Galatia 3:6: Iman Abraham dan Pembenaran oleh Iman
Pendahuluan
Surat Galatia adalah salah satu surat paling teologis dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus menulis surat ini untuk melawan ajaran sesat dari kaum Yudaisme yang mengajarkan bahwa orang percaya harus menaati Hukum Taurat untuk diselamatkan.
Di tengah argumennya tentang pembenaran oleh iman, Paulus mengutip teladan Abraham dalam Galatia 3:6:
"Sama seperti Abraham yang percaya kepada Allah sehingga hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran." (Galatia 3:6, AYT)
Ayat ini sangat penting karena menunjukkan bahwa sejak Perjanjian Lama, keselamatan sudah berdasarkan iman, bukan perbuatan. Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Galatia 3:6 berdasarkan perspektif teologi Reformed dengan mengacu pada beberapa pakar seperti John Calvin, Charles Hodge, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Konteks Galatia 3:6 dalam Surat Galatia
A. Hubungan Galatia 3:6 dengan Konteks Keseluruhan
Dalam Galatia 3, Paulus menyusun argumen bahwa:
- Roh Kudus diterima melalui iman, bukan hukum Taurat (Galatia 3:2-5).
- Abraham dibenarkan oleh iman, bukan oleh perbuatan (Galatia 3:6-9).
- Hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan (Galatia 3:10-14).
John Stott dalam The Message of Galatians menulis:
"Paulus mengutip Abraham untuk menunjukkan bahwa sejak awal, keselamatan tidak pernah bergantung pada perbuatan manusia, tetapi pada iman yang sejati kepada Allah."
2. Eksposisi Mendalam Galatia 3:6
A. “Sama Seperti Abraham”
Paulus mengacu pada Kejadian 15:6, di mana Abraham percaya kepada Allah dan dibenarkan karena imannya.
Dalam bahasa Yunani, frasa yang digunakan adalah "kathos Abraam", yang berarti "seperti Abraham". Ini menunjukkan bahwa pembenaran melalui iman bukan hanya untuk Abraham, tetapi berlaku untuk semua orang percaya.
John Calvin dalam Commentary on Galatians menulis:
"Abraham adalah contoh universal dari bagaimana Allah membenarkan manusia, bukan berdasarkan perbuatan mereka, tetapi berdasarkan iman kepada janji-Nya."
Artinya, setiap orang yang percaya kepada Allah dibebaskan dari kutuk hukum dan menerima kebenaran Allah, sama seperti Abraham.
B. “Yang Percaya kepada Allah”
Kepercayaan Abraham bukanlah kepercayaan biasa, tetapi iman yang aktif dan sejati.
- Imannya bersandar pada janji Allah (Kejadian 12:1-3).
- Ia percaya akan janji keturunan meskipun ia sudah tua (Kejadian 15:5-6).
- Ia tetap percaya kepada Allah meskipun harus mengorbankan Ishak (Kejadian 22:1-14).
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:
"Iman Abraham bukan hanya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi percaya kepada janji Allah dan bersandar sepenuhnya kepada-Nya."
Dengan kata lain, iman yang sejati adalah iman yang mengandalkan Allah sepenuhnya, bukan usaha manusia.
C. “Diperhitungkan Kepadanya sebagai Kebenaran”
Frasa ini menunjukkan bahwa kebenaran diberikan kepada Abraham sebagai hadiah, bukan hasil usaha.
Kata "diperhitungkan" dalam bahasa Yunani adalah λογίζομαι (logizomai), yang berarti "dihitung atau dianggap".
- Abraham tidak menjadi benar karena perbuatannya, tetapi karena Allah memperhitungkan kebenaran kepadanya berdasarkan iman.
- Ini adalah prinsip dasar dari "pembenaran oleh iman" yang menjadi inti dari ajaran Reformasi.
Charles Hodge dalam Commentary on Galatians berkata:
"Kebenaran yang diperhitungkan kepada Abraham bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi merupakan kebenaran yang diberikan oleh Allah berdasarkan iman."
Dengan kata lain, pembenaran bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah yang diterima melalui iman.
3. Implikasi Teologis Galatia 3:6
A. Keselamatan Hanya melalui Iman, Bukan Perbuatan
Galatia 3:6 menegaskan bahwa keselamatan tidak bergantung pada perbuatan, tetapi hanya pada iman kepada Allah.
Dalam perspektif teologi Reformed:
- Manusia tidak dapat dibenarkan oleh hukum Taurat (Roma 3:20).
- Keselamatan adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8-9).
- Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Yohanes 14:6).
John Calvin berkata:
"Jika Abraham sendiri dibenarkan oleh iman, bagaimana mungkin kita mencoba mencari pembenaran melalui perbuatan kita?"
B. Pembenaran oleh Iman Berlaku untuk Semua Orang Percaya
Paulus menggunakan Abraham sebagai contoh universal untuk menunjukkan bahwa pembenaran oleh iman berlaku bagi:
- Orang Yahudi maupun bukan Yahudi (Roma 4:9-12).
- Semua orang percaya yang hidup dalam Perjanjian Baru (Galatia 3:7-9).
Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi dalam hal keselamatan.
R.C. Sproul dalam Faith Alone menulis:
"Sejak awal, Allah telah menetapkan bahwa keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman, bukan melalui hukum Taurat."
Kesimpulan
Galatia 3:6 mengajarkan bahwa keselamatan hanya terjadi melalui iman, bukan perbuatan. Abraham dibenarkan bukan karena perbuatannya, tetapi karena ia percaya kepada Allah.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
✅ Percaya bahwa hanya Kristus yang bisa menyelamatkan kita.
✅ Menjalani hidup berdasarkan iman, bukan hukum Taurat.
✅ Menyebarkan kebenaran Injil kepada dunia.
"Pembenaran hanya terjadi melalui iman kepada Kristus, bukan karena usaha manusia." – John Calvin