Diajar Melalui Penderitaan: Kisah Ayub

Diajar Melalui Penderitaan: Kisah Ayub

Pendahuluan:

Penderitaan adalah bagian yang tidak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Namun, bagaimana kita merespons penderitaan menentukan apakah kita akan bertumbuh dalam iman atau justru semakin jauh dari Tuhan. Kisah Ayub dalam Alkitab adalah salah satu narasi paling kuat tentang penderitaan dan bagaimana Allah menggunakannya untuk mendidik dan memurnikan umat-Nya.

Dalam tradisi teologi Reformed, penderitaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang kebetulan atau di luar kendali Allah. Sebaliknya, penderitaan adalah alat di tangan Allah yang berdaulat untuk membentuk karakter dan iman umat-Nya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Allah mengajar melalui penderitaan dalam kisah Ayub serta pandangan teologi Reformed mengenai penderitaan dalam kehidupan Kristen.

I. Kisah Ayub: Gambaran Penderitaan yang Mendalam

Ayub adalah seorang pria yang "saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:1, AYT). Namun, dalam sekejap, ia kehilangan segala yang dimilikinya—harta, keluarga, dan kesehatannya.

Ayub tidak memahami mengapa ia mengalami penderitaan yang begitu dahsyat. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Allah, tetapi tidak langsung mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Meskipun demikian, melalui proses penderitaan ini, Allah mengajar Ayub untuk lebih mengenal-Nya secara lebih dalam.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa penderitaan dalam kehidupan orang percaya bukanlah tanda hukuman, tetapi sarana anugerah untuk membentuk iman mereka

II. Penderitaan dalam Teologi Reformed: Allah yang Berdaulat dan Tujuan Ilahi

1. Penderitaan Ada dalam Rencana Kedaulatan Allah

Dalam pandangan Reformed, tidak ada satu pun penderitaan yang terjadi di luar kendali Allah.

Roma 8:28 berkata:

"Kita tahu bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya." (AYT)

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa Allah bukan hanya mengizinkan penderitaan, tetapi Ia menggunakan penderitaan untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar

Bagi Ayub, penderitaan bukanlah tanda bahwa Allah telah meninggalkannya. Sebaliknya, Allah menggunakannya untuk membentuk pemahamannya tentang kedaulatan dan kebijaksanaan-Nya.

2. Penderitaan Membawa Umat Allah kepada Pengakuan akan Kedaulatan-Nya

Setelah mengalami penderitaan yang begitu besar dan mendengarkan jawaban Allah, Ayub akhirnya berkata:

"Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5, AYT)

Ini adalah titik balik dalam hidup Ayub. Ia menyadari bahwa hikmat dan rencana Allah jauh lebih besar daripada pemahamannya sendiri.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa penderitaan sering kali adalah cara Allah untuk menyingkapkan kedaulatan dan kekudusan-Nya kepada umat-Nya

III. Pelajaran dari Kisah Ayub tentang Penderitaan

Dari kisah Ayub, kita bisa menarik tiga pelajaran utama tentang penderitaan dalam kehidupan Kristen:

1. Penderitaan Tidak Selalu Berarti Hukuman Allah

Teman-teman Ayub berulang kali menuduhnya bahwa ia pasti telah berbuat dosa sehingga mengalami penderitaan. Namun, Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa penderitaan Ayub bukanlah akibat dosa pribadinya.

Yesus sendiri menegaskan prinsip ini dalam Yohanes 9:3 ketika berbicara tentang seorang yang buta sejak lahir:

"Bukan karena orang ini telah berbuat dosa atau orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." (AYT)

Jonathan Edwards dalam The Religious Affections menjelaskan bahwa kadang-kadang Allah mengizinkan penderitaan bukan untuk menghukum, tetapi untuk menyingkapkan kemuliaan-Nya dalam hidup orang percaya.⁴

2. Penderitaan Mengajarkan Ketergantungan kepada Allah

Sebelum mengalami penderitaan, Ayub adalah orang yang saleh. Namun, melalui penderitaan, ia menjadi lebih sadar akan kebesaran dan kedaulatan Allah.

Mazmur 119:71 berkata:

"Adalah baik bagiku bahwa aku tertindas, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (AYT)

John Owen dalam The Mortification of Sin menegaskan bahwa melalui penderitaan, Allah membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan memurnikan hati kita dari ketergantungan pada dunia.⁵

3. Penderitaan Membawa Kita kepada Pengharapan yang Kekal

Ayub pada akhirnya dipulihkan oleh Allah, tetapi yang lebih penting adalah ia memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang karakter Allah.

Paulus menulis dalam 2 Korintus 4:17:

"Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kita kemuliaan yang jauh lebih besar dan kekal sifatnya." (AYT)

Charles Spurgeon berkata:

"Ketika kita melewati lembah penderitaan, kita sedang dipersiapkan untuk menikmati ketinggian kemuliaan."⁶

Penderitaan dalam hidup orang percaya bukanlah akhir dari cerita, tetapi bagian dari rencana Allah untuk membawa mereka kepada kemuliaan kekal.

IV. Bagaimana Orang Kristen Harus Merespons Penderitaan?

Sebagai orang percaya, bagaimana kita harus merespons penderitaan? Berdasarkan kisah Ayub dan prinsip-prinsip teologi Reformed, berikut adalah beberapa respons yang benar:

1. Percaya kepada Kedaulatan Allah

Ketika kita mengalami penderitaan, kita harus mengingat bahwa Allah tetap memegang kendali atas hidup kita.

Yesaya 55:8-9 berkata:

"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN." (AYT)

Sebagaimana Ayub akhirnya mengakui kebesaran Allah, kita pun harus belajar untuk mempercayai rencana-Nya meskipun kita tidak sepenuhnya memahaminya.

2. Berdoa dan Tetap Beriman

Meskipun Ayub mengalami kesulitan, ia tetap mencari Allah dalam doanya.

Filipi 4:6 berkata:

"Janganlah khawatir tentang apa pun, tetapi dalam segala hal nyatakanlah keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (AYT)

Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menjelaskan bahwa doa adalah alat utama yang diberikan Allah kepada umat-Nya untuk tetap beriman di tengah penderitaan.⁷

3. Bersabar dan Berpengharapan

Yakobus 5:11 berkata:

"Sesungguhnya, kami menyebut mereka yang bertahan sebagai orang-orang yang diberkati. Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan telah melihat tujuan akhir dari Tuhan—bahwa Tuhan penuh belas kasihan dan murah hati." (AYT)

Ketekunan dalam penderitaan menunjukkan iman yang sejati kepada Tuhan yang setia.

Kesimpulan: Allah Mengajar Kita Melalui Penderitaan

Kisah Ayub mengajarkan kita bahwa penderitaan bukanlah bukti bahwa Allah meninggalkan kita, tetapi alat yang Ia gunakan untuk membentuk iman kita.

Dalam perspektif teologi Reformed, penderitaan:

  • Ada dalam rencana kedaulatan Allah.

  • Mengajarkan ketergantungan kepada Allah.

  • Memurnikan iman kita dan membawa kita kepada pengharapan yang kekal.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia, berserah kepada Allah, dan percaya bahwa di balik setiap penderitaan, ada tujuan ilahi yang indah.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post