The Shorter Catechism Explained: Penjelasan Katekismus Singkat

Pendahuluan
Katekismus Singkat Westminster (The Westminster Shorter Catechism) merupakan salah satu dokumen pengajaran paling berpengaruh dalam tradisi Reformed. Disusun pada tahun 1647 oleh para teolog Puritan dalam Sidang Westminster, katekismus ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sistematis tentang doktrin Kristen, terutama bagi anak-anak dan jemaat awam.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam Katekismus Singkat Westminster berdasarkan perspektif teologi Reformed, bagaimana relevansinya dalam kehidupan Kristen, serta bagaimana katekismus ini memberikan dasar yang kokoh bagi iman yang alkitabiah.
1. Apa Itu The Shorter Catechism?
Katekismus adalah metode pengajaran iman Kristen dalam bentuk tanya-jawab. The Westminster Shorter Catechism terdiri dari 107 pertanyaan dan jawaban yang dirancang untuk memberikan pengajaran dasar tentang iman Kristen.
Secara garis besar, katekismus ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama:
-
Pertanyaan 1-38: Membahas tentang doktrin Allah, penciptaan, kejatuhan manusia, Kristus sebagai Penebus, iman dan pertobatan, serta manfaat yang diperoleh dalam keselamatan.
-
Pertanyaan 39-107: Berfokus pada bagaimana umat percaya harus hidup dalam ketaatan kepada Allah, termasuk sepuluh perintah Allah, sakramen, dan doa Bapa Kami.
2. Tujuan Hidup Manusia Menurut The Shorter Catechism
Pertanyaan pertama dalam Katekismus Singkat Westminster adalah salah satu yang paling terkenal:
"What is the chief end of man?"
(Apakah tujuan utama manusia?)
Jawaban yang diberikan sangat mendalam:
"Man’s chief end is to glorify God, and to enjoy Him forever."
(Tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.)
Teologi Reformed mengajarkan bahwa manusia diciptakan untuk kemuliaan Allah (Yesaya 43:7). Ini berarti bahwa segala aspek kehidupan kita—pekerjaan, keluarga, ibadah, dan pelayanan—harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan.
Selain itu, menikmati Allah berarti memiliki hubungan yang dekat dan penuh kasih dengan-Nya. John Piper, seorang teolog Reformed kontemporer, mengembangkan konsep ini dalam prinsipnya: "God is most glorified in us when we are most satisfied in Him." (Allah paling dimuliakan dalam hidup kita ketika kita paling bersukacita di dalam-Nya).
3. Kejatuhan dan Keselamatan dalam Katekismus Singkat
Teologi Reformed menekankan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa (Roma 5:12). Hal ini diajarkan dalam pertanyaan ke-16 hingga ke-19 dalam The Shorter Catechism, yang menjelaskan bahwa semua keturunan Adam lahir dalam dosa dan membutuhkan keselamatan.
Pertanyaan 20 menyoroti kasih karunia Allah dalam rencana keselamatan:
"Did God leave all mankind to perish in the estate of sin and misery?"
(Apakah Allah membiarkan seluruh umat manusia binasa dalam keadaan dosa dan kesengsaraan?)
Jawabannya menegaskan kedaulatan Allah dalam keselamatan:
"God, having out of His mere good pleasure, from all eternity, elected some to everlasting life, did enter into a covenant of grace to deliver them out of the estate of sin and misery, and to bring them into an estate of salvation by a Redeemer."
(Allah, dari kehendak-Nya yang penuh kasih, sejak kekekalan telah memilih beberapa orang untuk hidup yang kekal, dan telah mengadakan perjanjian kasih karunia untuk menyelamatkan mereka dari dosa dan penderitaan melalui seorang Penebus.)
Ini menunjukkan konsep predestinasi dalam teologi Reformed, di mana keselamatan bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah melalui Yesus Kristus (Efesus 1:4-5).
4. Hukum Allah dan Tuntunan Hidup Kristen
Katekismus Westminster juga memberikan perhatian besar pada bagaimana umat percaya harus hidup dalam kekudusan.
Pertanyaan 39 berbunyi:
"What is the duty which God requireth of man?"
(Apakah kewajiban utama yang Allah tuntut dari manusia?)
Jawabannya adalah:
"The duty which God requireth of man is obedience to His revealed will."
(Kewajiban utama yang Allah tuntut dari manusia adalah ketaatan kepada kehendak-Nya yang dinyatakan.)
Kehendak Allah dinyatakan dalam Sepuluh Perintah Allah, yang dijelaskan dalam pertanyaan 42-81. Sepuluh Perintah Allah bukan hanya hukum moral bagi Israel, tetapi tetap berlaku sebagai standar kekudusan bagi umat percaya saat ini.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa ketaatan bukan sarana keselamatan, melainkan bukti dari iman sejati. Seperti yang dikatakan Yakobus 2:26: "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati."
5. Doa dan Sakramen dalam Kehidupan Kristen
Bagian terakhir dari The Shorter Catechism membahas tentang doa dan sakramen.
Doa:
Katekismus memberikan penjelasan tentang Doa Bapa Kami dalam pertanyaan 98-107. Ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya permohonan kepada Allah, tetapi juga ekspresi ketergantungan dan penyembahan kepada-Nya.
Sakramen:
Teologi Reformed mengajarkan dua sakramen utama:
-
Baptisan (Pertanyaan 94-95), yang melambangkan pembersihan dosa dan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
-
Perjamuan Kudus (Pertanyaan 96-97), yang diberikan sebagai tanda dan meterai kasih karunia Allah kepada orang percaya.
Sakramen bukan sekadar ritual, tetapi alat kasih karunia yang digunakan Allah untuk memperkuat iman umat-Nya.
6. Mengapa The Shorter Catechism Masih Relevan?
Meskipun disusun hampir 400 tahun yang lalu, The Shorter Catechism tetap relevan bagi gereja dan individu Kristen hari ini karena beberapa alasan:
-
Fondasi Iman yang Kokoh: Katekismus ini memberikan dasar yang kuat dalam doktrin Kristen berdasarkan Alkitab.
-
Kejelasan dan Kepraktisan: Format tanya-jawab memudahkan pembelajaran bagi anak-anak dan orang dewasa.
-
Membangun Kehidupan Kristen yang Bertumbuh: Dengan memahami ajaran iman secara sistematis, orang percaya dapat lebih bertumbuh dalam iman dan ketaatan.
-
Menjaga Kemurnian Doktrin: Dalam era relativisme teologis, pengajaran katekismus membantu gereja tetap setia pada ajaran yang benar.
Kesimpulan
Katekismus Singkat Westminster bukan sekadar dokumen sejarah, tetapi alat yang berharga untuk pertumbuhan iman Kristen. Dalam terang teologi Reformed, katekismus ini menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakan dan menikmati Allah, bahwa keselamatan adalah anugerah semata, dan bahwa kehidupan Kristen harus ditandai dengan ketaatan kepada kehendak Allah.
Menghidupi ajaran The Shorter Catechism bukan hanya sekadar memahami teologi, tetapi juga mengalami dan menjalankan iman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga umat percaya semakin terdorong untuk mengenal Allah lebih dalam dan hidup bagi kemuliaan-Nya.