Markus 15:6-15: Mengapa Rakyat Memilih Barabas?

Markus 15:6-15: Mengapa Rakyat Memilih Barabas?

Pendahuluan

Peristiwa pemilihan Barabas oleh rakyat Yahudi dan penolakan terhadap Yesus merupakan salah satu momen paling mengejutkan dalam sejarah penyaliban Kristus. Dalam Markus 15:6-15, diceritakan bahwa Pilatus memberi kesempatan kepada orang banyak untuk memilih antara membebaskan Yesus atau Barabas, seorang pemberontak dan pembunuh. Namun, rakyat lebih memilih Barabas dan menuntut agar Yesus disalibkan.

Mengapa rakyat lebih memilih seorang penjahat daripada Yesus? Artikel ini akan mengeksplorasi faktor historis, teologis, dan psikologis dari keputusan tersebut serta bagaimana beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Charles Hodge, dan R.C. Sproul memahami peristiwa ini.

Eksposisi Markus 15:6-15

1. Markus 15:6 – Kebiasaan Membebaskan Tahanan saat Paskah

"Pada Hari Raya Paskah, Pilatus biasa membebaskan bagi mereka seorang tahanan yang mereka minta."

Pada zaman Romawi, gubernur memiliki kebiasaan membebaskan seorang tahanan pada hari raya besar sebagai bentuk goodwill (itikad baik) terhadap rakyat yang dijajah. Pilatus memanfaatkan tradisi ini dengan harapan rakyat akan memilih Yesus daripada seorang kriminal berbahaya seperti Barabas.

John Calvin dalam komentarnya mengatakan bahwa kebiasaan ini mencerminkan ketidakadilan sistem manusia, di mana sering kali kejahatan mendapat perlakuan lebih baik dibandingkan kebaikan. Ia menekankan bahwa keputusan rakyat bukan hanya kesalahan mereka sendiri, tetapi juga akibat dari hati yang telah dikeraskan oleh dosa.

2. Markus 15:7 – Siapakah Barabas?

"Ada seorang yang bernama Barabas telah ditahan bersama dengan para pemberontak yang melakukan pembunuhan selama masa huru-hara."

Barabas adalah seorang pemberontak politik dan pembunuh yang terlibat dalam kerusuhan melawan kekuasaan Romawi. Nama "Barabas" sendiri berarti "anak dari bapak", yang bisa menjadi ironi besar mengingat Yesus adalah Anak Allah yang sejati.

R.C. Sproul menjelaskan bahwa pemilihan Barabas mencerminkan harapan Mesianis yang keliru. Rakyat lebih menginginkan seorang pemimpin revolusioner yang bisa membebaskan mereka dari penjajahan Romawi daripada seorang Mesias rohani yang membawa kerajaan Allah.

Charles Hodge menambahkan bahwa Barabas mewakili keinginan duniawi manusia yang lebih memilih kekerasan dan kekuatan dibandingkan kasih dan kebenaran.

3. Markus 15:8-11 – Hasutan Imam-Imam Kepala

"Orang banyak datang dan mulai meminta kepada Pilatus melakukan kebiasaan yang dia lakukan itu bagi mereka. Pilatus menjawab mereka dengan berkata, ‘Apakah kamu ingin aku membebaskan bagimu Raja orang Yahudi ini?’ Sebab, dia menduga para imam kepala telah menyerahkan Yesus karena iri hati. Namun, imam-imam kepala menghasut orang banyak agar meminta Pilatus membebaskan Barabas."

Pilatus mengetahui bahwa alasan utama Yesus ditangkap bukan karena kejahatan, tetapi karena iri hati para pemimpin agama. Imam-imam kepala melihat Yesus sebagai ancaman terhadap otoritas mereka karena Dia memiliki pengaruh besar atas rakyat.

John Calvin menekankan bahwa hati manusia cenderung memberontak terhadap kebenaran. Meskipun Yesus menunjukkan mujizat dan mengajarkan kasih, rakyat tetap lebih mudah dipengaruhi oleh pemimpin yang ingin mempertahankan status quo.

Sproul menambahkan bahwa keputusan rakyat bukan hanya karena hasutan imam-imam kepala, tetapi juga karena ketidaksukaan mereka terhadap ajaran Yesus yang menantang dosa dan kemunafikan.

4. Markus 15:12-13 – "Salibkan Dia!"

"Pilatus berkata lagi kepada mereka, ‘Jadi, apa yang harus aku lakukan dengan Orang yang kamu sebut Raja orang Yahudi ini?’ Mereka balik berteriak-teriak, ‘Salibkan Dia!’"

Pada titik ini, Pilatus masih berusaha membujuk rakyat untuk memilih Yesus, tetapi mereka justru menuntut agar Yesus disalibkan.

Hodge menghubungkan ini dengan kebutaan rohani manusia akibat dosa. Rakyat tidak hanya menolak Yesus, tetapi juga menuntut bentuk hukuman yang paling kejam bagi-Nya.

Sproul menambahkan bahwa permintaan ini mencerminkan penolakan total terhadap kedaulatan Kristus. Mereka tidak ingin Yesus sebagai Raja mereka karena Kerajaan-Nya berbeda dari harapan mereka.

5. Markus 15:14-15 – Pilatus Menyerah

"Kemudian, Pilatus berkata kepada mereka, ‘Mengapa? Kejahatan apa yang telah Dia lakukan?’ Namun, mereka justru berteriak-teriak lebih keras lagi, ‘Salibkan Dia!’ Karena ingin memuaskan hati orang banyak, Pilatus pun melepaskan Barabas bagi mereka, dan setelah menyuruh mencambuki Yesus, dia menyerahkan Yesus untuk disalibkan."

Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi ia memilih untuk menuruti kehendak rakyat demi keamanan politiknya sendiri.

Calvin mengatakan bahwa tindakan Pilatus adalah bukti bahwa keadilan manusia dapat dikorbankan demi kepentingan pribadi. Ia tidak ingin menghadapi kemungkinan pemberontakan, sehingga lebih memilih untuk menyerah pada tekanan massa.

Sproul menambahkan bahwa Pilatus mewakili kompromi moral, di mana seseorang tahu apa yang benar tetapi tidak memiliki keberanian untuk menegakkannya.

Mengapa Rakyat Memilih Barabas?

Berdasarkan eksposisi di atas, ada beberapa alasan mengapa rakyat lebih memilih Barabas dibandingkan Yesus:

  1. Ekspektasi Mesianis yang Keliru

    • Mereka menginginkan Mesias yang membawa pembebasan politik dari Romawi, bukan keselamatan rohani.

  2. Hasutan Imam-Imam Kepala

    • Pemimpin agama yang iri terhadap Yesus memanipulasi rakyat untuk memilih Barabas.

  3. Sifat Dosa yang Menolak Kebenaran

    • Hati manusia yang telah rusak oleh dosa lebih tertarik pada dunia dibandingkan kepada Kristus.

  4. Kepengecutan Pilatus

    • Pilatus lebih mementingkan karier dan stabilitas politiknya dibandingkan kebenaran.

  5. Tekanan Sosial dan Massa

    • Orang-orang cenderung mengikuti tekanan kelompok, bahkan jika itu berarti melakukan ketidakadilan.

Aplikasi Teologis dan Praktis

  1. Kita Harus Waspada terhadap Manipulasi

    • Seperti rakyat yang dipengaruhi oleh imam-imam kepala, kita juga bisa dengan mudah dipengaruhi oleh opini publik atau kepemimpinan yang salah.

  2. Kita Sering Memilih "Barabas" dalam Hidup Kita

    • Kita lebih memilih kenyamanan, kesuksesan, atau keinginan duniawi dibandingkan menaati Yesus.

  3. Jangan Takut Berdiri bagi Kebenaran

    • Pilatus adalah contoh orang yang tahu kebenaran tetapi tidak berani mempertahankannya. Kita dipanggil untuk tetap setia pada Kristus, meskipun kita menghadapi tekanan dunia.

  4. Keselamatan adalah Anugerah Allah

    • Keputusan rakyat membuktikan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia pasti akan menolak Kristus. Keselamatan bukan karena usaha kita, tetapi karena panggilan dan kasih karunia Allah.

Kesimpulan

Pemilihan Barabas daripada Yesus bukan hanya kejadian sejarah, tetapi juga cerminan hati manusia yang cenderung menolak kebenaran dan memilih jalan yang salah. Namun, dalam rencana ilahi, penolakan terhadap Yesus mengarah pada penggenapan karya keselamatan melalui salib.

Seperti yang dikatakan John Calvin:
"Yesus ditolak agar kita diterima. Dia dihukum agar kita dibenarkan."

Apakah kita akan memilih Kristus atau "Barabas" dalam hidup kita? Keputusan itu menentukan kekekalan kita.

Next Post Previous Post