Perjalanan Kembali ke Yudea: Yohanes 11:7-16
Pendahuluan:
Yohanes 11:7-16 mencatat peristiwa penting dalam pelayanan Yesus: keputusan-Nya untuk kembali ke Yudea setelah menerima kabar tentang penyakit Lazarus. Bagian ini terjadi sebelum mujizat kebangkitan Lazarus, dan menunjukkan bagaimana Yesus bertindak sesuai dengan waktu dan rencana Allah, meskipun ada bahaya yang mengancam.
Dari perspektif teologi Reformed, bagian ini menegaskan beberapa tema utama:
- Kedaulatan Allah dalam waktu dan rencana keselamatan
- Panggilan untuk percaya kepada Kristus sebagai terang dunia
- Keteguhan dalam menghadapi tantangan dan penganiayaan
Artikel ini akan membahas Yohanes 11:7-16 berdasarkan pendapat beberapa pakar teologi Reformed, dengan menggali konteks historis, makna teologis, serta aplikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini.
Konteks Yohanes 11:7-16
1. Latar Belakang Historis
Pada waktu itu, Yesus dan murid-murid-Nya berada di seberang Sungai Yordan, di daerah Perea, setelah meninggalkan Yudea karena ancaman pembunuhan dari pemimpin Yahudi (Yohanes 10:39-40). Ketika Yesus menerima kabar tentang penyakit Lazarus, Ia tidak segera pergi ke Betania, tetapi menunggu dua hari (Yohanes 11:6).
John Calvin mencatat bahwa penundaan ini adalah bagian dari rencana Allah untuk menyatakan kemuliaan Kristus melalui kebangkitan Lazarus. Calvin menulis:"Yesus tidak bertindak tergesa-gesa, karena semua yang Ia lakukan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh Bapa. Ini mengajarkan kita untuk mempercayai waktu Allah dalam segala hal."
2. Konteks Penganiayaan di Yudea
Murid-murid Yesus khawatir dengan keputusan-Nya untuk kembali ke Yudea karena sebelumnya orang-orang Yahudi berusaha melempari-Nya dengan batu (Yohanes 10:31). Betania, tempat Lazarus tinggal, sangat dekat dengan Yerusalem, pusat perlawanan terhadap Yesus.
Leon Morris mencatat bahwa keputusan Yesus untuk kembali ke Yudea menunjukkan keberanian dan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Ia menulis:"Yesus tidak pernah takut terhadap ancaman manusia, karena Ia tahu bahwa misi-Nya harus digenapi sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah."
Analisis Yohanes 11:7-16
1. “Mari Kita Kembali ke Yudea” (Yohanes 11:7)
Yesus memutuskan untuk kembali ke Yudea, meskipun ada ancaman terhadap nyawa-Nya.
- Frasa "mari kita kembali" menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya memanggil murid-murid-Nya untuk pergi, tetapi Ia sendiri memimpin perjalanan itu.
- Ini menegaskan bahwa Yesus berjalan dengan kesadaran penuh akan misi-Nya, tanpa takut pada rencana manusia.
John MacArthur menekankan bahwa Yesus tidak pernah mundur dari tugas yang telah ditetapkan oleh Bapa. Ia menulis:"Yesus tidak menghindari penderitaan, tetapi dengan berani maju karena mengetahui bahwa rencana Allah pasti akan digenapi."
2. Murid-Murid yang Takut (Yohanes 11:8)
Murid-murid Yesus menunjukkan ketakutan yang manusiawi.
- Mereka mengingat bagaimana orang-orang Yahudi sebelumnya telah berusaha membunuh Yesus, dan mereka khawatir akan keselamatan-Nya (dan mereka sendiri).
- Ini menunjukkan perbedaan antara keberanian Yesus dan ketakutan murid-murid-Nya.
R.C. Sproul mencatat bahwa murid-murid masih belum memahami bahwa tidak ada yang bisa menyentuh Yesus sebelum waktu-Nya tiba. Ia menulis:"Murid-murid melihat bahaya secara fisik, tetapi Yesus melihat tujuan rohani yang lebih besar. Mereka belum sepenuhnya memahami bahwa Yesus harus mati di waktu dan tempat yang telah ditentukan."
3. “Bukankah Ada Dua Belas Jam dalam Sehari?” (Yohanes 11:9-10)
Yesus memberikan ilustrasi tentang terang dan kegelapan untuk menjelaskan bahwa waktu-Nya belum habis.
- Dua belas jam dalam sehari merujuk pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah untuk pelayanan Yesus.
- Siapa yang berjalan dalam terang tidak akan tersandung berarti bahwa Yesus akan aman selama Ia berjalan dalam kehendak Bapa.
John Calvin menjelaskan bahwa Yesus menegaskan bahwa Ia tidak akan mati sebelum pekerjaan-Nya selesai:"Selama kita berjalan dalam kehendak Tuhan, kita tidak perlu takut pada bahaya. Waktu kita ada di tangan-Nya."
4. “Lazarus Telah Tertidur” (Yohanes 11:11-14)
Yesus menyebut kematian Lazarus sebagai tidur, yang menunjukkan bahwa kematian bagi orang percaya bukanlah akhir, tetapi hanya sementara.
John MacArthur menekankan bahwa Yesus menggunakan bahasa ini untuk menunjukkan kuasa-Nya atas kematian:"Bagi Kristus, membangkitkan Lazarus semudah membangunkan seseorang dari tidur. Ini adalah bukti kuasa kebangkitan-Nya."
5. “Aku Bersukacita karena Aku Tidak Ada di Sana” (Yohanes 11:15)
Yesus mengatakan bahwa Ia bersukacita karena mujizat ini akan memperkuat iman murid-murid-Nya.
- Penundaan-Nya bukan karena ketidakpedulian, tetapi karena rencana yang lebih besar untuk menyatakan kemuliaan Allah.
- Penderitaan sering kali digunakan Allah untuk membangun iman umat-Nya.
R.C. Sproul menekankan bahwa iman kita sering kali bertumbuh melalui ujian dan kesulitan:"Tuhan tidak selalu menjawab doa kita segera, tetapi dalam waktu-Nya yang sempurna, Ia menyatakan kemuliaan-Nya lebih besar dari yang kita bayangkan."
6. Tomas yang Berani (Yohanes 11:16)
Tomas, yang sering dikenal karena keraguannya, menunjukkan sikap berani di sini.
- “Marilah kita juga pergi supaya kita dapat mati bersama-Nya” menunjukkan kesetiaan Tomas kepada Yesus, meskipun ia mungkin belum sepenuhnya memahami rencana Allah.
- Ini mengingatkan bahwa murid-murid Yesus, meskipun memiliki kelemahan, tetap ingin mengikuti-Nya dengan setia.
Leon Morris mencatat bahwa Tomas memiliki komitmen yang kuat, meskipun masih memiliki kebingungan rohani:"Iman Tomas belum sempurna, tetapi kesetiaannya kepada Yesus tidak diragukan. Dia lebih memilih mati bersama Yesus daripada meninggalkan-Nya."
Kesimpulan
- Yesus menunjukkan keberanian dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, meskipun ada ancaman bahaya.
- Kematian bukanlah akhir bagi orang percaya, tetapi hanya seperti tidur.
- Waktu Allah selalu sempurna, bahkan jika itu tidak sesuai dengan pemahaman manusia.
- Kesetiaan kepada Kristus membutuhkan keberanian, meskipun kita belum memahami seluruh rencana-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengandalkan waktu Allah, tidak takut menghadapi tantangan, dan tetap setia kepada Kristus dalam segala keadaan.