5 Mitos tentang Calvinisme yang Perlu Anda Ketahui

Pendahuluan
Calvinisme adalah salah satu sistem teologi yang paling sering disalahpahami dalam sejarah kekristenan. Berakar pada ajaran John Calvin (1509–1564) dan dikembangkan oleh para teolog Reformed setelahnya, Calvinisme menekankan kemahakuasaan Allah dalam keselamatan, otoritas Kitab Suci, dan pentingnya anugerah dalam kehidupan Kristen.
Namun, karena ajarannya yang mendalam dan kadang dianggap kontroversial, banyak kesalahpahaman berkembang di sekitar Calvinisme. Bahkan, beberapa orang Kristen menolak Calvinisme bukan karena mereka memahami apa yang sebenarnya diajarkan, tetapi karena mereka mempercayai mitos yang salah tentangnya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lima mitos umum tentang Calvinisme dan membandingkannya dengan ajaran teolog-teolog Reformed seperti R.C. Sproul, John Piper, J.I. Packer, dan Charles Spurgeon.
Mitos #1: Calvinisme Mengajarkan Bahwa Manusia adalah Robot
Klaim yang Salah
Salah satu mitos paling umum adalah bahwa Calvinisme mengajarkan manusia seperti robot yang tidak memiliki kehendak bebas, karena Allah telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi.
Menurut klaim ini, manusia hanyalah alat pasif dalam rencana Allah, tidak memiliki tanggung jawab moral, dan tidak bisa memilih apa pun dengan kehendak bebasnya.
Penjelasan yang Benar
Calvinisme tidak mengajarkan determinisme fatalistik, tetapi kehendak manusia yang telah jatuh dalam dosa.
Menurut John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion, kehendak manusia tidak dipaksa oleh Allah, tetapi diperbudak oleh dosa sejak kejatuhan di Taman Eden (Roma 3:10-12). Oleh karena itu, tanpa anugerah Allah, manusia tidak akan memilih untuk datang kepada Kristus.
R.C. Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa:
“Manusia tetap memiliki kehendak, tetapi kehendaknya telah dirusak oleh dosa. Jadi, ketika manusia bertindak, dia selalu memilih berdasarkan sifatnya. Dan karena sifat manusia berdosa, dia akan selalu memilih dosa kecuali Allah mengubahkan hatinya.”
Kesimpulannya, Calvinisme tidak menghilangkan kehendak manusia, tetapi menegaskan bahwa kehendak manusia yang telah jatuh hanya bisa dibebaskan oleh anugerah Allah.
Mitos #2: Calvinisme Menolak Penginjilan dan Misi
Klaim yang Salah
Beberapa orang percaya bahwa karena Calvinisme mengajarkan predestinasi (Allah telah memilih siapa yang akan diselamatkan), maka tidak perlu ada penginjilan dan misi, karena mereka yang telah ditentukan akan selamat tanpa usaha manusia.
Penjelasan yang Benar
Ajaran ini adalah kesalahpahaman total. Calvinisme justru menegaskan pentingnya penginjilan dan misi sebagai sarana yang Allah gunakan untuk menyelamatkan umat-Nya.
Charles Spurgeon, seorang pengkhotbah Reformed terkenal, berkata:
“Jika saya tahu bahwa semua orang pilihan memiliki tanda di punggung mereka, saya akan berjalan keliling dunia untuk melihat tanda itu! Tapi karena saya tidak tahu siapa mereka, saya akan memberitakan Injil kepada semua orang dan membiarkan Allah yang bekerja.”
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah menggunakan pemberitaan Injil sebagai alat untuk membawa orang kepada iman (Roma 10:14-17). John Piper dalam Let the Nations Be Glad! menegaskan bahwa:
“Penginjilan dan misi adalah sarana yang telah Allah tentukan untuk menggenapi tujuan keselamatan-Nya.”
Jadi, Calvinisme tidak meniadakan penginjilan, tetapi memotivasi orang percaya untuk memberitakan Injil dengan penuh keyakinan, karena Allah pasti akan menyelamatkan umat-Nya.
Mitos #3: Calvinisme Mengajarkan Allah Tidak Adil
Klaim yang Salah
Banyak orang menganggap predestinasi sebagai sesuatu yang tidak adil. Mereka bertanya, "Mengapa Allah hanya memilih sebagian orang untuk diselamatkan? Bukankah itu berarti Allah pilih kasih?"
Penjelasan yang Benar
Calvinisme mengajarkan bahwa Allah tidak pernah bersikap tidak adil. Sebaliknya, semua manusia sebenarnya layak menerima murka Allah karena dosa mereka (Roma 3:23).
R.C. Sproul menjelaskan dalam What is Reformed Theology? bahwa:
“Ketika Allah memilih untuk menyelamatkan sebagian orang, itu bukan karena mereka lebih baik, tetapi karena anugerah-Nya semata. Allah tidak wajib menyelamatkan siapa pun, tetapi dalam belas kasih-Nya, Ia memilih menyelamatkan beberapa orang untuk kemuliaan-Nya.”
Jika Allah mau bertindak secara adil, maka semua manusia seharusnya binasa. Namun, Allah dalam kasih-Nya menyelamatkan sebagian melalui Kristus, bukan karena kebaikan mereka, tetapi semata-mata karena anugerah-Nya.
Mitos #4: Calvinisme Mengajarkan Bahwa Yesus Hanya Mati untuk Orang Pilihan
Klaim yang Salah
Banyak orang menuduh Calvinisme mengajarkan penebusan yang terbatas (limited atonement), yang berarti Yesus hanya mati untuk orang-orang pilihan dan bukan untuk dunia.
Penjelasan yang Benar
Teologi Reformed tidak mengajarkan bahwa pengorbanan Kristus memiliki kekuatan yang terbatas, tetapi bahwa kemanjurannya hanya untuk orang pilihan.
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ berargumen bahwa kematian Kristus cukup untuk semua orang, tetapi hanya efektif bagi mereka yang percaya.
Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 10:11:
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."
John Piper menjelaskan dalam Five Points bahwa:
“Yesus mati untuk menyelamatkan umat-Nya dengan pasti, bukan hanya sekadar memberi kesempatan keselamatan.”
Jadi, Calvinisme mengajarkan bahwa penebusan Kristus memiliki tujuan khusus, yaitu untuk benar-benar menyelamatkan mereka yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yohanes 6:37-39).
Mitos #5: Calvinisme adalah Ajaran Baru yang Bertentangan dengan Sejarah Gereja
Klaim yang Salah
Banyak yang menganggap Calvinisme adalah ajaran baru yang muncul pada abad ke-16 dan tidak memiliki dasar dalam sejarah gereja mula-mula.
Penjelasan yang Benar
Meskipun sistem Calvinisme dirumuskan secara sistematis oleh John Calvin dan para Reformator, konsep dasar Calvinisme telah ada sejak zaman gereja mula-mula.
-
Agustinus (354-430) mengajarkan doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak dan kejatuhan total manusia, yang kemudian menjadi dasar Calvinisme.
-
Para Bapa Gereja seperti Anselmus dan Bernard dari Clairvaux juga mengajarkan tentang kemahakuasaan anugerah Allah dalam keselamatan.
Calvinisme hanyalah pemurnian dari ajaran Alkitab yang telah diyakini gereja selama berabad-abad.
Kesimpulan
Calvinisme sering disalahpahami karena kurangnya pemahaman yang benar. Namun, ketika kita melihat ajaran aslinya, kita menemukan bahwa Calvinisme adalah sistem teologi yang:
✅ Menekankan anugerah Allah dalam keselamatan
✅ Menegaskan tanggung jawab manusia untuk percaya dan bertobat
✅ Mendorong penginjilan dan misi
✅ Setia pada ajaran Kitab Suci
Calvinisme bukan ajaran baru atau ajaran yang meremehkan manusia, tetapi adalah ajaran yang meninggikan kemuliaan Allah dalam keselamatan.
Soli Deo Gloria!