dan menguduskan hari ketujuh sebagai hari perhentian-Nya. Ayat ini menjadi dasar bagi konsep Sabat, yang memiliki makna mendalam dalam teologi Kristen.

"Lalu, Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, sebab pada saat itu, Dia beristirahat dari segala pekerjaan-Nya, yang telah Dia lakukan dalam penciptaan." (Kejadian 2:3, AYT)

Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan kedaulatan Allah dalam menciptakan dunia, berkat-Nya atas hari ketujuh, dan implikasi teologisnya bagi kehidupan manusia. Artikel ini akan membahas makna Kejadian 2:3, bagaimana ayat ini membentuk pemahaman kita tentang Sabat dan istirahat rohani, serta bagaimana para teolog Reformed menjelaskan makna teologisnya.

Eksposisi Kejadian 2:3

1. "Lalu, Allah Memberkati Hari Ketujuh Itu"

Bagian ini menunjukkan bahwa hari ketujuh memiliki status khusus dalam penciptaan.

Apa Arti "Diberkati" dalam Konteks Ini?

  • Dalam Alkitab, berkat Tuhan berarti bahwa sesuatu memiliki tujuan khusus dan diperuntukkan bagi kebaikan umat-Nya.
  • Allah tidak hanya menyelesaikan pekerjaan penciptaan, tetapi juga memberikan berkat khusus kepada hari ketujuh.
  • Hari ini berbeda dari enam hari lainnya karena tidak hanya menandai akhir penciptaan, tetapi juga menjadi simbol penyelesaian dan kesempurnaan.

John Calvin dalam Commentary on Genesis menulis:"Berkat Tuhan atas hari ketujuh bukan hanya sekadar tanda perhentian, tetapi juga undangan bagi manusia untuk masuk ke dalam persekutuan dengan-Nya."

Sebagai orang percaya, kita harus melihat hari perhentian sebagai kesempatan untuk mengalami berkat rohani dari Tuhan.

2. "Menguduskannya"

Bagian ini menunjukkan bahwa hari ketujuh tidak hanya diberkati, tetapi juga dikuduskan.

Apa Makna "Menguduskan" dalam Konteks Ini?

  • Kata Ibrani untuk "menguduskan" (קָדַשׁ - qādash) berarti "memisahkan" atau "menjadikan suci".
  • Hari ketujuh dipisahkan oleh Allah dari hari-hari lain untuk tujuan khusus.
  • Ini menandakan bahwa Sabat bukan hanya untuk istirahat fisik, tetapi juga untuk perhentian rohani di dalam Tuhan.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan:"Menguduskan berarti memisahkan sesuatu untuk tujuan yang suci. Tuhan menguduskan hari ketujuh sebagai tanda bahwa manusia harus hidup dalam perhentian dan penyembahan kepada-Nya."

Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa hari perhentian bukan hanya waktu untuk berhenti bekerja, tetapi juga waktu untuk mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dalam penyembahan.

3. "Sebab pada Saat Itu, Dia Beristirahat dari Segala Pekerjaan-Nya"

Bagian ini mengungkapkan bahwa Allah beristirahat setelah menyelesaikan penciptaan.

Apa Makna "Beristirahat" bagi Allah?

  • Allah tidak beristirahat karena kelelahan, karena Dia Mahakuasa.
  • Istirahat ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetapi menandakan bahwa pekerjaan penciptaan-Nya telah selesai dan sempurna.
  • Perhentian ini adalah simbol dari kepuasan dan penyelesaian pekerjaan Allah.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:"Perhentian Allah bukanlah karena kebutuhan, tetapi sebagai contoh bagi manusia untuk mengikuti pola kerja dan istirahat dalam keharmonisan dengan penciptaan."

Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk beristirahat bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam iman kepada Tuhan, percaya bahwa Dia telah menyelesaikan segala sesuatu untuk kebaikan kita.

Makna Teologis dalam Teologi Reformed

1. Sabat sebagai Prinsip Perjanjian

  • Hari ketujuh dalam penciptaan menjadi dasar dari hukum Sabat dalam Perjanjian Lama (Keluaran 20:8-11).
  • Sabat bukan hanya perintah moral, tetapi juga bagian dari hubungan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya.
  • Dalam Kristus, Sabat mendapatkan pemenuhan yang lebih besar sebagai perhentian rohani dalam karya keselamatan-Nya.

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan:"Sabat dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari perhentian sejati yang hanya ditemukan dalam Kristus."

Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa Sabat bukan hanya tentang istirahat fisik, tetapi juga perhentian dalam karya Kristus yang telah selesai.

2. Karya Keselamatan dalam Kristus sebagai Perhentian Sejati

  • Yesus datang untuk memberikan "perhentian" sejati bagi jiwa manusia (Matius 11:28-30).
  • Perhentian ini tidak hanya dalam bentuk Sabat harian, tetapi perhentian dari usaha manusia untuk memperoleh keselamatan.
  • Di dalam Kristus, kita tidak lagi berusaha mendapatkan kebenaran dengan usaha kita sendiri, tetapi hidup dalam anugerah-Nya.

Jonathan Edwards dalam The History of Redemption menulis:"Kristus adalah pemenuhan dari Sabat, karena dalam Dia kita menemukan istirahat sejati dari dosa dan usaha manusia yang sia-sia."

Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam kepastian bahwa keselamatan kita tidak tergantung pada usaha kita, tetapi pada karya Kristus yang telah selesai.

Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

Bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari?

1. Menjadikan Hari Tuhan sebagai Waktu untuk Menyembah

  • Gunakan waktu untuk menyembah Tuhan secara khusus pada hari yang telah dikuduskan.
  • Jangan menganggap ibadah sebagai kewajiban, tetapi sebagai kesempatan untuk menikmati hadirat Tuhan.

2. Hidup dalam Perhentian Rohani dalam Kristus

  • Jangan berusaha mencari keselamatan melalui perbuatan baik, tetapi bersandarlah pada anugerah Tuhan.
  • Sadari bahwa karya Kristus telah menyelesaikan segala sesuatu untuk kita.

3. Mengutamakan Waktu untuk Istirahat dan Refleksi

  • Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai melupakan perhentian yang diberikan Tuhan.
  • Gunakan hari istirahat untuk memperkuat iman dan hubungan dengan Tuhan.

Kesimpulan

Kejadian 2:3 menegaskan bahwa Allah memberkati dan menguduskan hari ketujuh sebagai tanda perhentian dan penyelesaian karya-Nya.

Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. Hari ketujuh dalam penciptaan menjadi dasar bagi konsep Sabat dan perhentian dalam Kristus.
  2. Sabat adalah gambaran dari perhentian rohani yang hanya bisa ditemukan dalam Kristus.
  3. Orang percaya harus hidup dalam kepastian bahwa keselamatan mereka adalah anugerah dari Allah, bukan hasil usaha manusia.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghormati Tuhan dengan cara hidup yang mencerminkan perhentian sejati di dalam Kristus, dan menggunakan waktu kita dengan bijaksana untuk menyembah serta menikmati hadirat Tuhan.

Next Post Previous Post