2 Korintus 3:6-8: Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus sangat kaya akan doktrin teologis yang mendalam. Dalam 2 Korintus 3:6-8, Paulus membandingkan pelayanan Perjanjian Lama dengan pelayanan Perjanjian Baru. Dia menyoroti bagaimana hukum yang tertulis pada loh batu dalam Perjanjian Lama membawa kepada kematian, sedangkan pelayanan Perjanjian Baru oleh Roh Kudus membawa kepada kehidupan.
Eksposisi ini akan membahas makna teologis dari ayat-ayat ini dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
Eksposisi 2 Korintus 3:6-8
1. Pelayan Perjanjian Baru: Roh Menghidupkan (2 Korintus 3:6)
"Yang telah membuat kami mampu menjadi pelayan-pelayan Perjanjian Baru, bukan menurut huruf, tetapi dari Roh. Sebab, huruf itu mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (2 Korintus 3:6, AYT)
Paulus menegaskan bahwa dia dan para rasul lainnya telah diangkat oleh Allah untuk menjadi pelayan Perjanjian Baru. Kata Yunani untuk pelayan di sini adalah διάκονος (diakonos), yang berarti "pelayan" atau "hamba." Ini menunjukkan bahwa peran mereka bukanlah sebagai penegak hukum, melainkan sebagai pembawa Injil anugerah.
John Calvin dalam komentarnya menjelaskan bahwa "huruf yang mematikan" mengacu pada Hukum Taurat, yang tidak bisa memberikan kehidupan, tetapi hanya mengungkapkan dosa manusia dan menuntut keadilan. Namun, pelayanan Perjanjian Baru bekerja melalui Roh Kudus yang menanamkan hukum dalam hati orang percaya, membawa mereka kepada kehidupan yang baru di dalam Kristus.
Louis Berkhof menekankan bahwa hukum tidak bisa menyelamatkan manusia, tetapi hanya menunjukkan kebutuhan manusia akan Juruselamat. Roh Kudus, sebaliknya, memberikan kelahiran baru (regenerasi) dan memungkinkan manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Herman Bavinck mengaitkan ayat ini dengan doktrin anugerah yang mengubahkan (transforming grace). Hukum Taurat sendiri adalah baik, tetapi karena dosa manusia, hukum itu tidak bisa menyelamatkan. Roh Kudus bekerja di dalam hati manusia, memberikan iman dan pertobatan, sehingga seseorang dapat hidup dalam kebenaran.
2. Pelayanan yang Membawa Kematian: Kemuliaan yang Memudar (2 Korintus 3:7)
"Namun, jika pelayanan yang membawa kepada kematian, yang dengan huruf-huruf ditulis pada loh batu itu datang dengan kemuliaan, sampai-sampai bangsa Israel tidak bisa menatap wajah Musa karena kemuliaan itu, padahal saat itu kemuliaannya sudah memudar," (2 Korintus 3:7, AYT)
Paulus menyebut Perjanjian Lama sebagai "pelayanan yang membawa kepada kematian." Mengapa? Karena hukum yang tertulis pada loh batu (Sepuluh Perintah Allah) menuntut ketaatan sempurna dan mengakibatkan hukuman bagi mereka yang melanggarnya. Tidak ada manusia yang dapat menaati hukum sepenuhnya, sehingga hasil akhirnya adalah kutukan dan kematian rohani (Roma 6:23).
R.C. Sproul menyoroti bahwa hukum Taurat adalah refleksi dari kekudusan Allah, dan karena manusia telah jatuh dalam dosa, mereka tidak dapat memenuhinya. Oleh karena itu, hukum itu mengutuk manusia karena dosa-dosanya. Namun, hukum Taurat juga memiliki kemuliaan, karena itu diberikan oleh Allah sendiri.
John Calvin menjelaskan bahwa kemuliaan Musa ketika ia turun dari Gunung Sinai adalah kemuliaan yang sementara. Ini melambangkan bahwa Perjanjian Lama bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sementara sampai datangnya Kristus yang membawa kemuliaan yang lebih besar. Kemuliaan Perjanjian Lama bersifat memudar, sedangkan kemuliaan Injil bersifat kekal.
Louis Berkhof juga menekankan bahwa pelayanan Perjanjian Lama adalah bayangan dari realitas yang akan datang di dalam Kristus. Dengan kata lain, hukum Taurat bukanlah tujuan akhir, tetapi hanyalah pendahuluan dari rencana keselamatan yang lebih besar dalam Injil.
3. Pelayanan Roh yang Lebih Mulia (2 Korintus 3:8)
"Bukankah pelayanan Roh memiliki kemuliaan yang bahkan lebih besar lagi?" (2 Korintus 3:8, AYT)
Paulus membandingkan kemuliaan Perjanjian Lama dengan kemuliaan Perjanjian Baru. Jika hukum Taurat yang membawa kematian saja memiliki kemuliaan, berapa lebih besarnya kemuliaan Injil yang membawa kehidupan!
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa kemuliaan Perjanjian Baru lebih besar karena Yesus Kristus telah menggenapi seluruh hukum Taurat dan memperkenalkan perjanjian yang lebih baik. Darah Kristus menggantikan sistem korban dalam hukum Musa dan memberikan keselamatan yang sempurna.
R.C. Sproul menekankan bahwa Roh Kudus adalah pemberi kehidupan. Roh Kudus bekerja dalam hati orang percaya, membawa mereka kepada iman dan ketaatan sejati, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan di bawah hukum Taurat.
John Calvin dalam komentarnya juga menyatakan bahwa kemuliaan Perjanjian Baru terletak dalam fakta bahwa Roh Kudus diberikan kepada semua orang percaya, bukan hanya kepada beberapa individu tertentu seperti dalam Perjanjian Lama. Ini adalah penggenapan janji Allah dalam Yeremia 31:33, bahwa hukum-Nya akan ditulis di dalam hati manusia.
Perbandingan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Dari eksposisi di atas, kita bisa melihat beberapa perbedaan utama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:
Perjanjian Lama | Perjanjian Baru |
---|---|
Ditulis pada loh batu | Ditulis dalam hati oleh Roh Kudus |
Membawa kematian karena menuntut ketaatan sempurna | Membawa kehidupan karena diberikan oleh anugerah |
Hanya bayangan dari kebenaran yang akan datang | Penggenapan dalam Yesus Kristus |
Kemuliaannya bersifat sementara dan memudar | Kemuliaannya kekal dan tidak berkesudahan |
Tidak dapat menyelamatkan manusia | Membawa keselamatan oleh iman dalam Kristus |
Makna Teologis 2 Korintus 3:6-8: Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Dalam 2 Korintus 3:6-8, Rasul Paulus membandingkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, menekankan bahwa pelayanan Perjanjian Baru memiliki kemuliaan yang lebih besar karena dikerjakan oleh Roh Kudus. Paulus menyoroti bahwa hukum yang tertulis pada loh batu membawa kematian, sedangkan Roh memberi kehidupan. Perikop ini memiliki makna teologis yang mendalam, dan beberapa pakar teologi memberikan pandangan mereka tentang perbedaan antara kedua perjanjian ini.
1. Perjanjian Lama: Hukum yang Mematikan
Paulus menyebut hukum Taurat sebagai sesuatu yang tertulis pada loh batu dan membawa kematian (2 Korintus 3:7). John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa hukum Taurat itu sendiri adalah baik, tetapi manusia yang berdosa tidak mampu memenuhinya, sehingga hukum itu justru mengungkap dosa dan membawa penghukuman.
F.F. Bruce menambahkan bahwa hukum Taurat diberikan sebagai standar kebenaran Allah, tetapi juga sebagai sarana untuk menunjukkan kebutuhan manusia akan keselamatan yang hanya dapat diberikan melalui Kristus (Roma 3:20). Oleh karena itu, hukum menjadi sarana penghukuman, bukan keselamatan.
2. Perjanjian Baru: Roh yang Menghidupkan
Dalam 2 Korintus 3:6, Paulus menulis, “Sebab, huruf itu mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” Augustine dari Hippo menjelaskan bahwa ini bukan berarti hukum Taurat salah, tetapi bahwa tanpa Roh Kudus, hukum hanya membawa kesadaran akan dosa tanpa memberikan kuasa untuk mengatasinya. Roh Kuduslah yang memberi kehidupan dan memungkinkan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan sejati kepada Allah.
Wayne Grudem dalam Systematic Theology menyatakan bahwa Perjanjian Baru berfokus pada pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya, yang menghasilkan transformasi batiniah. Tidak seperti hukum yang hanya menuntut dari luar, Roh Kudus mengubah hati manusia sehingga mereka dapat menaati Allah dengan kasih dan kesukacitaan.
3. Kemuliaan yang Memudar vs. Kemuliaan yang Kekal
Paulus juga membandingkan kemuliaan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Ia merujuk pada Musa yang menerima hukum di Gunung Sinai, di mana wajahnya bersinar dengan kemuliaan setelah bertemu Allah (Keluaran 34:29-35). Namun, kemuliaan itu memudar seiring waktu.
D.A. Carson menjelaskan bahwa kemuliaan Perjanjian Lama bersifat sementara dan menunjuk kepada sesuatu yang lebih besar, yaitu Kristus. Dalam Perjanjian Baru, kemuliaan itu tidak memudar karena berasal dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya.
John Stott menambahkan bahwa Perjanjian Baru memiliki kemuliaan yang lebih besar karena tidak hanya membawa perintah, tetapi juga menyediakan kuasa untuk menaatinya. Kemuliaan ini tidak bersifat eksternal seperti pada Musa, tetapi internal dan kekal dalam hidup orang percaya.
Aplikasi Teologis bagi Orang Percaya
Dari eksposisi ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
-
Keselamatan hanya oleh anugerah melalui iman kepada Kristus
- Kita tidak diselamatkan oleh usaha menaati hukum Taurat, tetapi oleh iman dalam Yesus Kristus (Efesus 2:8-9).
-
Hukum Allah tetap penting, tetapi tidak menyelamatkan
- Hukum Taurat tetap memiliki nilai sebagai standar kekudusan, tetapi hanya Roh Kudus yang bisa memberi kita kekuatan untuk menaati-Nya.
-
Hidup dalam Roh membawa kebebasan
- Sebagai orang percaya, kita hidup di bawah hukum kasih karunia, di mana kita dikuatkan oleh Roh Kudus untuk melakukan kehendak Allah dengan sukacita.
-
Kemuliaan Injil lebih besar daripada hukum Taurat
- Kita dipanggil untuk hidup dalam terang Injil, di mana Kristus adalah pusat dari seluruh kehidupan kita.
Kesimpulan
Dalam 2 Korintus 3:6-8, Paulus dengan jelas menunjukkan perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hukum Taurat, meskipun berasal dari Allah, tidak dapat menyelamatkan manusia karena sifatnya yang hanya mengungkapkan dosa dan membawa kepada kematian. Sebaliknya, Injil membawa kehidupan dan kemuliaan yang lebih besar, karena Kristus telah menggenapi hukum Taurat dan memberikan Roh Kudus kepada kita.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kemuliaan Perjanjian Baru, di mana kita bukan lagi di bawah kutuk hukum, tetapi dalam kasih karunia Allah yang membebaskan.