2 Petrus 2:8: Hidup Kudus di Tengah Dunia yang Jahat

2 Petrus 2:8: Hidup Kudus di Tengah Dunia yang Jahat

Pendahuluan

Surat 2 Petrus 2:8 membahas tentang penderitaan seorang "orang benar" yang hidup di tengah-tengah kejahatan. Ayat ini berbunyi:

“Sebab orang benar itu hidup di tengah-tengah mereka setiap hari, dan jiwanya yang benar menderita karena melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan jahat yang dia lihat dan dengar.” (2 Petrus 2:8, AYT)

Ayat ini mengacu pada Lot, keponakan Abraham, yang tinggal di Sodom dan mengalami penderitaan batin karena menyaksikan kejahatan yang merajalela di kota itu. Lot digambarkan sebagai seorang yang benar, tetapi hidup di tengah-tengah lingkungan yang penuh dosa.

Bagaimana teologi Reformed memahami ayat ini? Bagaimana relevansinya bagi kehidupan Kristen saat ini? Artikel ini akan mengeksplorasi eksposisi ayat ini berdasarkan pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.

1. Konteks Historis dan Teologis 2 Petrus 2:8

Surat 2 Petrus ditulis untuk memperingatkan jemaat tentang guru-guru palsu dan perbuatan jahat yang mereka sebarkan. Petrus menyoroti contoh-contoh dari Perjanjian Lama untuk menunjukkan bagaimana Allah menghakimi orang fasik dan menyelamatkan orang benar.

Dalam pasal 2 ini, Petrus berbicara tentang Lot, yang tinggal di Sodom, sebuah kota yang dikenal karena kebejatan moralnya (Kejadian 19). Meskipun Lot disebut sebagai orang benar, ia menderita karena kejahatan di sekitarnya.

Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan orang benar tidak selalu bebas dari penderitaan, terutama ketika mereka hidup di dunia yang penuh dosa.

2. Tafsiran Teologi Reformed tentang 2 Petrus 2:8

A. John Calvin: Orang Benar dan Lingkungan Jahat

John Calvin dalam Commentary on the Second Epistle of Peter menafsirkan ayat ini dengan menekankan penderitaan batin yang dialami oleh Lot sebagai konsekuensi dari hidup di tengah-tengah orang fasik.

“Lot bukan hanya terganggu secara moral oleh dosa-dosa orang Sodom, tetapi ia juga mengalami penderitaan batin yang mendalam karena harus hidup di tengah kejahatan yang tak terkendali.”

Calvin menjelaskan bahwa seorang Kristen yang sejati tidak akan merasa nyaman ketika hidup dalam lingkungan yang penuh dosa. Sebaliknya, mereka akan merasakan penderitaan batin dan dorongan untuk tetap setia kepada Tuhan.

Dari pandangan ini, kita belajar bahwa orang percaya harus berhati-hati dalam memilih lingkungan mereka. Jika mereka terpaksa berada di lingkungan yang jahat, mereka harus tetap menjaga iman mereka dan tidak berkompromi dengan dosa.

B. Herman Bavinck: Pengudusan di Tengah Dunia yang Rusak

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bagaimana Lot, meskipun hidup di tengah Sodom, tetap dianggap sebagai orang benar. Ini menunjukkan prinsip teologi Reformed bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup kudus di dunia yang rusak.

“Allah tidak mengangkat umat-Nya dari dunia yang jatuh dalam dosa, tetapi Ia memanggil mereka untuk hidup dalam kekudusan meskipun mereka dikelilingi oleh kejahatan.”

Bavinck menegaskan bahwa penderitaan batin Lot bukan hanya tanda bahwa ia adalah orang benar, tetapi juga bukti bahwa Allah bekerja di dalam dirinya untuk memurnikan imannya.

Ini mengajarkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita harus siap mengalami penderitaan karena iman kita. Namun, penderitaan itu juga merupakan alat yang digunakan Allah untuk membentuk kita semakin serupa dengan Kristus.

C. R.C. Sproul: Lot sebagai Contoh Kehidupan Kristen di Dunia yang Jatuh

R.C. Sproul dalam The Holiness of God mengajarkan bahwa pengalaman Lot di Sodom adalah gambaran dari kehidupan Kristen di dunia yang sudah jatuh dalam dosa.

“Lot adalah contoh dari seorang percaya yang hidup dalam dunia yang jahat, tetapi tidak membiarkan dirinya sepenuhnya dikuasai oleh kejahatan itu.”

Sproul menekankan bahwa Lot tetap disebut sebagai orang benar bukan karena ia sempurna, tetapi karena anugerah Allah yang menjadikannya benar. Ini selaras dengan prinsip sola gratia dalam teologi Reformed, bahwa keselamatan dan pembenaran datang hanya karena anugerah Allah, bukan karena perbuatan manusia.

Dari sini, kita belajar bahwa meskipun kita hidup di dunia yang penuh dosa, kita tetap harus menjaga iman kita dan bersandar sepenuhnya kepada anugerah Tuhan.

3. Aplikasi bagi Orang Percaya Saat Ini

A. Menjaga Kekudusan di Tengah Dunia yang Jahat

Seperti Lot yang hidup di Sodom, kita juga hidup di dunia yang penuh dengan dosa. Tantangan kita adalah bagaimana tetap hidup dalam kekudusan tanpa berkompromi dengan nilai-nilai dunia.

  1. Menjaga hati dan pikiran dengan terus memperbarui diri dalam firman Tuhan (Roma 12:2).

  2. Menghindari pengaruh buruk yang dapat merusak iman kita (1 Korintus 15:33).

  3. Bersaksi tentang kebenaran Tuhan di tengah dunia yang gelap (Matius 5:16).

B. Menghadapi Penderitaan karena Iman

Penderitaan yang dialami Lot mengajarkan kita bahwa menjadi orang percaya sering kali berarti harus menghadapi penderitaan karena iman kita.

  1. Tetap setia dalam pencobaan, seperti yang dilakukan oleh Lot.

  2. Berdoa dan bersandar kepada Tuhan, karena hanya Dia yang dapat memberikan kekuatan (Filipi 4:13).

  3. Bergantung pada komunitas iman, agar kita tidak merasa sendirian dalam perjuangan kita.

C. Harapan akan Pembebasan dari Allah

Meskipun Lot hidup di tengah-tengah Sodom, Allah pada akhirnya menyelamatkannya. Ini mengajarkan bahwa Allah tidak membiarkan umat-Nya tenggelam dalam kejahatan dunia, tetapi akan membebaskan mereka pada waktunya.

Sebagai orang percaya, kita memiliki harapan yang sama:

“Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan menyimpan orang-orang jahat untuk dihukum pada hari penghakiman.” (2 Petrus 2:9)

Ini adalah penghiburan bagi kita bahwa Tuhan tetap berdaulat dan akan membela umat-Nya.

Kesimpulan

Dari eksposisi 2 Petrus 2:8 dalam perspektif teologi Reformed, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting:

  1. Lot sebagai gambaran orang percaya yang hidup di dunia yang jahat, tetapi tetap berusaha menjaga imannya.

  2. Penderitaan batin Lot menunjukkan bahwa orang benar tidak bisa nyaman dalam dosa, dan ini menjadi tanda pertumbuhan rohani.

  3. Orang percaya dipanggil untuk hidup kudus di dunia yang berdosa, sambil tetap mengandalkan anugerah Allah.

  4. Allah tidak membiarkan umat-Nya tenggelam dalam kejahatan dunia, tetapi akan membebaskan mereka pada waktu yang telah Ia tentukan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan di tengah dunia yang semakin jahat. Kita tidak boleh berkompromi dengan dosa, tetapi harus terus hidup dalam kekudusan dan berharap pada pembebasan dari Tuhan.

Next Post Previous Post