Keberanian dalam Doa: Lukas 11:5-9

Keberanian dalam Doa: Lukas 11:5-9

Pengantar:

Lukas 11:5-9 merupakan bagian dari pengajaran Yesus tentang doa. Perikop ini sering dikaitkan dengan pentingnya ketekunan dalam berdoa, tetapi dalam teologi Reformed, maknanya jauh lebih dalam daripada sekadar dorongan untuk berdoa dengan tekun.

"Kemudian Yesus berkata kepada mereka, ‘Seandainya salah satu dari kamu memiliki seorang teman dan kamu pergi ke rumah temanmu itu pada tengah malam dengan berkata kepadanya, “Teman, pinjamkan aku tiga roti, karena seorang temanku yang sedang melakukan perjalanan singgah di rumahku, tetapi aku tidak punya apa-apa di rumah untuk ditawarkan kepadanya.” Lalu, temanmu dari dalam rumah menjawab, “Jangan ganggu aku! Pintu sudah terkunci dan aku beserta anak-anakku sudah di tempat tidur. Aku tidak bisa bangun untuk memberi apa pun kepadamu.” Aku mengatakan kepadamu bahwa meskipun temanmu itu tidak bangun dan memberikan sesuatu kepadamu karena kamu sahabatnya, tetapi karena kamu terus memohon, ia pasti akan bangun dan memberimu apa yang kamu perlukan. Jadi, Aku mengatakan kepadamu: Mintalah, kamu akan menerima. Carilah, kamu akan menemukan. Ketuklah, pintu akan dibukakan bagimu.’" (Lukas 11:5-9, AYT)

Artikel ini akan menguraikan makna mendalam dari ayat-ayat ini dengan mengacu pada berbagai pandangan dalam teologi Reformed, serta memberikan aplikasi praktis bagi kehidupan Kristen.

I. Konteks Historis dan Latar Belakang

Lukas 11:5-9 adalah bagian dari pengajaran Yesus setelah Ia mengajarkan Doa Bapa Kami (Lukas 11:1-4). Dengan kata lain, perumpamaan ini adalah kelanjutan dari pelajaran tentang doa.

Dalam budaya Yahudi kuno, keramahtamahan adalah suatu kewajiban sosial dan religius. Jika seseorang menerima tamu yang datang dari perjalanan jauh, tetapi tidak memiliki makanan untuk disajikan, itu adalah hal yang memalukan. Dalam perumpamaan ini, seorang pria pergi ke rumah temannya pada tengah malam untuk meminta roti agar ia dapat menjamu tamunya.

Namun, karena waktu sudah larut malam, sang teman enggan bangun dan membantunya. Tetapi karena keberanian dan kegigihan orang yang meminta, temannya akhirnya memberikan apa yang diminta.

Dalam konteks teologi Reformed, kisah ini bukan hanya tentang ketekunan dalam doa, tetapi lebih dalam lagi, mengajarkan bagaimana karakter Allah sebagai Bapa yang penuh kasih dalam merespons doa anak-anak-Nya.

II. Makna Teologis dari Lukas 11:5-9

1. Kebutuhan Manusia akan Allah dalam Doa (Lukas 11:5-6)

Bagian ini menggambarkan kondisi manusia yang membutuhkan Tuhan. Sang pria dalam perumpamaan ini tidak memiliki cukup roti untuk tamunya, sehingga ia harus meminta bantuan. Ini mencerminkan realitas kehidupan manusia:

  • Kita tidak memiliki apa yang kita butuhkan secara rohani.
  • Kita tidak dapat memenuhi kebutuhan kita sendiri, tetapi harus bergantung kepada Tuhan.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa manusia sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah, bahkan dalam doa kita. Kita tidak datang kepada Tuhan dengan membawa kebaikan kita sendiri, tetapi dengan kesadaran akan kebutuhan kita yang mendalam.

Ini selaras dengan perkataan Paulus dalam Roma 3:10-12, bahwa tidak ada seorang pun yang benar dan tidak ada yang mencari Allah dengan sendirinya. Jika kita dapat datang kepada Tuhan dalam doa, itu semata-mata karena anugerah-Nya yang menarik kita kepada-Nya.

2. Keberanian dan Ketekunan dalam Doa (Lukas 11:7-8)

Yesus menggambarkan bahwa teman yang tidur tidak segera bangun untuk menolong, tetapi akhirnya ia bangun karena keberanian dan kegigihan orang yang meminta.

Di sini Yesus mengajarkan bahwa Allah bukanlah seperti manusia yang enggan menolong, tetapi justru adalah Bapa yang dengan sukacita menjawab doa anak-anak-Nya.

  • Kata "terus memohon" dalam ayat ini dalam bahasa Yunani adalah ἀναίδεια (anaideia), yang berarti keberanian tanpa malu atau desakan yang tidak kenal lelah.
  • Dalam tradisi Reformed, ini mengacu pada iman yang percaya sepenuhnya kepada kebaikan Allah, bukan karena kelayakan kita sendiri.

Jonathan Edwards dalam tulisannya tentang doa menegaskan bahwa doa yang sungguh-sungguh bukan sekadar ritual, tetapi ekspresi dari ketergantungan total pada kasih karunia Tuhan.

3. Janji Pasti dalam Doa: Mintalah, Carilah, Ketuklah (Lukas 11:9)

Yesus menyimpulkan perumpamaan ini dengan sebuah janji yang luar biasa:

  • Mintalah, maka kamu akan menerima.
  • Carilah, maka kamu akan menemukan.
  • Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Dalam teologi Reformed, janji ini tidak berarti bahwa Tuhan akan memberikan segala yang kita minta tanpa syarat, tetapi bahwa Tuhan memberikan apa yang terbaik bagi kita sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.

John Calvin dalam tafsirannya tentang ayat ini menyatakan bahwa Allah mengundang kita untuk berdoa, tetapi jawaban-Nya selalu sesuai dengan hikmat dan kedaulatan-Nya. Dia tidak memberikan sesuatu yang akan merugikan kita, tetapi memberikan yang terbaik sesuai dengan kehendak-Nya.

Paulus menegaskan dalam Roma 8:28, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."

III. Pemenuhan dalam Kristus: Yesus sebagai Pengantara Doa Kita

Seluruh ajaran tentang doa dalam Lukas 11:5-9 mencapai pemenuhannya dalam pribadi dan karya Yesus Kristus.

  1. Yesus adalah Perantara Kita

    • Dalam Ibrani 4:14-16, Yesus disebut sebagai Imam Besar yang membawa doa kita kepada Allah.
    • Doa kita tidak diterima karena kebaikan kita, tetapi karena Kristus yang telah membuka jalan bagi kita.
  2. Yesus Menjamin Doa Kita Dijawab

    • Dalam Yohanes 14:13-14, Yesus berkata bahwa apa pun yang diminta dalam nama-Nya akan diberikan.
    • Ini berarti doa kita harus sejalan dengan kehendak Allah, sebagaimana yang diajarkan dalam teologi Reformed.
  3. Yesus Adalah Roti Sejati yang Kita Butuhkan

    • Dalam perumpamaan ini, pria itu meminta tiga roti untuk tamunya.
    • Yesus berkata dalam Yohanes 6:35, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi."
    • Doa yang sejati adalah doa yang mencari Kristus sebagai jawaban utama dari segala kebutuhan kita.

IV. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

1. Milikilah Keberanian dalam Berdoa

  • Kita dipanggil untuk datang kepada Tuhan dengan keberanian iman, seperti yang diajarkan Yesus dalam perumpamaan ini.
  • Ibrani 4:16 menegaskan bahwa kita dapat datang ke takhta kasih karunia dengan penuh keberanian.

2. Berdoalah dengan Tekun dan Percaya

  • Doa bukan hanya satu kali tindakan, tetapi gaya hidup ketekunan dalam mencari Tuhan.
  • 1 Tesalonika 5:17 berkata, "Berdoalah tanpa henti."

3. Percayalah bahwa Tuhan Memberi yang Terbaik

  • Tuhan tidak selalu menjawab sesuai dengan keinginan kita, tetapi sesuai dengan yang terbaik bagi kita.
  • Kita harus percaya bahwa Allah tahu apa yang kita butuhkan lebih dari kita sendiri.

Kesimpulan

Lukas 11:5-9 mengajarkan bahwa doa bukan hanya tentang meminta, tetapi tentang kebergantungan penuh kepada Allah yang setia dan penuh kasih. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menunjukkan bahwa kita berdoa bukan untuk mengubah kehendak Tuhan, tetapi untuk membawa hati kita selaras dengan kehendak-Nya.

Kristus sendiri adalah jawaban utama atas setiap doa kita, dan melalui-Nya, kita memiliki keberanian untuk datang kepada Bapa dengan keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post