Hati Kristus di Surga terhadap Orang Berdosa di Bumi

Hati Kristus di Surga terhadap Orang Berdosa di Bumi

Pendahuluan

Bagaimana perasaan Kristus di surga terhadap orang-orang berdosa di bumi? Apakah hati-Nya berubah setelah kenaikan-Nya ke surga? Dalam teologi Reformed, pertanyaan ini sangat penting karena berkaitan erat dengan doktrin intercession (perantaraan Kristus) dan compassion (belas kasihan Kristus).

Banyak orang Kristen memahami bahwa Yesus mengasihi manusia ketika Ia berada di dunia—menyembuhkan orang sakit, mengampuni pendosa, dan menunjukkan belas kasihan yang luar biasa. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah Kristus masih memiliki hati yang penuh kasih dan belas kasihan setelah Ia naik ke surga?

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri ajaran teologi Reformed mengenai hati Kristus di surga terhadap orang berdosa di bumi, dengan berfokus pada doktrin intercession Kristus, kasih-Nya yang tidak berubah, serta bagaimana pemahaman ini mempengaruhi kehidupan orang percaya.

1. Hati Kristus Tidak Berubah: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8)

Dalam teologi Reformed, salah satu aspek penting dari Kristus adalah bahwa Ia tidak berubah dalam sifat dan karakter-Nya. Yesus yang penuh kasih dan belas kasihan ketika berada di bumi adalah Yesus yang sama yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah di surga.

Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed terkemuka, menulis bahwa belas kasihan Yesus bukan hanya tindakan sesaat di dunia, tetapi sifat abadi-Nya. Kasih-Nya tidak berkurang ketika Ia naik ke surga; sebaliknya, di surga Ia tetap menjadi Imam Besar yang berbelaskasihan bagi umat-Nya (Ibrani 4:15).

Ketika kita merenungkan hati Kristus di surga, kita harus memahami bahwa:

  • Kasih-Nya tidak didasarkan pada kondisi kita, tetapi pada karakter-Nya yang kekal.

  • Ia tetap memandang umat-Nya dengan belas kasihan, sama seperti ketika Ia berjalan di bumi.

  • Peran-Nya sebagai Imam Besar memastikan bahwa Ia terus membawa kita dalam doa dan perantaraan-Nya.

2. Kristus Sebagai Imam Besar yang Berbelaskasihan

a. Kristus Memahami Kelemahan Kita

Ibrani 4:15-16 menyatakan:

“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

Ayat ini mengajarkan bahwa meskipun Yesus sekarang berada di surga, Ia tetap “merasakan” penderitaan, kelemahan, dan pergumulan orang percaya. Ia bukanlah Imam Besar yang jauh dan tidak peduli, tetapi seorang Imam Besar yang memahami dan bersimpati dengan kita.

Di dalam kehidupan Kristen, kita sering merasa tidak layak atau terlalu berdosa untuk datang kepada Yesus. Namun, hati Kristus di surga tetap terbuka untuk menerima kita—bukan karena kita layak, tetapi karena kasih-Nya tidak pernah berubah.

b. Kristus Berdoa bagi Umat-Nya

Salah satu tugas utama Yesus di surga saat ini adalah berdoa bagi orang percaya. Roma 8:34 mengatakan:

“Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita!”

Di dalam teologi Reformed, ini disebut doktrin perantaraan Kristus (intercession of Christ). Yesus tidak hanya mati bagi kita di kayu salib, tetapi saat ini Ia terus mendoakan kita di hadapan Allah Bapa.

John Owen, salah satu teolog Reformed terbesar, menjelaskan bahwa doa Kristus di surga adalah bukti bahwa kasih-Nya tetap aktif bagi umat-Nya. Ketika kita jatuh dalam dosa atau merasa lemah, Yesus tidak meninggalkan kita. Sebaliknya, Ia berdoa agar kita tetap bertahan dalam iman dan tidak binasa.

3. Kasih Kristus Terhadap Orang Berdosa: Hati-Nya Terbuka untuk yang Lemah

Salah satu gambaran terbaik tentang hati Kristus terhadap orang berdosa ditemukan dalam Matius 11:28-30:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”

Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “lemah lembut dan rendah hati”—sebuah penggambaran unik yang menunjukkan betapa besar belas kasihan-Nya terhadap orang-orang yang lemah dan berbeban berat.

Di surga, hati Kristus tetap sama:

  • Ia tetap mengundang orang berdosa untuk datang kepada-Nya.

  • Ia tetap memberikan kelegaan kepada mereka yang letih dan lesu.

  • Ia tetap menyambut mereka yang gagal dan membutuhkan anugerah.

4. Kristus Tidak Malu Mengakui Umat-Nya di Hadapan Allah

Ibrani 2:11 mengatakan:

“Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari satu. Itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara.”

Ayat ini memberikan penghiburan besar bagi orang percaya: Kristus tidak malu untuk menyebut kita saudara, meskipun kita sering jatuh dalam dosa dan kelemahan.

Dalam teologi Reformed, ini berhubungan dengan doktrin union with Christ—bahwa orang percaya sudah dipersatukan dengan Kristus dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, meskipun kita masih bergumul dengan dosa, status kita di hadapan Allah tidak berubah karena kita berada di dalam Kristus.

John Calvin menekankan bahwa Kristus sebagai Saudara kita adalah jaminan bahwa Allah tidak akan pernah menolak kita. Seperti seorang saudara yang membela saudaranya di pengadilan, Kristus membela kita di hadapan Bapa dengan darah-Nya yang telah menebus kita.

5. Bagaimana Pemahaman Ini Mempengaruhi Hidup Orang Percaya?

Memahami hati Kristus di surga terhadap orang berdosa di bumi bukan hanya sekadar teori teologis—ini memiliki dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Keberanian untuk Mendekati Allah

    • Karena Kristus adalah Imam Besar yang berbelaskasihan, kita bisa datang kepada Allah dengan keyakinan, tanpa rasa takut atau malu.

  2. Penghiburan dalam Penderitaan

    • Ketika kita mengalami kesulitan atau pencobaan, kita tahu bahwa Kristus memahami penderitaan kita dan terus berdoa bagi kita.

  3. Kasih yang Tidak Bersyarat

    • Kita sering merasa gagal dalam iman, tetapi hati Kristus tetap penuh kasih terhadap kita. Ini memberi kita keyakinan bahwa kita tetap diterima di dalam Dia.

  4. Dorongan untuk Bertobat dan Hidup dalam Kekudusan

    • Karena kita tahu bahwa Kristus tidak pernah meninggalkan kita, kita memiliki dorongan untuk hidup dalam pertobatan dan kekudusan sebagai respons atas kasih-Nya.

Kesimpulan: Hati Kristus Selalu Terbuka bagi Orang Berdosa

Kristus yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah tetap memiliki hati yang penuh belas kasihan terhadap umat-Nya di bumi. Ia tetap berdoa, membela, dan mengasihi kita dengan kasih yang tidak berubah.

Dalam segala kelemahan dan kegagalan kita, hati-Nya tetap terbuka untuk kita. Itulah sebabnya kita bisa datang kepada-Nya dengan iman dan percaya bahwa Ia akan menerima kita, bukan karena kita layak, tetapi karena kasih-Nya yang sempurna dan abadi.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post