Menjauhi Kebenaran Diri Sendiri dalam Kristen

Menjauhi Kebenaran Diri Sendiri dalam Kristen

Pendahuluan:

Salah satu bahaya terbesar dalam kehidupan rohani adalah kebenaran diri sendiri (self-righteousness). Kebenaran diri sendiri adalah keyakinan bahwa kita benar di hadapan Allah berdasarkan usaha, moralitas, atau perbuatan baik kita sendiri.

Dalam teologi Reformed, kita diajarkan bahwa manusia sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah untuk keselamatan. Tidak ada satu pun manusia yang benar di hadapan Allah berdasarkan perbuatannya sendiri. Para teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper menekankan bahwa keselamatan hanya diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan karena usaha atau kebajikan kita sendiri.

Artikel ini akan membahas bahaya kebenaran diri sendiri, bagaimana Alkitab memperingatkan kita tentang hal ini, dan bagaimana kita dapat hidup dalam kebenaran yang sejati berdasarkan anugerah Allah.

1. Apa Itu Kebenaran Diri Sendiri?

A. Definisi Kebenaran Diri Sendiri

Kebenaran diri sendiri adalah sikap menganggap diri lebih benar atau lebih baik dibandingkan orang lain berdasarkan moralitas atau perbuatan kita.

Orang yang memiliki kebenaran diri sendiri:

  • Percaya bahwa perbuatan baiknya membuatnya lebih diterima oleh Allah.
  • Merasa lebih rohani atau lebih unggul dari orang lain.
  • Sulit menerima kritik atau koreksi dari orang lain.
  • Cenderung menghakimi orang lain yang tidak memenuhi standar moral atau agamanya.

Yesus mengecam sikap ini dalam Lukas 18:9-14, dalam perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai:"Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: ‘Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.'" (Lukas 18:11)

Sebaliknya, pemungut cukai yang sadar akan dosanya berdoa:"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!" (Lukas 18:13)

Yesus menegaskan bahwa pemungut cukai yang rendah hati itu dibenarkan oleh Allah, bukan orang Farisi yang sombong.

B. Sumber Kebenaran Diri Sendiri

Kebenaran diri sendiri dapat muncul dari berbagai sumber, seperti:

  1. Ketaatan Agama yang Didasarkan pada Usaha Sendiri
    • Orang berpikir bahwa ibadahnya, doa, puasa, dan amal membuatnya lebih dekat dengan Tuhan dibandingkan orang lain.
  2. Perbandingan dengan Orang Lain
    • Merasa lebih baik daripada mereka yang gagal secara moral atau kurang aktif dalam kehidupan rohani.
  3. Kesombongan Rohani
    • Menganggap diri lebih paham tentang doktrin atau lebih dekat dengan Tuhan dibandingkan orang lain.

Charles Spurgeon memperingatkan: "Tidak ada dosa yang lebih berbahaya daripada merasa diri lebih benar dari yang sebenarnya. Itu adalah jubah kesalehan yang dipakai oleh kebanggaan." 

2. Mengapa Kebenaran Diri Sendiri Itu Berbahaya?

A. Menghalangi Kita untuk Melihat Kebutuhan akan Anugerah Allah

Alkitab jelas menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak ada yang benar di hadapan Allah berdasarkan perbuatannya sendiri.

Roma 3:10-12 berkata:"Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak."

Kebenaran diri sendiri membuat kita lupa bahwa kita membutuhkan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat.

B. Menghasilkan Kesombongan Rohani dan Penghakiman terhadap Orang Lain

Orang yang memiliki kebenaran diri sendiri cenderung menghakimi dan merendahkan orang lain.

Yesus berkata dalam Matius 7:3-5:"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, padahal balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"

R.C. Sproul menegaskan bahwa:"Orang yang benar-benar mengenal Allah akan semakin sadar akan ketidaklayakannya, bukan semakin merasa dirinya benar."

Kebenaran diri sendiri menjauhkan kita dari kasih dan belas kasihan kepada sesama.

C. Menghancurkan Hubungan dengan Allah dan Sesama

Yesus mengecam keras orang-orang Farisi karena kemunafikan mereka yang lebih fokus pada ritual daripada hati yang benar di hadapan Allah (Matius 23:27-28).

Kebenaran diri sendiri membuat seseorang lebih peduli pada citra agamanya daripada hubungan yang sejati dengan Tuhan dan sesama.

3. Bagaimana Melarikan Diri dari Kebenaran Diri Sendiri?

A. Mengakui Ketidaklayakan Kita di Hadapan Allah

Langkah pertama untuk menjauhi kebenaran diri sendiri adalah menyadari bahwa kita semua adalah orang berdosa yang hanya diselamatkan oleh anugerah Allah.

Yesaya 64:6 berkata:"Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor."

John Calvin menulis:"Semakin kita melihat kemuliaan Allah, semakin kita menyadari betapa kita jauh dari standar kekudusan-Nya."

B. Hidup dalam Injil, Bukan dalam Usaha Sendiri

Keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi anugerah yang diberikan melalui iman kepada Kristus.

Efesus 2:8-9 berkata:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

John Piper menekankan:"Kita tidak dibenarkan oleh kebaikan kita, tetapi oleh kebaikan Kristus yang diperhitungkan kepada kita melalui iman."

Kita harus hidup setiap hari dalam kesadaran bahwa kita bergantung sepenuhnya pada anugerah Kristus.

C. Mengembangkan Sikap Rendah Hati dan Kasih

Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah tanda orang yang benar-benar mengenal Tuhan.

Filipi 2:3 berkata:"Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri."

Jonathan Edwards menulis:"Orang yang benar-benar rendah hati tidak akan membandingkan dirinya dengan orang lain, tetapi akan terus menerus mencari kasih karunia Tuhan untuk bertumbuh dalam iman."

D. Menghormati dan Melayani Orang Lain dengan Kasih

Alih-alih merasa lebih baik dari orang lain, kita harus menghormati mereka dan melayani dalam kasih.

Yesus berkata dalam Markus 10:45:"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Charles Spurgeon berkata:"Kasih sejati tidak meninggikan diri, tetapi selalu mencari cara untuk membangun orang lain."

Kesimpulan: Menjalani Hidup dalam Anugerah Allah

Kebenaran diri sendiri adalah sikap yang berbahaya, karena itu:

  1. Menghalangi kita untuk melihat kebutuhan kita akan anugerah Allah.
  2. Menyebabkan kesombongan rohani dan penghakiman terhadap orang lain.
  3. Menghancurkan hubungan kita dengan Allah dan sesama.

Sebaliknya, kita dipanggil untuk:

  • Menyadari bahwa kita diselamatkan hanya oleh anugerah Allah.
  • Hidup dalam kerendahan hati dan kasih kepada sesama.
  • Menjadi hamba yang melayani, bukan menghakimi.

Mari kita lari dari kebenaran diri sendiri dan hidup dalam kebenaran Kristus yang sejati! Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post