Rut 1:1-5: Penderitaan, Pemeliharaan Allah, dan Awal Rencana Penebusan

Rut 1:1-5: Penderitaan, Pemeliharaan Allah, dan Awal Rencana Penebusan

Pendahuluan

Kitab Rut adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan kesetiaan Allah dalam mengatur sejarah umat-Nya. Meskipun dimulai dengan penderitaan dan kehilangan, kitab ini berakhir dengan pemulihan dan harapan dalam rencana penebusan Allah.

Dalam Rut 1:1-5, kita melihat bagaimana sebuah keluarga mengalami kesulitan, kehilangan, dan ketidakpastian, tetapi Allah tetap bekerja di balik semua itu.

Rut 1:1-5 (AYT)

  1. Pada masa para hakim memerintah, bencana kelaparan terjadi di negeri itu. Seorang laki-laki dari Betlehem-Yehuda bersama istri dan dua anak laki-lakinya pergi untuk tinggal sementara di daerah Moab.
  2. Nama laki-laki itu Elimelekh, dan nama istrinya Naomi, dan nama kedua anaknya adalah Mahlon dan Kilyon, orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda. Mereka sampai di daerah Moab, lalu tinggal di sana.
  3. Lalu, Elimelekh, suami Naomi, mati, dan dia ditinggal dengan dua anaknya.
  4. Kedua anaknya mengambil istri orang Moab. Yang pertama bernama Orpa, dan yang lain bernama Rut. Mereka tinggal di sana selama 10 tahun.
  5. Kemudian, Mahlon dan Kilyon, dua-duanya juga mati dan perempuan itu ditinggalkan oleh kedua anaknya laki-laki dan suaminya.

Bagian ini mengajarkan beberapa hal penting:

  1. Allah tetap berdaulat di tengah penderitaan manusia.
  2. Keputusan manusia bisa membawa konsekuensi yang tidak terduga.
  3. Meskipun kita mengalami kehilangan, Allah tetap menyertai dan mempersiapkan rencana-Nya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Rut 1:1-5 berdasarkan perspektif teologi Reformed, serta bagaimana kebenaran ini berdampak bagi kehidupan orang percaya.

1. Konteks Historis dan Teologis Rut 1:1-5

Kitab Rut terjadi pada masa para hakim memerintah (Rut 1:1), yaitu periode yang penuh dengan kekacauan moral dan rohani (Hakim-hakim 21:25).

John Calvin dalam Commentary on Ruth menegaskan bahwa Allah tetap memelihara umat-Nya meskipun mereka berada dalam masa yang sulit.

"Allah dalam hikmat-Nya sering kali membiarkan umat-Nya mengalami penderitaan untuk membawa mereka kembali kepada-Nya." — John Calvin

Kelaparan yang terjadi mungkin merupakan bagian dari hukuman Allah atas ketidaksetiaan umat Israel, seperti yang sering terjadi dalam sejarah bangsa itu (Imamat 26:18-20).

2. Eksposisi Kata-Kata Kunci dalam Rut 1:1-5

a. “Pada masa para hakim memerintah, bencana kelaparan terjadi di negeri itu” (Rut 1:1)

Masa para hakim adalah periode di mana Israel sering jatuh dalam penyembahan berhala dan ketidaktaatan kepada Allah.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa Allah sering memakai penderitaan sebagai sarana untuk membentuk umat-Nya dan membawa mereka kembali kepada-Nya.

"Di balik penderitaan yang tampaknya tidak ada harapan, Allah sedang mengatur segala sesuatu untuk kebaikan umat-Nya." — Herman Bavinck

Kelaparan ini bukan hanya masalah fisik, tetapi juga gambaran kelaparan rohani yang terjadi di Israel.

b. “Seorang laki-laki dari Betlehem-Yehuda bersama istri dan dua anak laki-lakinya pergi untuk tinggal sementara di daerah Moab” (Rut 1:1)

Betlehem berarti “rumah roti”, tetapi di masa itu tidak ada makanan di sana.

Elimelekh dan keluarganya memutuskan untuk meninggalkan Tanah Perjanjian dan pergi ke Moab, bangsa yang sering menjadi musuh Israel.

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menegaskan bahwa keputusan yang diambil tanpa mempertimbangkan kehendak Tuhan dapat membawa konsekuensi yang buruk.

"Ketika kita mencoba mencari solusi sendiri tanpa mempercayakan diri kepada Tuhan, kita sering kali menemukan lebih banyak kesulitan." — Jonathan Edwards

c. “Nama laki-laki itu Elimelekh, dan nama istrinya Naomi” (Rut 1:2)

Nama Elimelekh berarti “Allah adalah rajaku”, tetapi keputusannya untuk meninggalkan Israel menunjukkan kurangnya kepercayaan kepada Allah.

Nama Naomi berarti “menyenangkan”, tetapi nanti dalam pasal ini, ia akan mengubah namanya menjadi Mara (pahit) karena penderitaannya (Rut 1:20).

John MacArthur dalam The MacArthur Bible Commentary menjelaskan bahwa nama dalam Alkitab sering mencerminkan karakter atau nasib seseorang.

"Ketika seseorang menjauh dari kehendak Tuhan, identitas mereka bisa berubah sesuai dengan keadaan yang mereka alami." — John MacArthur

d. “Lalu, Elimelekh, suami Naomi, mati” (Rut 1:3)

Elimelekh mungkin mengira bahwa pergi ke Moab akan menyelamatkan keluarganya dari kelaparan, tetapi ia justru menemukan kematian di sana.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa keputusan yang tidak berdasar pada iman kepada Tuhan sering kali berakhir dengan kehancuran.

"Allah tidak hanya berdaulat atas kehidupan, tetapi juga atas setiap keputusan yang kita buat. Kita harus berhati-hati untuk tidak mengambil keputusan yang menjauhkan kita dari kehendak-Nya." — R.C. Sproul

e. “Kedua anaknya mengambil istri orang Moab” (Rut 1:4)

Hukum Taurat melarang pernikahan dengan bangsa asing (Ulangan 7:3-4), kecuali mereka berpindah kepada iman Israel.

Namun, Tuhan akan memakai pernikahan Mahlon dengan Rut untuk menggenapi rencana penebusan-Nya.

Timothy Keller dalam The Prodigal God menekankan bahwa Tuhan sering kali menggunakan cara yang tidak kita duga untuk membawa rencana keselamatan-Nya.

"Di balik keputusan manusia yang tidak sempurna, Tuhan tetap bekerja untuk mendatangkan kebaikan." — Timothy Keller

f. “Kemudian, Mahlon dan Kilyon, dua-duanya juga mati” (Rut 1:5)

Sekarang, Naomi kehilangan suami dan kedua anaknya, sehingga ia menjadi seorang janda tanpa harapan di tanah asing.

Charles Spurgeon dalam Morning and Evening menegaskan bahwa penderitaan adalah sarana yang Tuhan pakai untuk mengarahkan hati kita kembali kepada-Nya.

"Ketika semua yang kita andalkan di dunia ini hilang, kita akan menemukan bahwa hanya Tuhan yang cukup bagi kita." — Charles Spurgeon

Ini adalah titik terendah dalam hidup Naomi, tetapi justru di sinilah Tuhan mulai bekerja dengan cara yang luar biasa.

3. Penerapan Rut 1:1-5 dalam Kehidupan Kristen

a. Percayalah kepada Tuhan dalam Masa Sulit

Mazmur 37:25 berkata:

"Aku pernah muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti."

Kita harus belajar mempercayai Tuhan, bahkan dalam masa sulit, daripada mencari solusi sendiri tanpa berkonsultasi dengan kehendak-Nya.

b. Jangan Mengambil Keputusan yang Menjauhkan dari Tuhan

Amsal 3:5-6 berkata:

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri."

Keputusan Elimelekh untuk pergi ke Moab tanpa meminta petunjuk Tuhan membawa konsekuensi yang menyakitkan.

c. Tuhan Dapat Menggunakan Keadaan Pahit untuk Rencana-Nya

Roma 8:28 berkata:

"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."

Meskipun Naomi mengalami kehilangan besar, Tuhan akan memakai penderitaannya untuk sesuatu yang lebih besar—yaitu membawa Rut ke dalam garis keturunan Mesias.

4. Kesimpulan: Rencana Tuhan dalam Penderitaan

Rut 1:1-5 mengajarkan bahwa meskipun manusia sering membuat keputusan yang tidak sempurna, Tuhan tetap berdaulat dan memegang kendali atas kehidupan mereka.

Poin-poin utama dari eksposisi ini adalah:

  1. Percayalah kepada Tuhan dalam masa sulit, jangan hanya mengandalkan diri sendiri.
  2. Hati-hati dalam mengambil keputusan, pastikan itu selaras dengan kehendak Tuhan.
  3. Tuhan dapat memakai keadaan pahit untuk rencana-Nya yang lebih besar.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mempercayai rencana Tuhan, bahkan dalam penderitaan, karena Ia selalu setia dan bekerja untuk kebaikan kita.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post