Galatia 4:4-5: Kedatangan Kristus dan Pengangkatan Anak

Galatia 4:4-5: Kedatangan Kristus dan Pengangkatan Anak

Pendahuluan

Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia yang sedang mengalami penyimpangan doktrinal akibat ajaran Yudaisme yang berusaha menambahkan Hukum Taurat ke dalam Injil. Dalam Galatia 4:4-5, Paulus menguraikan salah satu inti dari doktrin penebusan, yakni kedatangan Kristus dalam kepenuhan waktu untuk menebus manusia dan menjadikan mereka anak-anak Allah.

Ayat ini merupakan fondasi bagi pemahaman kita tentang inkarnasi Kristus, karya penebusan-Nya, dan adopsi orang percaya ke dalam keluarga Allah. Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Galatia 4:4-5 dengan merujuk pada beberapa teolog Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

Eksposisi Galatia 4:4-5

1. Kepenuhan Waktu: Rencana Allah yang Sempurna

Galatia 4:4"Akan tetapi, ketika hari penggenapan tiba, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan lahir di bawah Hukum Taurat,"

Frasa "ketika hari penggenapan tiba" dalam bahasa Yunani adalah τὸ πλήρωμα τοῦ χρόνου (to plērōma tou chronou), yang berarti "kepenuhan waktu." John Calvin menafsirkan frasa ini sebagai waktu yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kedaulatan-Nya, di mana segala sesuatu telah dipersiapkan untuk kedatangan Kristus. Calvin menekankan bahwa Allah bekerja sesuai dengan rencana-Nya yang tidak bisa dipercepat atau diperlambat oleh manusia.

Herman Bavinck juga menghubungkan konsep "kepenuhan waktu" ini dengan providensi Allah. Menurutnya, waktu itu bukan hanya momen historis, tetapi merupakan tahap yang telah dirancang dalam rencana kekal Allah untuk keselamatan umat-Nya. Bavinck melihat bahwa Allah menyiapkan konteks dunia secara politik, sosial, dan religius sehingga kedatangan Kristus terjadi pada saat yang paling tepat dalam sejarah manusia.

Louis Berkhof menambahkan bahwa kepenuhan waktu ini menunjukkan bahwa Allah adalah pengatur sejarah. Berbagai faktor seperti dominasi Kekaisaran Romawi, penggunaan bahasa Yunani sebagai lingua franca, serta kondisi religius orang Yahudi yang menantikan Mesias, semuanya merupakan bagian dari rancangan ilahi untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus.

2. Allah Mengutus Anak-Nya: Bukti Keilahian Kristus

Paulus menekankan bahwa Allah yang mengutus Anak-Nya (ἐξαπέστειλεν ὁ θεὸς τὸν υἱὸν αὐτοῦexapesteilen ho Theos ton huion autou). Ini menunjukkan bahwa Kristus sudah ada sebelum inkarnasi-Nya, yang membuktikan keilahian-Nya.

R.C. Sproul menyoroti bahwa frase ini mengandung konsep pra-eksistensi Kristus. Kristus bukanlah sekadar manusia yang dipilih atau diangkat menjadi Anak Allah, tetapi Dia adalah Anak Allah yang telah ada sejak kekekalan dan diutus ke dunia.

John Calvin menambahkan bahwa pengutusan Kristus oleh Allah adalah bukti bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi semata-mata berasal dari kasih karunia Allah. Calvin menekankan bahwa hanya Kristus yang dapat membawa keselamatan karena Dia adalah Anak Allah yang sempurna.

3. Lahir dari Seorang Perempuan: Inkarnasi Kristus

Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa Anak Allah itu "lahir dari seorang perempuan" (γενόμενον ἐκ γυναικόςgenomenon ek gunaikos). Ini merujuk pada kelahiran Yesus dari Maria, yang menunjukkan kemanusiaan sejati-Nya.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menekankan bahwa frasa ini menegaskan doktrin inkarnasi, yaitu bahwa Kristus mengambil sifat manusia yang sejati melalui kelahiran dari seorang perempuan. Ini penting karena untuk menjadi perantara antara Allah dan manusia, Kristus harus menjadi manusia sejati.

Herman Bavinck menekankan bahwa melalui inkarnasi, Kristus mengambil natur manusia tanpa dosa. Dia mengalami semua aspek kehidupan manusia—kelaparan, kelelahan, kesedihan—tetapi tanpa dosa, sehingga Dia dapat menjadi Adam kedua yang membawa keselamatan bagi umat-Nya.

4. Lahir di Bawah Hukum Taurat: Ketaatan Kristus

Kristus bukan hanya lahir sebagai manusia, tetapi juga lahir di bawah Hukum Taurat (γενόμενον ὑπὸ νόμονgenomenon hupo nomon). Ini berarti bahwa Yesus tunduk kepada seluruh hukum yang diberikan kepada umat Israel.

John Calvin menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Kristus menaati Hukum Taurat secara sempurna, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia yang berdosa. Dengan ketaatan-Nya, Dia memenuhi tuntutan hukum dan memungkinkan manusia dibenarkan oleh iman kepada-Nya.

R.C. Sproul juga menambahkan bahwa Kristus tidak hanya menaati hukum secara pasif (dengan tidak berdosa), tetapi juga secara aktif (dengan melakukan kehendak Allah dengan sempurna). Ketaatan-Nya ini kemudian diperhitungkan kepada orang percaya dalam doktrin pembenaran oleh iman (justification by faith).

5. Tujuan Kedatangan Kristus: Penebusan dan Adopsi

Galatia 4:5"untuk menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat supaya kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak-Nya."

Paulus menjelaskan bahwa tujuan kedatangan Kristus adalah penebusan (λυτρώσῃlytrōsē). Kata ini berasal dari lutron, yang berarti pembayaran untuk membebaskan budak. Ini menunjukkan bahwa manusia berada dalam perbudakan hukum dan dosa, dan hanya melalui Kristus kita bisa dibebaskan.

Louis Berkhof menjelaskan bahwa penebusan yang dilakukan oleh Kristus adalah penebusan substitusi, yaitu Kristus menggantikan kita dalam menerima hukuman hukum. Dengan kematian-Nya, kita dibebaskan dari kutuk hukum dan diperhitungkan sebagai orang benar.

John Calvin juga menyoroti bahwa hasil dari penebusan ini adalah adopsi anak-anak Allah. Calvin melihat bahwa status anak-anak Allah bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh oleh usaha manusia, tetapi merupakan anugerah Allah yang diberikan melalui Kristus.

Herman Bavinck menambahkan bahwa adopsi ini berarti orang percaya memiliki hak warisan ilahi. Kita tidak hanya diampuni, tetapi juga menjadi bagian dari keluarga Allah, menerima warisan yang sama dengan Kristus.

Aplikasi Teologis bagi Orang Percaya

Dari eksposisi di atas, kita bisa menarik beberapa pelajaran teologis yang penting:

  1. Keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya. Tidak ada usaha manusia yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Keselamatan diberikan melalui Kristus yang diutus oleh Allah.
  2. Kristus adalah Allah dan manusia sejati. Inkarnasi Kristus adalah bukti kasih Allah kepada manusia. Dia menjadi manusia agar bisa menebus kita.
  3. Ketaatan Kristus menjadi dasar keselamatan kita. Kita dibenarkan bukan karena perbuatan kita, tetapi karena Kristus menaati hukum secara sempurna.
  4. Penebusan Kristus membawa kita menjadi anak-anak Allah. Keselamatan bukan hanya pengampunan dosa, tetapi juga relasi baru dengan Allah sebagai Bapa.
  5. Orang percaya memiliki jaminan keselamatan. Karena kita adalah anak-anak Allah, kita memiliki hak warisan dan kepastian kehidupan kekal.

Makna Teologis Galatia 4:4-5: Kedatangan Kristus dan Pengangkatan Anak

Dalam Galatia 4:4-5, Rasul Paulus mengungkapkan inti dari rencana keselamatan Allah, yaitu kedatangan Kristus dan tujuan-Nya menebus umat manusia. Ayat ini memiliki makna teologis yang mendalam, yang telah dikaji oleh banyak pakar teologi. Berikut beberapa pandangan dari para teolog terkait:

1. Waktu yang Tepat dalam Rencana Allah

John Stott menekankan bahwa frasa "ketika hari penggenapan tiba" (Galatia 4:4) menunjukkan bahwa kedatangan Kristus bukanlah peristiwa kebetulan, tetapi terjadi dalam kairos (waktu yang telah ditetapkan oleh Allah). Secara historis, ini adalah masa di mana dunia Romawi memiliki sistem hukum dan jalan yang mendukung penyebaran Injil, budaya Yunani memungkinkan komunikasi yang luas, dan Israel sendiri berada dalam kondisi menantikan Mesias.

F.F. Bruce menambahkan bahwa konsep waktu ini juga berhubungan dengan pemenuhan nubuat Perjanjian Lama, seperti dalam Daniel 9:24-27, yang meramalkan kedatangan Mesias pada masa yang telah ditetapkan. Dengan demikian, Allah tidak hanya menunggu waktu yang tepat, tetapi telah merencanakannya sejak semula.

2. Inkarnasi Kristus sebagai Pemenuhan Hukum Taurat

Paulus menegaskan bahwa Kristus "lahir dari seorang perempuan dan lahir di bawah Hukum Taurat" (Galatia 4:4). Menurut teolog seperti Wayne Grudem dan Louis Berkhof, ini menegaskan realitas inkarnasi Kristus—bahwa Ia sungguh-sungguh manusia dan hidup di bawah Hukum Taurat.

Karl Barth menyoroti bahwa ketaatan Kristus terhadap hukum adalah bagian dari misi penebusan-Nya. Sebagai satu-satunya manusia yang sempurna menaati hukum, Kristus memenuhi tuntutan hukum dan menjadi pengganti bagi manusia yang tidak mampu memenuhinya.

3. Penebusan dan Pengangkatan sebagai Anak

Dalam Galatia 4:5, Paulus menyatakan bahwa Kristus datang untuk "menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat supaya kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak-Nya."

J.I. Packer dalam bukunya Knowing God menjelaskan bahwa konsep penebusan (redemption) berarti pembebasan dari perbudakan dosa. Paulus menggunakan istilah ini untuk menggambarkan bagaimana Kristus membayar harga untuk membebaskan manusia dari kutukan hukum Taurat (Galatia 3:13).

Selain itu, pengangkatan sebagai anak (adoption) dalam konteks Romawi menunjukkan perubahan status hukum yang penuh. Teolog seperti Sinclair Ferguson dan Herman Bavinck menekankan bahwa menjadi anak Allah bukan hanya berarti keselamatan dari hukuman dosa, tetapi juga hak istimewa sebagai ahli waris janji Allah (Roma 8:17).

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion juga melihat bahwa pengangkatan sebagai anak Allah bukan sekadar status legal, tetapi sebuah realitas relasional di mana orang percaya kini memiliki akses langsung kepada Bapa dan menikmati kasih serta pemeliharaan-Nya.

Kesimpulan

Galatia 4:4-5 adalah pernyataan yang kaya akan kebenaran teologis tentang inkarnasi, penebusan, dan adopsi anak-anak Allah. Para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul menekankan bahwa keselamatan adalah hasil dari rencana kekal Allah yang digenapi dalam kedatangan Kristus.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk bersyukur atas karya keselamatan ini dan hidup sebagai anak-anak Allah yang taat kepada-Nya. Kristus datang pada kepenuhan waktu, menebus kita, dan menjadikan kita bagian dari keluarga Allah—sebuah anugerah yang tidak ternilai harganya.

Next Post Previous Post