Penilaian Allah terhadap Manusia
Pendahuluan:
Dalam teologi Reformed, pemahaman tentang bagaimana Allah menilai manusia sangat berkaitan dengan doktrin-doktrin utama seperti kejatuhan manusia, keselamatan oleh anugerah, dan kemuliaan Allah. Para pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan Charles Hodge, menekankan bahwa penilaian Allah terhadap manusia tidak bergantung pada standar manusia, melainkan pada kebenaran-Nya yang mutlak. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana Allah memandang manusia dari sudut pandang teologi Reformed serta implikasi doktrinalnya.
1. Kondisi Awal Manusia di Hadapan Allah
Teologi Reformed mengajarkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan baik dan benar. Dalam Kejadian 1:26-27, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Menurut Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics, penciptaan manusia dalam rupa Allah berarti manusia diciptakan dengan kesadaran moral, rasionalitas, dan kapasitas untuk berelasi dengan Allah.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa manusia pada awalnya diciptakan dalam keadaan yang benar di hadapan Allah, tetapi tidak dalam kondisi yang tidak bisa berdosa (posse peccare). Manusia memiliki kebebasan sejati tetapi tetap dalam ketundukan kepada kehendak Allah. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang bermartabat karena diciptakan menurut gambar Allah, tetapi tetap bergantung kepada-Nya.
Namun, bagaimana Allah memandang manusia setelah kejatuhan?
2. Penilaian Allah terhadap Manusia setelah Kejatuhan
Setelah kejatuhan dalam dosa, hubungan manusia dengan Allah mengalami perubahan drastis. Roma 3:23 menyatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Para teolog Reformed memahami bahwa dosa bukan hanya tindakan individu, tetapi juga kondisi natur manusia yang telah rusak secara total (total depravity).
a. Kerusakan Total (Total Depravity)
Doktrin total depravity mengajarkan bahwa manusia telah jatuh sepenuhnya ke dalam dosa sehingga segala aspek kehidupannya telah terpengaruh, termasuk akal budi, kehendak, dan emosi. Charles Hodge menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki imago Dei, tetapi dalam keadaan yang telah tercemar oleh dosa. Akibatnya, manusia secara alami cenderung menolak Allah dan memberontak terhadap hukum-Nya.
R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menegaskan bahwa dosa membuat manusia tidak dapat melakukan perbuatan baik yang sejati di hadapan Allah. Sproul menggambarkan dosa bukan sekadar pelanggaran moral, tetapi sebuah pemberontakan serius terhadap kekudusan Allah.
Yesaya 64:6 mengatakan, "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun, dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun yang layu dibawa angin." Ayat ini menunjukkan bahwa bahkan perbuatan baik manusia yang tampak saleh di mata dunia tetap tercemar oleh dosa di hadapan Allah yang kudus.
3. Bagaimana Allah Menilai Manusia dalam Kristus?
Meskipun manusia berada dalam kondisi berdosa, kasih karunia Allah memberikan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus. Doktrin justification by faith alone (pembenaran oleh iman saja) merupakan inti dari ajaran Reformasi yang menunjukkan bagaimana Allah menilai manusia dalam Kristus.
a. Kebenaran Kristus Diperhitungkan kepada Orang Percaya
John Calvin dalam Institutes menekankan bahwa manusia tidak dibenarkan oleh usaha atau perbuatan baiknya, tetapi hanya oleh iman kepada Kristus. Allah memandang orang percaya sebagai benar bukan karena mereka benar dalam diri mereka sendiri, tetapi karena mereka menerima kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka (imputed righteousness).
Roma 5:1 mengatakan, "Sebab itu, karena kita telah dibenarkan oleh iman, maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh Tuhan kita, Yesus Kristus."
Herman Bavinck menambahkan bahwa dalam doktrin pembenaran, Allah tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga memberikan status baru kepada orang percaya sebagai anak-anak Allah. Hal ini berarti bahwa Allah melihat orang percaya dalam terang karya Kristus, bukan dalam natur mereka yang berdosa.
b. Hidup Baru dalam Kekudusan
Meskipun manusia dibenarkan oleh iman, mereka juga dipanggil untuk hidup dalam kekudusan (sanctification). Dalam Efesus 2:10, dikatakan bahwa kita adalah ciptaan baru dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menekankan bahwa pengudusan adalah proses di mana Allah terus membentuk umat-Nya agar semakin serupa dengan Kristus. Ini adalah bukti nyata bahwa seseorang telah menerima kasih karunia Allah dan mengalami transformasi hidup yang sejati.
4. Implikasi Penilaian Allah terhadap Manusia
a. Kerendahan Hati dan Ketergantungan kepada Anugerah
Pemahaman bahwa Allah menilai manusia berdasarkan kebenaran Kristus, bukan usaha manusia, seharusnya membuat kita rendah hati. Kita tidak dapat membanggakan diri atas keselamatan kita, tetapi hanya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan anugerah-Nya.
Efesus 2:8-9 menegaskan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
b. Misi dan Panggilan untuk Memberitakan Injil
Karena Allah telah menyatakan belas kasih-Nya kepada kita, kita dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada dunia. John Piper dalam Let the Nations Be Glad! menegaskan bahwa misi utama gereja adalah membawa berita keselamatan ini kepada semua bangsa, karena penilaian Allah terhadap manusia tanpa Kristus adalah hukuman kekal.
Matius 28:19-20 memberikan amanat agung untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus, yang merupakan bagian dari tanggung jawab orang percaya dalam merespons anugerah Allah.
c. Hidup dengan Perspektif Kekekalan
Teologi Reformed mengajarkan bahwa hidup manusia bukan hanya tentang dunia ini, tetapi juga tentang kemuliaan Allah yang kekal. Jonathan Edwards dalam khotbahnya Sinners in the Hands of an Angry God mengingatkan bahwa setiap manusia akan menghadapi penghakiman Allah, dan satu-satunya harapan adalah dalam Kristus.
2 Korintus 5:10 mengatakan, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat."
Kesimpulan: Bagaimana Allah Menilai Manusia?
Berdasarkan teologi Reformed, Allah menilai manusia dalam tiga tahap utama:
- Dalam penciptaan, manusia adalah makhluk yang mulia karena diciptakan menurut gambar Allah.
- Setelah kejatuhan, manusia berada dalam kondisi dosa total dan kehilangan kemuliaan Allah.
- Dalam Kristus, Allah melihat orang percaya sebagai benar karena kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka.
Pemahaman ini membawa implikasi praktis bagi setiap orang percaya: kita harus hidup dengan penuh kerendahan hati, mengandalkan anugerah Allah, dan terus mengabarkan Injil kepada dunia. Karena pada akhirnya, penilaian Allah adalah satu-satunya yang benar dan kekal.