Filipi 2:3: Kerendahan Hati dalam Kehidupan Kristen

Filipi 2:3: Kerendahan Hati dalam Kehidupan Kristen

Pendahuluan

Filipi 2:3 adalah salah satu ayat yang menekankan pentingnya kerendahan hati dan pengorbanan diri dalam kehidupan Kristen. Rasul Paulus menulis ayat ini untuk mendorong jemaat Filipi agar tidak hidup dalam egoisme dan kesombongan, tetapi saling mendahulukan satu sama lain dalam kasih dan hormat.

Ayat ini berbunyi:

"Jangan melakukan apa pun dari ambisi yang egois atau kesombongan yang sia-sia; tetapi dengan kerendahan hati, anggaplah orang lain lebih penting daripada dirimu sendiri." (Filipi 2:3, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam Filipi 2:3 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana kerendahan hati adalah bagian dari karakter Kristus, mengapa egoisme dan kesombongan harus dihindari, dan bagaimana prinsip ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Konteks Filipi 2:3 dalam Surat Filipi

Surat Filipi adalah surat yang penuh dengan dorongan untuk hidup dalam sukacita dan kesatuan di dalam Kristus. Paulus menulis surat ini saat ia berada dalam penjara di Roma, tetapi tetap berfokus untuk membangun jemaat di Filipi agar hidup dalam kesatuan dan kasih.

Beberapa poin penting dalam konteks Filipi 2:3:

  1. Paulus mendorong jemaat untuk bersatu dalam satu kasih dan satu tujuan (Filipi 2:1-2).
  2. Kerendahan hati adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang percaya (Filipi 2:3).
  3. Kristus adalah teladan utama dalam hal kerendahan hati dan pengorbanan diri (Filipi 2:5-8).
  4. Allah meninggikan mereka yang merendahkan diri, sebagaimana Kristus dimuliakan setelah merendahkan diri-Nya (Filipi 2:9-11).

Filipi 2:3 adalah prinsip dasar dalam kehidupan Kristen, yaitu bahwa kesatuan dan kasih hanya bisa dicapai jika kita menyingkirkan egoisme dan kesombongan, serta hidup dalam kerendahan hati seperti Kristus.

2. Eksposisi Filipi 2:3

a) "Jangan melakukan apa pun dari ambisi yang egois..."

Paulus memperingatkan jemaat Filipi agar tidak melakukan sesuatu karena ambisi pribadi yang egois.

Menurut John Calvin, "ambisi egois" (selfish ambition) adalah keinginan untuk meninggikan diri sendiri tanpa memperhatikan kehendak Tuhan dan kepentingan orang lain. Calvin menekankan bahwa setiap tindakan yang berpusat pada diri sendiri adalah bertentangan dengan Injil.

John Owen menambahkan bahwa ambisi yang egois berasal dari natur manusia yang berdosa. Sejak kejatuhan Adam, manusia cenderung memikirkan dirinya sendiri lebih daripada Tuhan atau sesamanya. Oleh karena itu, Paulus mengingatkan bahwa hanya dengan anugerah Allah, manusia bisa hidup dalam ketundukan kepada kehendak-Nya dan mengutamakan orang lain.

R.C. Sproul menegaskan bahwa motivasi kita dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari harus berpusat pada kemuliaan Allah, bukan pada keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan pribadi.

b) "...atau kesombongan yang sia-sia"

Kesombongan yang sia-sia (vain conceit) berarti mencari kemuliaan bagi diri sendiri tanpa alasan yang benar.

Menurut Martyn Lloyd-Jones, kesombongan adalah bentuk penipuan diri. Orang yang sombong seringkali menganggap dirinya lebih tinggi daripada yang sebenarnya, dan meremehkan orang lain.

John Calvin mengajarkan bahwa kesombongan adalah akar dari banyak dosa, karena orang yang sombong menolak untuk mengakui kebutuhannya akan anugerah Tuhan. Sebaliknya, ia mengandalkan kekuatan sendiri dan mengabaikan Tuhan serta sesama.

c) "...tetapi dengan kerendahan hati"

Kerendahan hati adalah sikap yang berlawanan dengan ambisi egois dan kesombongan.

Menurut John Owen, kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan, tetapi memiliki pemahaman yang benar tentang diri sendiri di hadapan Tuhan. Orang yang rendah hati sadar bahwa segala sesuatu yang ia miliki berasal dari anugerah Allah.

R.C. Sproul menambahkan bahwa kerendahan hati sejati muncul ketika seseorang memahami kebesaran Allah dan menyadari betapa kecilnya dirinya tanpa kasih karunia Tuhan.

d) "...anggaplah orang lain lebih penting daripada dirimu sendiri."

Bagian ini menekankan bahwa orang percaya harus memiliki sikap yang mengutamakan kepentingan sesama.

Menurut John Calvin, perintah ini bukan berarti meremehkan diri sendiri, tetapi berarti mengutamakan kepentingan orang lain dengan kasih yang tulus.

Martyn Lloyd-Jones menjelaskan bahwa ini adalah prinsip yang sangat bertolak belakang dengan dunia, di mana kebanyakan orang lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Namun, dalam kerajaan Allah, mereka yang melayani dan merendahkan diri akan ditinggikan.

3. Teologi Reformed tentang Kerendahan Hati dan Kesatuan dalam Kristus

a) Kerendahan Hati sebagai Karakter Kristus

Dalam teologi Reformed, kerendahan hati adalah salah satu karakter utama Kristus yang harus diteladani oleh orang percaya.

Menurut John Calvin, Kristus menunjukkan kerendahan hati yang sempurna dengan meninggalkan kemuliaan-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:5-8). Jika Kristus, yang adalah Tuhan, rela merendahkan diri, maka kita sebagai manusia yang berdosa tidak punya alasan untuk hidup dalam kesombongan.

b) Kesatuan dalam Gereja Melalui Kerendahan Hati

Kesatuan dalam gereja hanya dapat terwujud jika setiap anggota memiliki sikap rendah hati.

John Owen menekankan bahwa kesombongan seringkali menjadi penyebab perpecahan dalam gereja. Ketika seseorang lebih mementingkan kehendaknya sendiri daripada kepentingan gereja secara keseluruhan, maka kesatuan akan hancur.

c) Anugerah Allah yang Menghasilkan Kerendahan Hati

Menurut R.C. Sproul, tidak ada manusia yang bisa memiliki kerendahan hati sejati tanpa anugerah Tuhan. Oleh karena itu, kerendahan hati bukanlah hasil dari usaha manusia, tetapi buah dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

a) Mengutamakan Orang Lain dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesama.

John Calvin menekankan bahwa kerendahan hati harus terlihat dalam tindakan nyata, seperti mendahulukan kepentingan orang lain, melayani tanpa mencari pujian, dan mengasihi dengan tulus.

b) Melawan Kesombongan dengan Merenungkan Kasih Karunia Allah

R.C. Sproul menekankan bahwa cara terbaik untuk melawan kesombongan adalah dengan terus mengingat bahwa kita hanya diselamatkan oleh anugerah Allah, bukan karena usaha kita sendiri.

c) Hidup dalam Kesatuan dengan Sesama Orang Percaya

Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa kesatuan dalam gereja hanya bisa terjadi jika setiap anggota memiliki hati yang rendah dan saling menghormati.

Kesimpulan

Filipi 2:3 menegaskan bahwa kerendahan hati adalah kunci untuk hidup dalam kesatuan dan kasih dalam tubuh Kristus.

Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:

  1. Kesombongan adalah akar dari banyak dosa dan harus dijauhi.
  2. Kerendahan hati sejati hanya bisa terjadi melalui anugerah Tuhan.
  3. Kesatuan dalam gereja hanya bisa terwujud jika setiap orang percaya hidup dalam kerendahan hati dan kasih.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup seperti Kristus—menjauhi egoisme dan kesombongan, serta mengutamakan sesama dalam kasih dan pelayanan yang tulus.

Next Post Previous Post