Keluaran 34:6-7: Kasih dan Keadilan Allah dalam Perspektif Teologi
Pendahuluan:
Keluaran 34:6-7 adalah salah satu bagian kunci dalam Alkitab yang memperlihatkan sifat Allah secara langsung melalui deklarasi diri-Nya. Ayat ini menggambarkan perpaduan unik antara kasih dan keadilan Allah. Pernyataan ini disampaikan dalam konteks perjanjian baru antara Allah dan Israel setelah dosa besar umat itu dalam membuat patung anak lembu emas (Keluaran 32). Melalui ayat ini, Allah memperkenalkan esensi karakter-Nya kepada umat manusia, yaitu penuh kasih, panjang sabar, tetapi juga adil.
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam Keluaran 34:6-7 berdasarkan analisis teologis, pandangan para pakar, dan konteks sejarah. Penekanan khusus juga akan diberikan pada bagaimana kasih dan keadilan Allah dipahami secara bersamaan.
Keluaran 34:6-7 (AYT):“TUHAN lewat di depannya dan berseru, ‘TUHAN, TUHAN Allah, yang penuh kasih dan murah hati, yang lambat marah dan berlimpah dalam kebaikan dan kebenaran, yang memelihara kebaikan untuk beribu-ribu orang, mengampuni kesalahan, pelanggaran, dan dosa, yang sama sekali tidak membiarkan yang bersalah tidak dihukum, melainkan membalaskan kesalahan ayah atas anak-anaknya, atas cucu-cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan yang keempat.’”
Konteks Sejarah dan Naratif
Konteks ayat ini terletak dalam peristiwa pemberian kembali loh hukum. Setelah umat Israel melanggar perjanjian Allah dengan membuat patung anak lembu emas (Keluaran 32), Musa memohon pengampunan Allah untuk umat Israel. Dalam respons-Nya, Allah menunjukkan kemurahan dengan memperbarui perjanjian itu, tetapi juga menegaskan standar keadilan-Nya.
Pakar Perjanjian Lama, Walter Brueggemann, menunjukkan bahwa pernyataan ini adalah deklarasi resmi Allah kepada Israel tentang siapa diri-Nya. Ayat ini mencerminkan hubungan Allah yang penuh belas kasih tetapi juga serius dalam menghukum dosa, yang menjadi dasar dari hubungan perjanjian.
Karakter Allah yang Digambarkan dalam Keluaran 34:6-7
1. Allah yang Penuh Kasih dan Murah Hati
Frasa pertama, “TUHAN, TUHAN Allah, yang penuh kasih dan murah hati,” menekankan sifat Allah yang penuh dengan belas kasihan. Dalam bahasa Ibrani, kata rachum (kasih) dan chanun (murah hati) digunakan untuk menggambarkan kelembutan dan kemurahan hati Allah kepada umat-Nya.
- Pendapat Pakar:
R.C. Sproul mencatat bahwa kemurahan Allah tidak hanya berbicara tentang kasih yang pasif tetapi kasih yang aktif dalam memberikan pengampunan. Sproul menyebut ini sebagai ekspresi anugerah yang hanya mungkin berasal dari Pribadi yang Maha Pengasih.
2. Allah yang Lambat Marah
Pernyataan bahwa Allah adalah "lambat marah" (Ibrani: erek apayim) menunjukkan kesabaran Allah. Allah tidak mudah murka, meskipun umat-Nya sering kali gagal memenuhi standar-Nya.
- Pandangan John Stott:
Stott menyebut ini sebagai bentuk kasih karunia dalam kesabaran Allah, yang memberikan waktu bagi manusia untuk bertobat. Kesabaran Allah adalah wujud dari kasih-Nya yang mendalam.
3. Allah yang Berlimpah dalam Kebaikan dan Kebenaran
Allah tidak hanya baik, tetapi kebaikan-Nya melimpah. Kata chesed (kebaikan) dan emet (kebenaran) sering digabungkan untuk menggambarkan kesetiaan Allah terhadap janji-janji-Nya.
- Implikasi Teologis:
Menurut Bruce Waltke, kombinasi kebaikan dan kebenaran menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang dapat diandalkan. Dia tidak hanya mengasihi tetapi juga tetap konsisten dengan sifat-Nya yang kudus.
4. Allah yang Mengampuni
Frasa “mengampuni kesalahan, pelanggaran, dan dosa” menunjukkan luasnya kemampuan Allah dalam menghapus dosa. Tiga kata yang digunakan di sini (avon untuk kesalahan, pesha untuk pelanggaran, dan chatta'ah untuk dosa) mencakup semua jenis pelanggaran manusia.
- Pendapat N.T. Wright:
Wright menyoroti bahwa pengampunan Allah mencakup segala aspek dosa manusia, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Ini menunjukkan kemurahan Allah yang tidak terbatas.
5. Allah yang Adil
Meskipun Allah penuh kasih, Dia juga adalah Pribadi yang tidak membiarkan dosa berlalu tanpa hukuman. Frasa “tidak membiarkan yang bersalah tidak dihukum” menunjukkan sifat Allah yang adil.
- Analisis dari Christopher Wright:
Wright mencatat bahwa keadilan Allah adalah bagian yang tak terpisahkan dari kasih-Nya. Tanpa keadilan, kasih Allah kehilangan bobotnya.
Ketegangan antara Kasih dan Keadilan Allah
Keluaran 34:6-7 menampilkan ketegangan yang sering dirasakan dalam teologi antara kasih dan keadilan Allah. Bagaimana Allah bisa menjadi penuh kasih sekaligus menghukum dosa dengan keras? Para teolog menawarkan berbagai perspektif untuk menjelaskan ini:
1. Keselarasan Kasih dan Keadilan
Menurut teolog reformasi John Calvin, kasih dan keadilan Allah tidak bertentangan tetapi saling melengkapi. Calvin menulis bahwa kasih Allah terlihat dalam pengampunan-Nya, sedangkan keadilan-Nya terlihat dalam hukuman yang diberikan kepada mereka yang tidak bertobat.
2. Penggenapan dalam Kristus
Teolog N.T. Wright menekankan bahwa ketegangan antara kasih dan keadilan Allah menemukan penggenapannya di dalam Yesus Kristus. Di kayu salib, kasih dan keadilan Allah bertemu. Allah menghukum dosa (keadilan), tetapi juga memberikan keselamatan kepada umat-Nya (kasih).
Penerapan Keluaran 34:6-7 dalam Kehidupan Kristen
Keluaran 34:6-7 memberikan wawasan mendalam tentang siapa Allah dan bagaimana umat-Nya harus hidup sebagai respons terhadap sifat-Nya:
Menghormati Kasih dan Keadilan Allah
Umat Kristen dipanggil untuk mengakui sifat Allah yang penuh kasih tetapi juga adil. Ini berarti hidup dalam pertobatan dan ketaatan, menghormati Allah atas kasih-Nya yang besar.Mengandalkan Kasih Karunia Allah
Ayat ini mengingatkan bahwa Allah adalah sumber kasih karunia yang tak terbatas. Ketika umat Allah jatuh ke dalam dosa, mereka dapat bersandar pada pengampunan-Nya.Meneladani Kesabaran Allah
Sifat Allah yang lambat marah memberikan teladan bagi umat Kristen untuk bersabar dalam menghadapi orang lain, terutama dalam situasi yang sulit.Menghormati Keadilan Allah
Allah yang adil mengajarkan umat-Nya untuk menjalani hidup yang benar dan tidak menyalahgunakan kasih karunia-Nya.
Kesimpulan
Keluaran 34:6-7 adalah pernyataan Allah tentang sifat-Nya yang penuh kasih dan adil. Ayat ini memberikan dasar teologis yang kokoh untuk memahami hubungan Allah dengan umat-Nya. Para pakar teologi seperti Calvin, Wright, dan Brueggemann memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kasih dan keadilan Allah saling melengkapi.
Melalui ayat ini, umat Kristen diingatkan untuk hidup dalam rasa syukur atas kasih Allah yang berlimpah dan hormat kepada keadilan-Nya. Berdoalah, mohon Roh Kudus memberikan pengertian yang lebih dalam tentang sifat Allah yang dinyatakan dalam firman-Nya.