Kristus Sebagai Pembela: 1 Yohanes 2:1

Kristus Sebagai Pembela: 1 Yohanes 2:1

Pendahuluan

Surat 1 Yohanes 2:1 menyampaikan pesan yang sangat penting bagi umat Kristen:

"Anak-anakku, aku menuliskan hal-hal ini kepadamu supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun, jika ada yang berbuat dosa, kita mempunyai Pembela di hadapan Bapa, yaitu Kristus Yesus, Yang Benar itu." (1 Yohanes 2:1, AYT)

Ayat ini mengandung dua aspek utama dalam ajaran Kristen: panggilan untuk menjauhi dosa dan penghiburan bagi orang percaya bahwa Kristus adalah Pembela mereka. Dalam teologi Reformed, doktrin tentang dosa, anugerah, dan perantaraan Kristus sangatlah penting. Artikel ini akan menggali ayat ini berdasarkan pemikiran beberapa pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

1. Konteks 1 Yohanes 2:1

Surat 1 Yohanes ditulis untuk memperingatkan jemaat tentang ajaran sesat yang mengancam iman mereka, terutama Gnostisisme yang menyangkal dosa dan kebutuhan akan Kristus. Yohanes menulis dengan tujuan menguatkan iman orang percaya agar mereka hidup dalam kebenaran dan memiliki kepastian keselamatan.

Dalam ayat sebelumnya (1 Yohanes 1:8-10), Yohanes menegaskan bahwa setiap orang berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Allah. Namun, dalam 1 Yohanes 2:1, ia juga menekankan bahwa tujuan dari surat ini adalah agar mereka tidak berbuat dosa. Meskipun demikian, Yohanes memahami kelemahan manusia dan memberikan penghiburan bahwa Yesus Kristus adalah Pembela bagi mereka yang jatuh ke dalam dosa.

2. Pandangan Teologi Reformed tentang Dosa dan Anugerah

1. Dosa: Kenyataan yang Tak Terhindarkan

Teologi Reformed menekankan doktrin Total Depravity (kerusakan total) yang mengajarkan bahwa manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri sendiri. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:

"Tidak ada bagian dalam diri manusia yang tidak terpengaruh oleh dosa; kehendak manusia diperbudak oleh dosa sampai ia dibebaskan oleh anugerah Allah."

Dalam konteks 1 Yohanes 2:1, perintah untuk tidak berbuat dosa tidak berarti bahwa orang percaya dapat mencapai kesempurnaan moral di dunia ini. Yohanes sendiri mengakui dalam 1 Yohanes 1:8 bahwa “jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri sendiri.” Maka, ajakan untuk tidak berbuat dosa bukanlah tuntutan kesempurnaan, tetapi panggilan untuk hidup dalam kekudusan sebagai respons terhadap kasih Allah.

2. Anugerah: Pengampunan dalam Kristus

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa keselamatan dalam Kekristenan bukanlah usaha manusia, tetapi sepenuhnya karena kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus. Ketika Yohanes mengatakan, "Namun, jika ada yang berbuat dosa, kita mempunyai Pembela di hadapan Bapa," ini menunjukkan aspek kunci dari Injil, yaitu bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk mendapatkan pengampunan.

Bavinck juga menekankan bahwa anugerah bukanlah izin untuk terus hidup dalam dosa (antinomianisme), tetapi sebagai dorongan untuk bertobat dan hidup dalam kebenaran. Ini sejalan dengan ajaran Yohanes bahwa kasih kepada Allah harus tercermin dalam kehidupan yang suci (1 Yohanes 2:3-6).

3. Kristus Sebagai Pembela (Parakletos) di Hadapan Bapa

1. Pengertian Kata "Pembela" (Parakletos)

Kata "Pembela" dalam bahasa Yunani adalah Parakletos, yang berarti “pengacara” atau “penolong.” Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa peran Kristus sebagai Pembela adalah sebagai perantara bagi orang percaya di hadapan Allah.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa keadilan Allah tidak dapat diabaikan begitu saja. Kristus sebagai Pembela tidak berarti bahwa Allah mengabaikan dosa, tetapi bahwa Kristus telah membayar hukuman dosa tersebut melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

"Kristus bukan hanya seorang pembela yang memohon belas kasihan, tetapi juga seorang pengacara yang membawa bukti konkret bahwa keadilan telah dipenuhi melalui kematian-Nya di kayu salib." – R.C. Sproul

Kristus tidak hanya membela orang percaya, tetapi juga menjadi dasar dari pembelaan itu. Pengorbanan-Nya di kayu salib adalah bukti bahwa hukuman dosa telah ditanggung sepenuhnya, sehingga Allah dapat menerima orang berdosa tanpa mengorbankan keadilan-Nya.

4. Implikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya

1. Kepastian Keselamatan dalam Kristus

Banyak orang Kristen bergumul dengan rasa bersalah dan ketidakpastian mengenai keselamatan mereka. Ayat ini memberikan kepastian bahwa meskipun kita masih bergumul dengan dosa, kita memiliki Pembela yang terus-menerus membela kita di hadapan Bapa.

John Calvin menjelaskan bahwa kepastian keselamatan bukanlah karena usaha manusia, tetapi karena perantaraan Kristus:

"Iman sejati bergantung bukan pada usaha kita sendiri, tetapi pada Kristus yang telah menggenapi seluruh tuntutan hukum bagi kita." – John Calvin

2. Hidup dalam Kekudusan sebagai Respons terhadap Kasih Allah

Meskipun ada kepastian dalam Kristus, Yohanes tidak memberikan alasan untuk hidup sembarangan dalam dosa. Herman Bavinck menekankan bahwa kehidupan Kristen harus mencerminkan karakter Allah:

"Orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi sebagai respons terhadap kasih karunia yang telah diberikan dalam Kristus." – Herman Bavinck

Ini berarti bahwa sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam kebenaran, bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi karena kita telah diselamatkan.

Kesimpulan: Penghiburan dan Panggilan dalam 1 Yohanes 2:1

1 Yohanes 2:1 memberikan dua kebenaran besar bagi orang percaya:

  1. Panggilan untuk tidak berbuat dosa – Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan menjauhi dosa.
  2. Penghiburan dalam Kristus sebagai Pembela – Ketika kita jatuh dalam dosa, kita memiliki Kristus sebagai Pembela yang terus-menerus menjadi perantara bagi kita di hadapan Bapa.

Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan kita sepenuhnya berdasarkan anugerah Allah, bukan usaha kita sendiri. Namun, anugerah ini juga harus membawa kita kepada hidup yang mencerminkan kebenaran Allah.

Sebagai orang percaya, kita dapat hidup dengan kepastian bahwa Kristus tidak hanya telah menebus kita, tetapi juga terus membela kita di hadapan Allah. Ini memberi kita pengharapan dan dorongan untuk hidup dalam kasih dan ketaatan kepada-Nya.

Next Post Previous Post