Allah Menyerahkan Mereka: Roma 1:24

Allah Menyerahkan Mereka: Roma 1:24

Pendahuluan

Roma 1:24 adalah ayat yang menegaskan konsekuensi dari penolakan manusia terhadap Allah. Rasul Paulus menggambarkan bagaimana orang-orang yang menolak kebenaran Allah akhirnya diserahkan kepada keinginan hati mereka sendiri, yang mengarah kepada kecemaran moral dan kebinasaan.

Ayat ini berbunyi:

"Karena itu, Allah menyerahkan mereka dalam keinginan hati mereka kepada kecemaran sehingga mereka saling mencemari tubuh mereka." (Roma 1:24, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam dari Roma 1:24 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana Allah menyerahkan manusia kepada dosa, sifat keadilan-Nya, dan bagaimana ini menjadi peringatan bagi kita untuk tetap berpegang pada kebenaran Injil.

1. Konteks Roma 1:24 dalam Surat Roma

Surat Roma adalah salah satu doktrin teologis terpenting dalam Perjanjian Baru, yang membahas tentang keadaan manusia yang berdosa, anugerah Allah, dan pembenaran oleh iman.

Dalam Roma 1:18-32, Paulus menjelaskan keadaan dunia yang jatuh dalam dosa dan bagaimana Allah menyatakan murka-Nya atas mereka yang menolak kebenaran-Nya.

Beberapa poin penting dalam konteks Roma 1:24:

  1. Manusia menekan kebenaran Allah dalam ketidakbenaran (Roma 1:18).
  2. Mereka menggantikan kemuliaan Allah dengan berhala buatan manusia (Roma 1:22-23).
  3. Allah menyerahkan mereka kepada dosa mereka sendiri (Roma 1:24).
  4. Akibatnya, mereka semakin tenggelam dalam dosa dan kehilangan hati nurani (Roma 1:25-32).

Roma 1:24 menegaskan bahwa ketika manusia terus menolak Allah, Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka sendiri sebagai bentuk penghukuman-Nya.

2. Eksposisi Roma 1:24

a) "Karena itu, Allah menyerahkan mereka..."

Frasa ini menunjukkan bahwa Allah secara aktif membiarkan manusia mengalami konsekuensi dari dosa mereka.

Menurut John Calvin, ketika Alkitab mengatakan bahwa Allah menyerahkan manusia kepada dosa, itu bukan berarti Allah yang menyebabkan dosa. Sebaliknya, Allah membiarkan mereka jatuh lebih dalam ke dalam dosa sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap kebenaran-Nya.

John Owen menekankan bahwa ini adalah bentuk penghakiman Allah yang mengerikan, di mana manusia tidak lagi memiliki perlindungan dari anugerah-Nya dan dibiarkan berjalan sesuai dengan nafsu mereka sendiri.

Menurut R.C. Sproul, tindakan Allah menyerahkan manusia kepada dosa menunjukkan bahwa dosa bukan hanya sesuatu yang manusia lakukan, tetapi juga sesuatu yang menguasai mereka. Ketika Allah menarik tangan-Nya, manusia semakin tenggelam dalam kehancuran moral.

b) "...dalam keinginan hati mereka kepada kecemaran..."

Bagian ini menunjukkan bahwa dosa berasal dari hati manusia yang telah rusak.

Menurut John Calvin, hati manusia secara alami cenderung kepada dosa (Yeremia 17:9). Ketika Allah menyerahkan manusia kepada keinginan hatinya, itu berarti Allah membiarkan mereka mengikuti naluri dosa mereka tanpa campur tangan anugerah-Nya.

John Owen menambahkan bahwa hati manusia yang tidak diperbarui oleh Roh Kudus akan selalu mengarah kepada kehancuran. Keinginan hati yang jahat bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil dari sifat manusia yang telah jatuh dalam dosa sejak kejatuhan Adam.

Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa tanpa kasih karunia Allah, manusia akan terus mencari kepuasan dalam dosa, tetapi tidak akan pernah menemukan kebahagiaan sejati. Dosa menjanjikan kebebasan, tetapi justru membawa perbudakan.

c) "...sehingga mereka saling mencemari tubuh mereka."

Bagian ini menunjukkan bahwa dosa tidak hanya bersifat internal, tetapi juga berdampak pada kehidupan fisik dan sosial manusia.

Menurut John Calvin, bagian ini bisa merujuk pada berbagai bentuk penyimpangan moral dan seksual yang menjadi akibat dari hati yang telah dibiarkan dalam dosa. Calvin melihat bahwa ketika manusia meninggalkan Tuhan, mereka akan mencari kepuasan di tempat yang salah, termasuk dalam penyimpangan seksual dan penyalahgunaan tubuh mereka sendiri.

R.C. Sproul menambahkan bahwa dosa tidak hanya merusak hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga menghancurkan hubungan antar manusia. Ketika seseorang menyerahkan diri kepada dosa, ia akan menarik orang lain ke dalam lingkaran kehancuran yang sama.

3. Teologi Reformed tentang Murka Allah dan Kehancuran Moral

a) Murka Allah yang Pasif dan Aktif

Dalam teologi Reformed, kita memahami bahwa murka Allah memiliki dua aspek utama:

  1. Murka Aktif – Allah secara langsung menjatuhkan hukuman atas dosa, seperti dalam peristiwa Air Bah atau kehancuran Sodom dan Gomora.
  2. Murka Pasif – Allah membiarkan manusia mengalami konsekuensi dari dosa mereka sendiri, seperti yang dinyatakan dalam Roma 1:24.

Menurut John Owen, murka pasif Allah bisa lebih menakutkan daripada murka aktif-Nya, karena orang yang diserahkan kepada dosa seringkali tidak menyadari bahwa mereka sedang berada dalam penghukuman Allah.

b) Dosa sebagai Penghukuman Itu Sendiri

Roma 1:24 menunjukkan bahwa Allah menyerahkan manusia kepada dosa sebagai bentuk penghukuman.

John Calvin menegaskan bahwa ketika seseorang semakin menikmati dosa dan kehilangan rasa bersalah, itu adalah tanda bahwa Allah telah menyerahkan mereka kepada kehancuran.

Menurut R.C. Sproul, salah satu bentuk penghukuman terbesar yang bisa dialami manusia adalah ketika Allah tidak lagi menegur mereka atas dosa mereka. Ini berarti bahwa hati nurani mereka telah mati, dan mereka tidak lagi mencari kebenaran.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

a) Waspada terhadap Hati yang Dikeraskan oleh Dosa

Jika seseorang terus hidup dalam dosa tanpa pertobatan, ada bahaya bahwa Allah akan menyerahkan mereka sepenuhnya kepada dosa itu.

John Calvin menekankan bahwa jika kita merasa semakin nyaman dalam dosa, itu bisa menjadi tanda bahwa hati kita mulai mengeras terhadap kebenaran Allah.

b) Hanya Anugerah Allah yang Dapat Menyelamatkan Kita dari Dosa

Tanpa anugerah Allah, kita akan terus terjerumus dalam keinginan hati kita yang jahat.

Menurut John Owen, keselamatan bukan tentang usaha manusia untuk melawan dosa, tetapi tentang Tuhan yang menarik kita keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk menghindari murka Allah adalah melalui Injil Yesus Kristus. Hanya dengan iman kepada Kristus, kita bisa dibebaskan dari perbudakan dosa.

c) Jangan Abaikan Peringatan Tuhan dalam Hidup Kita

Roma 1:24 mengingatkan kita bahwa jika seseorang terus menolak Tuhan, akan ada titik di mana Tuhan membiarkan mereka dalam kehancuran mereka sendiri.

R.C. Sproul menekankan bahwa kita harus merenungkan apakah kita masih memiliki kepekaan terhadap dosa. Jika kita merasa tidak bersalah saat melakukan dosa, itu berarti kita harus segera bertobat sebelum hati kita semakin mengeras.

Kesimpulan

Roma 1:24 menegaskan bahwa ketika manusia menolak kebenaran Allah, mereka akan diserahkan kepada dosa mereka sendiri sebagai bentuk penghukuman-Nya.

Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:

  1. Allah bisa membiarkan manusia jatuh lebih dalam ke dalam dosa sebagai penghukuman atas penolakan mereka terhadap-Nya.
  2. Dosa bukan hanya sesuatu yang kita lakukan, tetapi juga sesuatu yang menguasai kita ketika kita jauh dari Tuhan.
  3. Keselamatan hanya bisa ditemukan dalam anugerah Tuhan melalui Yesus Kristus.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap waspada terhadap dosa, bersandar pada kasih karunia Allah, dan hidup dalam pertobatan yang sejati.

Next Post Previous Post