Hidup Berkenan di Hadapan Kristus: 2 Korintus 5:9-13

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus merupakan salah satu surat yang sangat personal dan penuh dengan penekanan teologis yang mendalam. Dalam 2 Korintus 5:9-13, Paulus menekankan pentingnya hidup berkenan kepada Tuhan, kesadaran akan penghakiman Kristus, dan integritas dalam pelayanan. Artikel ini akan membahas eksposisi ayat-ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed, serta pendapat beberapa pakar teologi yang berpengaruh.
1. Analisis Konteks dan Struktur Perikop
Surat 2 Korintus ditulis oleh Paulus dalam konteks pelayanan apostoliknya yang banyak mendapat tantangan dari "rasul-rasul palsu" yang mempertanyakan otoritasnya. Dalam pasal 5, Paulus berbicara tentang harapan kekal dalam Kristus, penghakiman di hadapan takhta Kristus, dan motivasi pelayanan yang sejati.
Dalam 2 Korintus 5:9-13, Paulus membahas tiga tema utama:
-
Hidup untuk menyenangkan Tuhan (ayat 9)
-
Penghakiman Kristus atas semua manusia (ayat 10)
-
Pelayanan yang didasarkan pada takut akan Tuhan dan ketulusan hati (ayat 11-13)
2. Eksposisi 2 Korintus 5:9-13
2.1 Hidup untuk Menyenangkan Tuhan (2 Korintus 5:9)
"Oleh karena itu, kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya, entah kami tinggal di rumah ini atau berada di luar." (2 Korintus 5:9, AYT)
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan orang percaya harus difokuskan pada satu tujuan utama: menyenangkan Tuhan. Dalam teologi Reformed, konsep soli Deo gloria (kemuliaan hanya bagi Allah) sangat berkaitan dengan pernyataan ini.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya. Oleh karena itu, hidup seorang Kristen bukan didorong oleh keinginan pribadi, tetapi oleh panggilan untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan, baik dalam kehidupan sekarang maupun dalam kekekalan.
R.C. Sproul menekankan bahwa "menyenangkan Tuhan" berarti menjalani kehidupan yang taat kepada kehendak-Nya, yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Ini mencerminkan doktrin sanctification (pengudusan), di mana orang percaya secara progresif dijadikan lebih serupa dengan Kristus.
2.2 Penghakiman Kristus atas Semua Manusia (2 Korintus 5:10)
"Sebab, kita semua harus dihadapkan di depan kursi pengadilan Kristus supaya setiap orang dapat menerima kembali hal-hal yang dilakukan dalam tubuhnya, sesuai dengan apa yang sudah dilakukannya, entah itu baik ataupun jahat." (2 Korintus 5:10, AYT)
Ayat ini berbicara tentang Bema Seat of Christ, yaitu penghakiman bagi orang percaya. Dalam perspektif Reformed, penghakiman ini bukan untuk menentukan keselamatan, tetapi untuk memberikan upah sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan dalam tubuh.
Jonathan Edwards dalam khotbahnya Sinners in the Hands of an Angry God menekankan realitas penghakiman ilahi dan perlunya hidup dengan kesadaran bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan. Penghakiman Kristus juga mengingatkan kita akan total depravity (kejatuhan total manusia) dan perlunya anugerah Allah dalam kehidupan orang percaya.
Menurut Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, konsep penghakiman Kristus ini menunjukkan keseimbangan antara anugerah dan keadilan Tuhan. Orang percaya yang telah dibenarkan melalui iman tetap bertanggung jawab untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan anugerah yang telah diterimanya.
2.3 Motivasi Pelayanan: Takut akan Tuhan dan Ketulusan Hati (2 Korintus 5:11-13)
"Karena kami tahu artinya takut akan Tuhan, maka kami meyakinkan orang lain. Namun, kami sudah nyata bagi Allah dan aku berharap nyata pula bagi hati nuranimu." (2 Korintus 5:11, AYT)
Konsep “takut akan Tuhan” dalam teologi Reformed dipahami sebagai sikap hormat yang mendalam kepada Tuhan, yang mendorong orang percaya untuk hidup dalam ketaatan. John Piper dalam bukunya Desiring God menekankan bahwa takut akan Tuhan bukan hanya tentang ketakutan akan hukuman, tetapi tentang rasa hormat dan kekaguman yang mendalam terhadap kekudusan dan kebesaran-Nya.
Paulus juga menekankan ketulusan dalam pelayanan, menolak segala bentuk kemunafikan dan manipulasi. Ayat 12 menyatakan:
"Kami tidak berusaha lagi memuji-muji diri kami kepadamu, tetapi kami memberikanmu kesempatan untuk bangga terhadap kami. Dengan demikian, kamu akan mempunyai jawaban untuk mereka yang bangga atas hal-hal lahiriah dan bukan atas apa yang ada dalam hati." (2 Korintus 5:12, AYT)
Ini menunjukkan bahwa pelayanan sejati bukanlah tentang mencari pengakuan manusia, tetapi tentang kesetiaan kepada Allah. Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression mengingatkan bahwa motivasi pelayanan haruslah berdasarkan kebenaran Allah, bukan keinginan untuk memperoleh pujian dunia.
2.4 Kesadaran akan Identitas dalam Kristus (2 Korintus 5:13)
"Jika kami tidak menjadi diri kami, hal itu adalah untuk Allah. Jika kami menjadi diri kami, itu untuk kepentinganmu." (2 Korintus 5:13, AYT)
Paulus menegaskan bahwa kehidupan dan pelayanannya bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan jemaat. Dalam pemahaman Reformed, ini sejalan dengan konsep vocation (panggilan hidup) dalam pelayanan. Semua yang kita lakukan harus mencerminkan identitas kita sebagai umat tebusan.
John Stott menyoroti bahwa pelayanan Kristen harus bebas dari kepura-puraan, dan seorang pelayan Tuhan harus bersedia dianggap "bodoh" oleh dunia demi Injil. Ini berkaitan dengan the foolishness of the cross (1 Korintus 1:18), di mana hikmat dunia bertentangan dengan hikmat Allah.
3. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
Dari eksposisi ini, terdapat beberapa prinsip praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan Kristen:
-
Menjadikan Kesukacitaan Tuhan sebagai Prioritas Utama – Hidup seorang Kristen tidak boleh berpusat pada ambisi pribadi, tetapi pada bagaimana kita dapat berkenan kepada Tuhan (2 Korintus 5:9).
-
Kesadaran Akan Penghakiman Kristus – Meskipun kita telah diselamatkan oleh anugerah, kita tetap bertanggung jawab atas setiap perbuatan kita di hadapan Kristus (2 Korintus 5:10).
-
Takut Akan Tuhan dan Ketulusan Hati dalam Pelayanan – Motivasi dalam pelayanan haruslah murni, tanpa mencari pujian manusia (2 Korintus 5:11-12).
-
Identitas dalam Kristus – Kita tidak boleh terjebak dalam pencitraan duniawi, tetapi harus hidup dalam kebenaran Injil (2 Korintus 5:13).
Kesimpulan
Eksposisi 2 Korintus 5:9-13 menunjukkan bahwa kehidupan orang percaya harus difokuskan pada kesukacitaan Tuhan, kesadaran akan penghakiman Kristus, dan pelayanan yang murni dari hati. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat-ayat ini meneguhkan doktrin soli Deo gloria, total depravity, dan sanctification.
Melalui pemahaman ini, kita diajak untuk hidup dengan takut akan Tuhan, bertekun dalam pelayanan dengan motivasi yang benar, serta selalu menyadari bahwa kita akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita di hadapan Kristus. Semoga artikel ini mendorong kita semua untuk hidup lebih dekat kepada Tuhan dan memuliakan-Nya dalam segala aspek kehidupan.