Kehausan akan Firman: 1 Petrus 2:2

 

Kehausan akan Firman: 1 Petrus 2:2

Pendahuluan

Pertumbuhan rohani adalah aspek esensial dalam kehidupan setiap orang percaya. Dalam 1 Petrus 2:2, Rasul Petrus menggunakan metafora bayi yang baru lahir untuk menggambarkan bagaimana orang Kristen harus memiliki keinginan yang besar terhadap firman Tuhan:

“Seperti bayi yang baru lahir, hendaklah kamu menginginkan susu rohani yang murni supaya dengan itu kamu bertumbuh dalam keselamatanmu.” (1 Petrus 2:2, AYT)

Ayat ini menekankan pentingnya firman Tuhan sebagai makanan rohani, yang memungkinkan orang percaya bertumbuh dalam keselamatan mereka. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi eksposisi 1 Petrus 2:2 berdasarkan pemahaman dari beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Charles Hodge. Kita juga akan melihat bagaimana ayat ini berkaitan dengan pertumbuhan rohani, doktrin keselamatan, dan peran firman Tuhan dalam kehidupan orang percaya.

I. Konteks 1 Petrus 2:2

1. Konteks Historis dan Naratif

Surat 1 Petrus ditulis kepada orang-orang Kristen yang tersebar di Asia Kecil (1 Petrus 1:1). Mereka mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan karena iman mereka. Rasul Petrus menulis surat ini untuk menguatkan mereka dalam iman dan menasihati mereka agar tetap hidup dalam kekudusan.

Dalam pasal 1, Petrus berbicara tentang kelahiran baru dan kekekalan firman Allah:

“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi yang tidak fana, melalui firman Allah yang hidup dan kekal.” (1 Petrus 1:23, AYT)

Dari sini, Petrus melanjutkan ke pasal 2 dengan perintah agar orang percaya membuang segala kejahatan dan menginginkan susu rohani yang murni sebagai tanda pertumbuhan rohani mereka.

2. Konteks Teologis

Dalam teologi Reformed, pertumbuhan dalam keselamatan adalah proses pengudusan (sanctification) yang terjadi setelah seseorang mengalami kelahiran baru (regeneration).

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa iman yang sejati harus bertumbuh, dan ini terjadi melalui pemberian Roh Kudus serta ketekunan dalam firman Tuhan. Dengan demikian, 1 Petrus 2:2 mengajarkan bahwa keinginan akan firman Tuhan adalah bukti kelahiran baru dan sarana pertumbuhan rohani.

II. Eksposisi 1 Petrus 2:2 dalam Teologi Reformed

1. “Seperti Bayi yang Baru Lahir”

a. Keinginan yang Murni akan Firman Tuhan

Metafora bayi yang baru lahir menggambarkan keinginan alami dan mendalam akan makanan. Bayi yang baru lahir tidak bisa bertahan tanpa susu, sama seperti orang percaya tidak bisa bertahan secara rohani tanpa firman Tuhan.

John Calvin dalam Commentary on 1 Peter menulis:

“Sebagaimana bayi yang baru lahir dengan penuh hasrat mencari susu ibunya, demikian pula orang percaya sejati akan selalu memiliki rasa lapar yang mendalam terhadap firman Tuhan.”

Keinginan akan firman bukanlah opsional, tetapi merupakan tanda kehidupan rohani yang sejati. Jika seseorang tidak memiliki hasrat untuk firman Tuhan, hal itu dapat menandakan masalah dalam kondisi rohaninya.

b. Keinginan yang Berkelanjutan

R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menekankan bahwa keinginan akan firman Tuhan harus terus berkembang seiring waktu. Banyak orang Kristen mengalami kebosanan atau kehilangan minat dalam membaca firman Tuhan, dan ini adalah tanda penurunan rohani.

Petrus menggunakan kata kerja "menginginkan" dalam bentuk imperatif, yang berarti perintah berkelanjutan. Artinya, orang Kristen tidak boleh berhenti menginginkan firman, melainkan harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan.

2. “Susu Rohani yang Murni”

a. Apa yang Dimaksud dengan Susu Rohani?

Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa susu rohani yang murni adalah firman Tuhan dalam bentuknya yang paling sejati dan tidak tercampur dengan ajaran palsu.

Firman Tuhan harus dipelajari dalam kemurniannya, tanpa distorsi atau pengaruh ajaran sesat. Dalam konteks ini, gereja memiliki tanggung jawab besar untuk mengajarkan firman dengan benar dan tidak mencampurkannya dengan tradisi manusia atau filosofi duniawi.

b. Firman Tuhan sebagai Sumber Kehidupan

Herman Bavinck menekankan bahwa firman Tuhan bukan sekadar informasi, tetapi merupakan sumber kehidupan rohani. Dalam Mazmur 119:105 dikatakan:

“Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

Artinya, firman Tuhan bukan hanya untuk dipelajari, tetapi juga untuk menjadi pedoman hidup.

3. “Supaya dengan Itu Kamu Bertumbuh dalam Keselamatanmu”

a. Pertumbuhan dalam Keselamatan

Dalam teologi Reformed, keselamatan memiliki tiga aspek:

  1. Pembenaran (Justification) – Penerimaan kita di hadapan Allah melalui iman kepada Kristus.

  2. Pengudusan (Sanctification) – Proses bertumbuh dalam kekudusan dan semakin menyerupai Kristus.

  3. Pemuliaan (Glorification) – Kesempurnaan yang akan kita terima di surga.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa keselamatan bukan hanya suatu peristiwa, tetapi juga suatu proses pertumbuhan yang berlangsung sepanjang hidup.

Ketika Petrus mengatakan bahwa kita bertumbuh dalam keselamatan, ia menekankan bahwa iman kita harus semakin kuat dan matang.

b. Firman Tuhan sebagai Sarana Pertumbuhan

Dalam Roma 10:17, Paulus berkata:

“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Firman Tuhan adalah sarana utama yang Allah gunakan untuk menumbuhkan iman orang percaya. Tanpa firman, seseorang tidak bisa bertumbuh secara rohani.

III. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Kristen

1. Memiliki Kelaparan Akan Firman Tuhan

1 Petrus 2:2 mengajarkan bahwa keinginan akan firman Tuhan adalah tanda dari kehidupan rohani yang sehat. Oleh karena itu, kita harus mengevaluasi apakah kita benar-benar lapar akan firman Tuhan atau tidak.

John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa orang percaya harus memiliki rasa lapar yang besar terhadap Allah dan firman-Nya. Jika tidak, kita perlu meminta Roh Kudus untuk membangkitkan kembali hasrat itu.

2. Menjaga Kemurnian Doktrin

Firman Tuhan harus dipahami dalam kemurniannya. Dalam zaman modern, banyak ajaran yang mencampuradukkan firman Tuhan dengan ideologi sekuler atau filsafat dunia. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak mengonsumsi firman Tuhan yang telah terdistorsi.

Charles Hodge menekankan bahwa gereja memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kemurnian Injil dan tidak tergoda oleh pengajaran yang menyesatkan.

3. Bertumbuh dalam Kekudusan

Firman Tuhan bukan hanya untuk dipelajari, tetapi untuk mengubah hidup kita. Setiap orang percaya harus bertanya kepada diri sendiri:

“Apakah saya semakin bertumbuh dalam kekudusan?”

Jika tidak, mungkin ada masalah dalam hubungan kita dengan firman Tuhan.

Kesimpulan

1 Petrus 2:2 memberikan pelajaran penting dalam kehidupan Kristen:

  1. Keinginan akan firman Tuhan adalah tanda kehidupan rohani yang sejati.

  2. Firman Tuhan adalah sumber utama pertumbuhan dalam keselamatan.

  3. Orang percaya harus menjaga kemurnian doktrin dan tidak mencampurkan firman Tuhan dengan ajaran palsu.

  4. Pertumbuhan dalam iman adalah proses yang terus berlangsung sepanjang hidup.

Sebagai orang Kristen, kita harus terus lapar akan firman Tuhan dan menjadikannya sebagai fondasi utama dalam hidup kita. Kehausan akan Firman: 1 Petrus 2:2

Next Post Previous Post