Apa Arti Sebenarnya dari Perintah Perempuan Tunduk kepada Suami?

Apa Arti Sebenarnya dari Perintah Perempuan Tunduk kepada Suami?

Pendahuluan:

Salah satu ayat yang sering menjadi perdebatan dalam pernikahan Kristen adalah Efesus 5:22:

“Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” (Efesus 5:22, AYT)

Banyak orang salah memahami ayat ini dengan menganggapnya sebagai pembenaran atas dominasi pria terhadap wanita atau bahkan sebagai alasan untuk memperlakukan wanita dengan tidak adil. Namun, dalam teologi Reformed, tunduknya seorang istri kepada suami memiliki makna yang jauh lebih dalam dan lebih indah daripada sekadar kepatuhan buta.

Artikel ini akan mengupas konsep "penundukan" (submission) dalam pernikahan dari perspektif teologi Reformed dengan merujuk pada pendapat beberapa pakar teologi seperti John Calvin, R.C. Sproul, Wayne Grudem, John Piper, dan Timothy Keller.

1. Pemahaman yang Benar tentang "Tunduk" dalam Efesus 5:22

a. Konteks Alkitabiah

Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Efesus, ia mengajarkan bagaimana hubungan antara suami dan istri harus mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya:

“Karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5:23, AYT)

Namun, perintah ini bukanlah panggilan bagi suami untuk menjadi diktator dalam rumah tangga. Sebaliknya, Paulus segera menyeimbangkannya dengan perintah bagi suami:

“Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:25, AYT)

Artinya, otoritas suami dalam rumah tangga bukanlah untuk kepentingan pribadinya, melainkan untuk melayani dan mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja-Nya.

b. Makna Kata "Tunduk" dalam Bahasa Yunani

Kata "tunduk" yang digunakan dalam Efesus 5:22 berasal dari bahasa Yunani hupotasso, yang berarti "menempatkan diri di bawah dalam sebuah tatanan" atau "menghormati otoritas yang telah ditetapkan oleh Tuhan".

R.C. Sproul menjelaskan bahwa hupotasso tidak mengandung unsur pemaksaan atau penindasan, tetapi lebih kepada sikap rela dan kasih dalam hubungan yang telah Tuhan tetapkan.

John Piper juga menegaskan bahwa penundukan ini bukan berarti seorang istri kehilangan kebebasan atau identitasnya, tetapi menunjukkan bahwa ia bersedia mendukung kepemimpinan suaminya dengan penuh kasih dan penghormatan.

2. Penundukan Bukan Berarti Inferioritas

Salah satu mitos terbesar tentang tunduknya istri kepada suami adalah anggapan bahwa wanita lebih rendah dari pria. Ini adalah pemahaman yang keliru.

a. Kesetaraan dalam Nilai, Perbedaan dalam Peran

Dalam Kejadian 1:27, Alkitab menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan menurut gambar Allah (imago Dei):

“Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27, AYT)

Wayne Grudem dalam Biblical Manhood and Womanhood menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki nilai yang sama di hadapan Tuhan, tetapi diberikan peran yang berbeda dalam pernikahan.

Timothy Keller dalam bukunya The Meaning of Marriage juga menegaskan bahwa konsep kepemimpinan dalam pernikahan bukan berarti dominasi suami, melainkan sebuah tanggung jawab untuk mengasihi dan melayani.

b. Kristus dan Gereja sebagai Pola Hubungan

Kristus dan gereja adalah pola bagi hubungan suami dan istri (Efesus 5:24-25). Kristus tidak menindas gereja, tetapi mengasihi dan mengorbankan diri-Nya bagi gereja. Begitu juga istri dipanggil untuk tunduk bukan sebagai bentuk perbudakan, tetapi sebagai ekspresi kasih dan kepercayaan kepada kepemimpinan suaminya.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa kepemimpinan suami yang sejati adalah kepemimpinan yang mencerminkan Kristus—yang berkorban dan tidak egois.

3. Bagaimana Penundukan Istri Seharusnya Terwujud dalam Pernikahan?

Setelah memahami makna tunduk yang benar, bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?

a. Menunjukkan Rasa Hormat kepada Suami

Efesus 5:33 berkata:

“Bagaimanapun juga, hendaklah setiap orang di antara kamu mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri dan istri harus menghormati suaminya.”

John Piper menyatakan bahwa penghormatan istri kepada suami adalah bentuk dukungan dan dorongan bagi suami untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, sebagaimana gereja menghormati Kristus.

b. Mendukung Kepemimpinan Suami dalam Keluarga

Istri yang tunduk bukan berarti ia tidak boleh berpendapat atau mengambil keputusan. Justru, suami dan istri dipanggil untuk bekerja sama. Namun, ketika ada perbedaan pendapat, istri dipanggil untuk mendukung keputusan suami selama tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan.

R.C. Sproul menegaskan bahwa penundukan istri bukan berarti ketaatan mutlak, terutama jika suami memimpin ke dalam dosa. Dalam kasus seperti ini, Allah adalah otoritas tertinggi yang harus ditaati.

4. Kesalahan dalam Memahami Perintah untuk Tunduk

a. Tunduk Tidak Berarti Toleransi terhadap Kekerasan

Beberapa orang menggunakan Efesus 5:22 untuk membenarkan kekerasan dalam rumah tangga. Ini adalah penyalahgunaan ayat yang serius.

Suami diperintahkan untuk mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Kekerasan dan pelecehan bertentangan dengan kasih Kristus.

b. Tunduk Tidak Berarti Tidak Boleh Bersuara

Istri bukanlah "robot" dalam pernikahan yang hanya mengikuti semua perintah suami tanpa berpikir. Seorang istri bijak memberikan masukan, menasihati, dan bahkan mengoreksi suaminya dengan kasih ketika diperlukan (Amsal 31:26).

Timothy Keller dalam The Meaning of Marriage menyatakan bahwa pernikahan Kristen adalah kemitraan, bukan sistem hirarki yang menindas salah satu pihak.

5. Keseimbangan Antara Kasih dan Penundukan

Teologi Reformed menekankan keseimbangan antara kepemimpinan suami dan penundukan istri.

  • Suami dipanggil untuk mengasihi, melayani, dan berkorban.
  • Istri dipanggil untuk menghormati, mendukung, dan tunduk dalam kasih.

Ketika seorang suami benar-benar mencintai istrinya seperti Kristus mengasihi gereja, tunduknya istri bukanlah beban, melainkan respons alami dari cinta dan kepercayaan.

John Piper berkata:

“Ketika seorang suami menjalankan kepemimpinan yang penuh kasih, dan seorang istri dengan sukacita mendukung dan menghormatinya, maka pernikahan mereka akan menjadi gambaran yang indah tentang Injil di dunia ini.”

Kesimpulan

Apa artinya perempuan tunduk kepada suami? Ini bukan tentang dominasi atau inferioritas, tetapi tentang keindahan desain Allah dalam pernikahan.

  1. Tunduk berarti menghormati dan mendukung kepemimpinan suami.
  2. Tunduk bukan berarti lebih rendah, tetapi berperan dalam keseimbangan yang Tuhan tetapkan.
  3. Tunduk tidak berarti membiarkan kekerasan atau ketidakadilan terjadi.
  4. Ketika suami mengasihi istrinya dengan benar, tunduknya istri menjadi sesuatu yang alami dan indah.

Semoga kita semua dapat memahami dan menerapkan prinsip ini dalam kehidupan pernikahan kita demi kemuliaan Tuhan.

Next Post Previous Post