Memiliki Pikiran Kristus: Filipi 2:5

Pendahuluan
Filipi 2:5 adalah ayat yang menekankan pentingnya meneladani pikiran dan sikap Yesus Kristus dalam kehidupan orang percaya. Rasul Paulus menulis ayat ini sebagai pengantar kepada salah satu bagian Kristologi yang paling mendalam, yaitu tentang kerendahan hati dan pengorbanan Kristus.
Ayat ini berbunyi:
"Biarlah pikiran ini ada di antara kamu, sebagaimana juga dimiliki oleh Yesus Kristus," (Filipi 2:5, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam Filipi 2:5 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana memiliki pikiran Kristus berarti hidup dalam kerendahan hati, ketaatan kepada Allah, dan kasih kepada sesama.
1. Konteks Filipi 2:5 dalam Surat Filipi
Surat Filipi adalah salah satu surat yang ditulis Paulus untuk mendorong jemaat agar hidup dalam sukacita, kesatuan, dan kasih. Filipi 2 secara khusus menekankan kerendahan hati sebagai dasar dari kesatuan jemaat, dan ayat 5 menjadi pengantar bagi pengajaran tentang inkarnasi dan pengorbanan Kristus (Filipi 2:6-11).
Beberapa poin penting dalam konteks Filipi 2:5:
- Paulus mengingatkan jemaat untuk hidup dalam kasih dan kesatuan (Filipi 2:1-2).
- Kerendahan hati adalah kunci untuk menghindari egoisme dan perpecahan (Filipi 2:3-4).
- Yesus Kristus adalah teladan utama dalam kerendahan hati dan pengorbanan diri (Filipi 2:6-8).
- Karena ketaatan-Nya, Kristus ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:9-11).
Filipi 2:5 mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki pola pikir yang sama dengan Kristus, terutama dalam hal kerendahan hati, ketaatan kepada Allah, dan kasih kepada sesama.
2. Eksposisi Filipi 2:5
a) "Biarlah pikiran ini ada di antara kamu..."
Paulus menekankan bahwa setiap orang percaya harus memiliki pola pikir yang sama dengan Kristus.
Menurut John Calvin, "pikiran" yang dimaksud di sini bukan hanya sekadar cara berpikir, tetapi juga mencakup sikap hati dan tindakan yang mencerminkan karakter Kristus. Calvin menulis:
"Jika kita benar-benar ingin menjadi pengikut Kristus, maka kita harus meneladani bukan hanya ajaran-Nya, tetapi juga sikap dan hati-Nya."
John Owen menambahkan bahwa pikiran Kristus adalah pikiran yang tunduk kepada kehendak Allah. Artinya, orang percaya harus belajar untuk menyerahkan segala sesuatu kepada Allah dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
R.C. Sproul menekankan bahwa memiliki pikiran Kristus berarti memiliki perspektif yang benar tentang kehidupan—melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah, bukan dari egoisme manusiawi.
b) "...sebagaimana juga dimiliki oleh Yesus Kristus."
Bagian ini menegaskan bahwa Yesus adalah teladan utama bagi orang percaya dalam segala aspek kehidupan.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, memiliki pikiran Kristus berarti meneladani sikap hati Yesus yang penuh kasih, kerendahan hati, dan kesediaan untuk berkorban bagi orang lain.
John Owen menjelaskan bahwa pikiran Kristus yang harus kita miliki adalah pikiran yang rela merendahkan diri dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah.
3. Teologi Reformed tentang Memiliki Pikiran Kristus
a) Kerendahan Hati sebagai Esensi Pikiran Kristus
Dalam teologi Reformed, kerendahan hati adalah karakter utama Kristus yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.
Menurut John Calvin, Kristus menunjukkan kerendahan hati yang sempurna dengan:
- Melepaskan kemuliaan-Nya dan menjadi manusia (Filipi 2:6-7).
- Hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa (Filipi 2:8).
- Mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan manusia.
Jika Kristus yang adalah Tuhan rela merendahkan diri, maka tidak ada alasan bagi kita untuk hidup dalam kesombongan dan egoisme.
b) Pikiran Kristus adalah Pikiran yang Mengutamakan Orang Lain
Menurut John Owen, memiliki pikiran Kristus berarti meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan orang lain (Filipi 2:3-4).
R.C. Sproul menambahkan bahwa kehidupan Kristen bukan tentang mencari kehormatan bagi diri sendiri, tetapi tentang melayani orang lain dengan kasih yang tulus.
c) Pikiran Kristus adalah Pikiran yang Hidup dalam Ketaatan
Yesus Kristus hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8).
Menurut Martyn Lloyd-Jones, memiliki pikiran Kristus berarti menyerahkan seluruh hidup kita kepada kehendak Allah, tanpa syarat dan tanpa kompromi.
John Calvin menekankan bahwa ketaatan kepada Allah adalah bukti sejati dari iman yang hidup. Jika kita benar-benar percaya kepada Kristus, maka kita akan mengikuti teladan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Meneladani Kerendahan Hati Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengutamakan kepentingan orang lain dan melayani dengan kasih.
Menurut John Calvin, kesombongan adalah musuh utama dari kasih dan kesatuan dalam gereja. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk rendah hati dan tidak mencari pujian bagi diri sendiri.
b) Menjalani Hidup dalam Ketaatan kepada Allah
Memiliki pikiran Kristus berarti hidup dalam ketaatan kepada Allah dalam segala situasi.
Menurut R.C. Sproul, kita harus belajar untuk taat kepada Tuhan, bahkan ketika itu tidak nyaman atau bertentangan dengan keinginan kita sendiri.
c) Melayani dengan Kasih Tanpa Pamrih
Yesus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Markus 10:45).
Menurut Martyn Lloyd-Jones, pelayanan sejati lahir dari hati yang memiliki pikiran Kristus—yaitu hati yang penuh kasih, kerendahan hati, dan rela berkorban untuk orang lain.
Kesimpulan
Filipi 2:5 menegaskan bahwa orang percaya dipanggil untuk memiliki pikiran Kristus—pikiran yang penuh kasih, kerendahan hati, dan ketaatan kepada Allah.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Kerendahan hati adalah esensi dari pikiran Kristus, dan kita dipanggil untuk meneladaninya.
- Orang percaya harus hidup dalam ketaatan penuh kepada Allah.
- Pelayanan dan kasih kepada sesama adalah tanda bahwa kita memiliki pikiran Kristus.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita—mengutamakan orang lain, hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan melayani dengan kasih yang tulus.