Yohanes 12:34: Pertanyaan Ulang tentang Yesus

Yohanes 12:34: Pertanyaan Ulang tentang Yesus

Pendahuluan:

Dalam Yohanes 12:34, kita menemukan suatu pertanyaan yang diajukan oleh orang banyak kepada Yesus:

"Orang banyak itu menjawab Dia, ‘Kami telah mendengar dari Hukum Taurat bahwa Kristus akan tetap tinggal selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau berkata, ‘Anak Manusia itu harus ditinggikan?’ Siapakah Anak Manusia itu?’” (Yohanes 12:34, AYT).

Ayat ini muncul dalam konteks menjelang penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Orang banyak yang mengikuti-Nya mulai mempertanyakan konsep tentang Mesias yang mereka pahami dari Hukum Taurat dengan apa yang Yesus ajarkan tentang diri-Nya sendiri.

Dalam artikel ini, kita akan menelaah ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada berbagai pandangan pakar teologi seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof.

1. Perspektif Teologi Reformed terhadap Yohanes 12:34

Teologi Reformed menekankan kemutlakan rencana keselamatan Allah dan kedaulatan-Nya dalam karya penebusan. Yohanes 12:34 memberikan ruang untuk mendiskusikan beberapa doktrin utama dalam teologi Reformed, yaitu doktrin Mesias yang sejati, kemuliaan dalam penderitaan, dan kehendak Allah yang berdaulat.

A. Mesias yang Sejati: Menggenapi Perjanjian Lama

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa orang Yahudi pada zaman Yesus memiliki ekspektasi tentang Mesias sebagai seorang pemimpin politik dan pembebas nasional. Mereka memahami nubuat Perjanjian Lama dengan cara yang literal, mengharapkan Mesias yang akan mendirikan kerajaan duniawi dan tidak mengalami kematian.

Namun, Yesus datang bukan untuk mendirikan kerajaan duniawi, melainkan untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah penggenapan sejati dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama, seperti dalam Yesaya 53 dan Daniel 7:13-14.

John Calvin dalam Commentary on John menyatakan bahwa orang banyak dalam Yohanes 12:34 gagal memahami bahwa Yesus bukan hanya Mesias dalam arti raja duniawi, tetapi juga sebagai Anak Manusia yang akan ditinggikan di kayu salib demi keselamatan dunia.

B. Kemuliaan dalam Penderitaan: Paradoks Salib

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menekankan bahwa kebingungan orang banyak dalam Yohanes 12:34 mencerminkan kegagalan manusia dalam memahami konsep theologia crucis—teologi salib.

Dalam teologi Reformed, kemuliaan Kristus tidak ditemukan dalam kejayaan duniawi, melainkan dalam penderitaan-Nya di kayu salib. Inilah paradoks Injil yang seringkali sulit dipahami:

  • Yesus "ditinggikan" bukan dalam arti naik takhta duniawi, tetapi dalam penderitaan salib dan kebangkitan-Nya (Filipi 2:8-9).
  • Pengorbanan-Nya justru adalah kemenangan terbesar dalam sejarah keselamatan.

John Calvin juga menegaskan bahwa dalam penderitaan Kristus, kita melihat kebijaksanaan dan keadilan Allah. Mesias yang sejati harus terlebih dahulu menderita sebelum masuk ke dalam kemuliaan-Nya (Lukas 24:26).

C. Kedaulatan Allah dalam Rencana Keselamatan

Salah satu pilar utama dalam teologi Reformed adalah kedaulatan Allah dalam rencana keselamatan. Yohanes 12:34 menunjukkan bagaimana manusia sering kali tidak memahami kehendak Allah yang berdaulat.

Yesus tidak sekadar mengajarkan tentang penderitaan-Nya; Dia juga menunjukkan bahwa penderitaan-Nya adalah bagian dari rencana kekal Allah. Seperti dalam Yesaya 53:10, dikatakan bahwa "TUHAN berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan."

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa dalam Yohanes 12, kita melihat bagaimana rencana keselamatan Allah berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya, bukan ekspektasi manusia. Allah telah menetapkan bahwa melalui salib, Kristus akan menarik semua orang kepada-Nya (Yohanes 12:32).

John Calvin juga mengomentari bahwa kebingungan orang banyak dalam Yohanes 12:34 adalah bukti bahwa tanpa anugerah Roh Kudus, manusia tidak dapat memahami misteri penebusan. Pemahaman yang sejati datang melalui pekerjaan Roh Kudus yang membuka hati manusia untuk menerima Injil.

II. Makna Teologis Yohanes 12:34 dalam Perspektif Teologi Reformed

Pertanyaan yang muncul dalam ayat ini menunjukkan kebingungan orang banyak mengenai Mesias yang mereka harapkan. Mereka memahami dari hukum Taurat bahwa Mesias akan memerintah selamanya, tetapi Yesus berbicara tentang penderitaan dan kematian-Nya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini memiliki makna mendalam tentang pemahaman Kristologi, doktrin keselamatan, dan hubungan antara Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Kristus.

1. Kristologi: Identitas Yesus sebagai Anak Manusia

Salah satu isu utama dalam Yohanes 12:34 adalah pertanyaan tentang identitas Yesus sebagai "Anak Manusia." Dalam pemikiran Reformed, konsep Anak Manusia tidak hanya merujuk pada kemanusiaan Yesus tetapi juga pada status-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan.

John Calvin dalam Commentary on John menjelaskan bahwa pertanyaan orang banyak menunjukkan kesalahpahaman mereka tentang Mesias. Mereka memahami Mesias dalam pengertian politik sebagai raja yang akan memerintah secara permanen, sesuai dengan nubuat dalam Mazmur 89:36-37 dan Yesaya 9:7. Namun, mereka gagal melihat bahwa Mesias juga harus menderita sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 53. Calvin menekankan bahwa Yesus sebagai Anak Manusia bukan hanya seorang pemimpin duniawi, tetapi Raja Surgawi yang akan menjalankan pemerintahan kekal melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

2. Doktrin Salib: Anak Manusia Harus Ditinggikan

Frasa “Anak Manusia itu harus ditinggikan” dalam Yohanes 12:34 merujuk pada kematian Yesus di kayu salib. Dalam teologi Reformed, doktrin salib merupakan pusat dari rencana keselamatan Allah.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa penebusan hanya mungkin melalui salib karena manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dalam Yohanes 3:14, Yesus sebelumnya sudah menyatakan bahwa Anak Manusia harus ditinggikan seperti Musa meninggikan ular di padang gurun (Bilangan 21:9). Penggunaan istilah "ditinggikan" (Yunani: hypsōthēnai) dalam Injil Yohanes memiliki dua makna:

  1. Secara fisik, menunjuk pada pengangkatan Yesus di kayu salib.
  2. Secara eskatologis, menunjuk pada kemuliaan Yesus setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga.

Para teolog Reformed melihat bahwa kemuliaan Kristus tidak terpisah dari penderitaan-Nya. R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa paradoks kekristenan adalah bahwa kemuliaan terbesar Yesus justru terungkap dalam penderitaan-Nya di kayu salib. Orang banyak dalam Yohanes 12:34 tidak dapat memahami bagaimana Mesias dapat menderita dan mati, tetapi dalam rencana Allah, kematian inilah yang membawa keselamatan bagi dunia.

3. Kesalahpahaman Mesianik dalam Konteks Perjanjian Lama

Orang banyak dalam Yohanes 12:34 mengacu pada hukum Taurat yang mereka yakini menyatakan bahwa Mesias akan tinggal selama-lamanya. Mereka kemungkinan mengacu pada ayat-ayat seperti:

  • Mazmur 110:4"TUHAN telah bersumpah dan tidak akan menyesal: Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."
  • Daniel 7:13-14"Anak Manusia datang ... kekuasaan-Nya adalah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan berlalu."

Namun, mereka gagal memahami bahwa Perjanjian Lama juga menubuatkan penderitaan Mesias, seperti dalam Yesaya 53 dan Mazmur 22. Dalam perspektif teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak dapat memahami kebenaran Injil.

Jonathan Edwards dalam The History of Redemption menekankan bahwa kesalahan orang banyak adalah hasil dari hati yang keras dan ketidakmampuan mereka untuk menerima wahyu progresif Allah. Mereka memiliki pemahaman selektif tentang Kitab Suci, hanya menerima aspek kemuliaan Mesias tanpa memahami penderitaan-Nya yang terlebih dahulu harus terjadi.

4. Doktrin Anugerah: Keselamatan Melalui Penerimaan Yesus

Orang banyak dalam Yohanes 12:34 mewakili banyak orang sepanjang sejarah yang tidak dapat menerima Injil karena keterbatasan manusia berdosa. Dalam teologi Reformed, hanya anugerah Allah yang dapat membuka mata seseorang untuk memahami kebenaran Injil.

John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa manusia secara alami menolak Kristus karena mereka lebih mencintai dunia. Yohanes 12:35-36 selanjutnya menunjukkan bagaimana Yesus mengundang mereka untuk berjalan dalam terang sebelum kegelapan datang, menekankan urgensi iman. Dalam doktrin Reformed, hanya mereka yang dipilih Allah yang akan benar-benar memahami dan menerima kebenaran tentang Yesus sebagai Mesias yang menderita dan bangkit.

Kesimpulan

Yohanes 12:34 menunjukkan kontras antara pemahaman manusia tentang Mesias dan rencana Allah yang sebenarnya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan beberapa kebenaran utama:

  1. Kristologi: Yesus sebagai Anak Manusia bukan hanya raja duniawi, tetapi Raja Surgawi yang kekal.
  2. Doktrin Salib: Penderitaan Yesus di kayu salib adalah bagian dari rencana kekal Allah untuk menebus dosa manusia.
  3. Kesalahpahaman Mesianik: Tanpa anugerah Allah, manusia cenderung memahami Injil secara selektif dan salah.
  4. Doktrin Anugerah: Keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman kepada Yesus yang telah dinyatakan oleh Allah melalui karya Roh Kudus.

Melalui Yohanes 12:34, kita diingatkan bahwa menerima Kristus bukan hanya berarti mengakui kemuliaan-Nya, tetapi juga menerima salib-Nya. Hanya dengan demikian seseorang dapat masuk ke dalam kehidupan kekal yang sejati.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post