Kesetiaan dalam Penderitaan: Rut 1:8-13

Pendahuluan
Rut 1:8-13 adalah bagian dari kisah emosional dalam Kitab Rut, yang menyoroti kesetiaan, penderitaan, dan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan umat-Nya. Ayat ini menggambarkan kesedihan Naomi, seorang wanita yang kehilangan suami dan kedua putranya, serta keputusan dua menantunya, Orpa dan Rut, dalam menghadapi masa depan mereka.
Ayat ini berbunyi:
8 Dan, Naomi berkata kepada kedua menantunya, “Pergilah, kembalilah kamu masing-masing ke rumah ibumu. Kiranya TUHAN menunjukkan kebaikan kepadamu seperti yang kamu sudah tunjukkan kepada suami-suami yang sudah mati itu dan kepadaku.
9 Semoga TUHAN menolongmu menemukan kesejahteraan di rumah suamimu masing-masing.” Lalu, dia mencium mereka, dan mereka pun menangis dengan suara keras.
10 Kemudian, mereka berkata kepadanya, “Tidak, kami akan pulang bersamamu kepada bangsamu.”
11 Namun, Naomi berkata, “Pulanglah, anak-anakku. Mengapa kamu mau pergi bersamaku? Akan adakah lagi anak-anak laki-laki di rahimku untuk mereka menjadi suamimu?
12 Pulanglah anak-anakku, pergilah, sebab aku sudah terlalu tua untuk bersuami. Kalaupun aku mengatakan ada harapan, kalaupun aku mendapatkan suami pada malam ini dan juga melahirkan anak-anak laki-laki,
13 akankah kamu menunggu sampai mereka dewasa? Akankah kamu menahan diri sendiri untuk tidak bersuami? Tidak, anak-anakku. Sebab, hal ini akan lebih mendukakan aku karena tangan TUHAN telah menindas aku!” (Rut 1:8-13, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam dari Rut 1:8-13 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat kesetiaan Rut, pergumulan Naomi, serta bagaimana Tuhan bekerja dalam penderitaan untuk membawa pemulihan dan rencana keselamatan-Nya.
1. Konteks Rut 1:8-13 dalam Kitab Rut
Kitab Rut berlatar belakang zaman Hakim-hakim, suatu periode ketika bangsa Israel sering mengalami kemerosotan rohani dan moral. Naomi dan keluarganya meninggalkan Betlehem karena kelaparan dan pindah ke Moab. Namun, di tanah asing ini, Naomi kehilangan suami dan kedua putranya, meninggalkannya hanya dengan dua menantunya, Orpa dan Rut.
Dalam Rut 1:8-13, Naomi, yang mengalami kesedihan mendalam, memutuskan untuk kembali ke Betlehem dan mendorong kedua menantunya untuk tetap tinggal di Moab agar mereka bisa menikah lagi dan memiliki masa depan yang lebih baik.
2. Eksposisi Rut 1:8-13
a) Rut 1:8-9 – Doa Berkat Naomi bagi Orpa dan Rut
Naomi berkata:
"Pergilah, kembalilah kamu masing-masing ke rumah ibumu. Kiranya TUHAN menunjukkan kebaikan kepadamu seperti yang kamu sudah tunjukkan kepada suami-suami yang sudah mati itu dan kepadaku. Semoga TUHAN menolongmu menemukan kesejahteraan di rumah suamimu masing-masing."
John Calvin menekankan bahwa dalam ayat ini, kita melihat kebaikan hati Naomi. Meskipun dia sendiri dalam keadaan pahit, dia masih mendoakan berkat bagi menantunya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa Naomi mengakui kedaulatan Tuhan dalam hidup mereka, meskipun dia sedang mengalami penderitaan. Naomi percaya bahwa hanya Tuhan yang bisa memberikan berkat dan kesejahteraan bagi Rut dan Orpa, bukan rencana manusia semata.
Namun, di balik doanya, Naomi tampaknya juga memiliki pemahaman yang terbatas tentang anugerah Allah, karena dia berpikir bahwa masa depan menantunya hanya dapat ditemukan di Moab, bukan di antara umat Tuhan di Israel.
b) Rut 1:10 – Keputusan Orpa dan Rut untuk Tetap Bersama Naomi
Setelah mendengar kata-kata Naomi, Orpa dan Rut berkata:
"Tidak, kami akan pulang bersamamu kepada bangsamu."
Menurut John Owen, keputusan awal mereka untuk tetap bersama Naomi menunjukkan kesetiaan dan kasih mereka. Namun, keputusan mereka akan diuji lebih lanjut, dan kita melihat bagaimana Orpa akhirnya memilih untuk kembali ke Moab, sedangkan Rut tetap setia.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa ini adalah gambaran dari pengikut Kristus yang sejati dan yang hanya ikut sementara waktu. Banyak orang awalnya menunjukkan komitmen kepada Tuhan, tetapi hanya mereka yang benar-benar memiliki iman sejati yang akan bertahan dalam perjalanan iman mereka.
c) Rut 1:11-13 – Pergumulan dan Kepahitan Naomi
Naomi berkata:
"Mengapa kamu mau pergi bersamaku? Akan adakah lagi anak-anak laki-laki di rahimku untuk mereka menjadi suamimu? Pulanglah anak-anakku, pergilah, sebab aku sudah terlalu tua untuk bersuami... sebab hal ini akan lebih mendukakan aku karena tangan TUHAN telah menindas aku!"
Dalam bagian ini, Naomi mengekspresikan kepedihan hatinya dan merasa bahwa Tuhan telah meninggalkannya.
John Calvin menekankan bahwa Naomi memiliki iman, tetapi juga bergumul dengan kepahitan. Meskipun dia percaya pada Tuhan, dia melihat penderitaan sebagai tanda hukuman daripada bagian dari rencana pemulihan Tuhan.
R.C. Sproul menambahkan bahwa Naomi menggunakan logika manusia untuk menilai situasinya, bukan iman. Dia merasa bahwa karena dia sudah tua dan tidak bisa memiliki anak lagi, maka tidak ada harapan. Namun, dia tidak melihat bahwa Tuhan dapat bekerja dengan cara yang melampaui pemahamannya.
Menurut John Owen, ungkapan "tangan TUHAN telah menindas aku" mencerminkan bagaimana manusia sering kali sulit melihat kasih Allah dalam penderitaan. Namun, meskipun Naomi merasa ditinggalkan, Tuhan sedang bekerja untuk membawa pemulihan dan rencana keselamatan-Nya melalui Rut.
3. Teologi Reformed tentang Penderitaan dan Anugerah Tuhan
a) Penderitaan Tidak Selalu Berarti Hukuman dari Tuhan
Banyak orang, seperti Naomi, berpikir bahwa penderitaan adalah tanda bahwa Tuhan sedang menghukum mereka. Namun, dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Allah sering menggunakan penderitaan untuk membentuk umat-Nya dan membawa rencana-Nya yang lebih besar.
John Calvin menekankan bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan Kristen, tetapi Tuhan selalu memiliki tujuan dalam setiap penderitaan (Roma 8:28).
R.C. Sproul menambahkan bahwa iman sejati diuji dalam masa-masa sulit. Meskipun Naomi tidak memahami rencana Tuhan, Tuhan tetap setia kepada umat-Nya.
b) Kasih Karunia Allah Melampaui Pemahaman Manusia
Naomi berpikir bahwa masa depan hanya bisa ditemukan di Moab, tetapi Tuhan memiliki rencana yang lebih besar.
Menurut John Owen, kasih karunia Tuhan sering bekerja di luar pemahaman kita. Rut, seorang wanita Moab, akan menjadi bagian dari garis keturunan Mesias, sesuatu yang Naomi tidak pernah bayangkan.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Tetap Setia kepada Tuhan dalam Penderitaan
Seperti Naomi, kita semua akan mengalami masa-masa sulit. Namun, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan bekerja untuk kebaikan kita, bahkan ketika kita tidak bisa melihatnya.
John Calvin menekankan bahwa iman sejati adalah percaya kepada Tuhan, bukan hanya saat semuanya berjalan baik, tetapi juga saat semuanya terasa sulit.
b) Jangan Membatasi Rencana Tuhan
Naomi berpikir bahwa tidak ada harapan baginya, tetapi Tuhan sedang menyiapkan rencana yang lebih besar.
R.C. Sproul menegaskan bahwa kita harus mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan, karena Ia sering bekerja dengan cara yang tidak kita duga.
Kesimpulan
Rut 1:8-13 menunjukkan bagaimana Naomi bergumul dengan penderitaannya dan bagaimana Tuhan tetap setia dalam segala situasi. Dalam perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:
- Penderitaan tidak selalu berarti Tuhan meninggalkan kita.
- Kasih karunia Tuhan lebih besar dari pemahaman kita.
- Tuhan menggunakan penderitaan untuk membawa pemulihan dan penggenapan janji-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan, bahkan dalam masa-masa sulit, karena Tuhan selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.