5 Mitos tentang Menjadi Pengikut Kristus
Pendahuluan:
Menjadi pengikut Kristus adalah panggilan yang penuh dengan sukacita, tantangan, dan transformasi. Namun, ada banyak kesalahpahaman atau mitos yang berkembang tentang kehidupan Kristen. Dalam artikel ini, kita akan membahas lima mitos umum yang sering diyakini banyak orang dan mengoreksinya berdasarkan ajaran teologi Reformed, dengan merujuk pada pendapat beberapa pakar teologi seperti John Calvin, R.C. Sproul, Timothy Keller, dan lainnya.
1. Mitos: Menjadi Kristen Berarti Hidup Akan Selalu Mudah dan Bahagia
Banyak orang berpikir bahwa setelah menjadi Kristen, hidup mereka akan dipenuhi dengan berkat dan kemudahan. Mitos ini mungkin berasal dari ajaran teologi kemakmuran yang menekankan bahwa iman kepada Kristus otomatis membawa kelimpahan materi dan kebahagiaan tanpa penderitaan.
Koreksi:
Alkitab justru mengajarkan bahwa mengikut Kristus sering kali membawa tantangan dan penderitaan. Yesus sendiri berkata:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24, AYT)
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa hidup Kristen adalah jalan salib (via crucis). Mengikuti Kristus berarti kita akan mengalami pencobaan, tetapi Tuhan memurnikan kita melalui proses itu. R.C. Sproul juga menegaskan bahwa hidup Kristen bukanlah jalan pintas menuju kenyamanan, melainkan panggilan untuk bertekun dalam iman di tengah tantangan.
Kehidupan Kristen penuh dengan sukacita, tetapi bukan berarti kita bebas dari penderitaan. Sukacita sejati dalam Kristus bukan didasarkan pada keadaan duniawi, melainkan pada jaminan keselamatan dan pemeliharaan Allah.
2. Mitos: Orang Kristen yang Baik Tidak Akan Pernah Bergumul dengan Dosa
Ada anggapan bahwa orang Kristen sejati tidak akan lagi bergumul dengan dosa setelah mereka bertobat. Mitos ini dapat menyebabkan rasa bersalah berlebihan bagi mereka yang masih berjuang melawan dosa dalam hidup mereka.
Koreksi:
Paulus sendiri, seorang rasul besar, mengakui pergumulannya dengan dosa:
"Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik." (Roma 7:18, AYT)
Timothy Keller menjelaskan bahwa kehidupan Kristen adalah proses pertumbuhan yang berkelanjutan, yang disebut dengan sanctification (pengudusan). Dalam pandangan Reformed, meskipun kita telah dibenarkan (justified) oleh iman, kita masih mengalami pergumulan dengan natur dosa kita sampai kita dimuliakan (glorified) di surga.
Jadi, bergumul dengan dosa bukanlah tanda bahwa seseorang bukan Kristen, melainkan tanda bahwa Roh Kudus sedang bekerja dalam diri mereka untuk menguduskan mereka setiap hari.
3. Mitos: Tuhan Hanya Mengasihi Orang yang Cukup Baik dan Berusaha Keras
Mitos ini muncul dari pemikiran legalistik bahwa kasih Allah harus diperoleh melalui usaha dan kebaikan kita sendiri. Banyak orang Kristen merasa mereka harus "cukup baik" agar Tuhan tetap mengasihi mereka.
Koreksi:
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa kasih Allah kepada umat-Nya bukan didasarkan pada perbuatan manusia, tetapi atas kasih karunia-Nya yang bebas dan berdaulat.
"Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8, AYT)
John Calvin menegaskan dalam ajarannya tentang sola gratia (hanya oleh kasih karunia) bahwa keselamatan kita sepenuhnya adalah karya Allah. R.C. Sproul juga menyatakan bahwa kita tidak dapat menambah atau mengurangi kasih Allah kepada kita berdasarkan usaha kita sendiri.
Ketaatan adalah respons terhadap kasih Allah, bukan syarat untuk mendapatkan kasih-Nya. Tuhan mengasihi umat-Nya bukan karena mereka pantas menerimanya, tetapi karena Dia memilih untuk mengasihi mereka dalam Kristus.
4. Mitos: Jika Anda Memiliki Iman yang Kuat, Anda Tidak Perlu Belajar Teologi
Banyak orang berpikir bahwa iman yang sederhana sudah cukup dan mereka tidak perlu belajar teologi atau doktrin Kristen. Beberapa bahkan menganggap teologi sebagai sesuatu yang kering dan akademis, hanya untuk pendeta atau profesor teologi.
Koreksi:
Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi kita (Matius 22:37). Memahami teologi tidak hanya untuk pendeta, tetapi untuk semua orang percaya.
Timothy Keller sering menekankan bahwa teologi yang benar akan menghasilkan kehidupan Kristen yang sehat. R.C. Sproul dalam bukunya Everyone’s a Theologian menulis bahwa setiap orang memiliki teologi—pertanyaannya adalah apakah teologi itu benar atau salah.
Jika kita tidak memiliki dasar teologis yang kuat, kita mudah terombang-ambing oleh ajaran sesat. Efesus 4:14 memperingatkan kita agar tidak "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran". Teologi yang sehat membantu kita mengenal Allah dengan benar dan menjalani hidup Kristen dengan lebih teguh.
5. Mitos: Menjadi Kristen Berarti Hidup Sepenuhnya Terpisah dari Dunia
Ada keyakinan bahwa orang Kristen harus menarik diri sepenuhnya dari dunia dan menghindari segala sesuatu yang bersifat duniawi. Mitos ini dapat menyebabkan sikap eksklusif atau mengabaikan panggilan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.
Koreksi:
Yesus berkata:
"Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:14, AYT)
Dalam tradisi Reformed, ada konsep yang disebut cultural mandate (mandat budaya), yang mengajarkan bahwa orang Kristen dipanggil untuk terlibat dalam dunia ini dan membawa dampak bagi kemuliaan Allah. Abraham Kuyper, seorang teolog Reformed, berkata:
"Tidak ada satu inci pun dalam seluruh wilayah kehidupan manusia yang tidak diproklamasikan Kristus sebagai milik-Nya!"
Ini berarti bahwa menjadi Kristen bukan berarti menarik diri dari dunia, tetapi justru terlibat dalam berbagai bidang seperti politik, bisnis, seni, dan ilmu pengetahuan dengan perspektif Kristiani. Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang yang memengaruhi dunia dengan nilai-nilai kerajaan Allah.
Kesimpulan: Kebenaran tentang Menjadi Pengikut Kristus
Mengikuti Kristus bukanlah perjalanan yang selalu mudah, bebas dari dosa, atau tanpa pergumulan. Namun, di dalam Kristus, kita memiliki pengharapan yang pasti.
- Hidup Kristen bukan tentang kenyamanan, tetapi tentang kesetiaan.
- Orang Kristen masih bergumul dengan dosa, tetapi Roh Kudus terus menguduskan mereka.
- Kasih Allah tidak bergantung pada usaha kita, tetapi pada anugerah-Nya.
- Belajar teologi adalah bagian penting dari iman Kristen.
- Kita dipanggil untuk terlibat dalam dunia dan membawa pengaruh Kristiani.
Seperti yang dikatakan oleh R.C. Sproul, "Kekristenan bukan hanya tentang masuk surga, tetapi tentang mengenal Allah dengan benar dan hidup bagi kemuliaan-Nya."
Semoga artikel ini membantu Anda memahami kehidupan Kristen dengan lebih jelas dan menumbuhkan iman yang teguh di dalam Kristus!