Musim Prapaskah Ini, Letakkan Kesombonganmu di Atas Mezbah-Nya

Pendahuluan
Musim Prapaskah adalah masa pertobatan, refleksi, dan penyucian diri menjelang peringatan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam tradisi Kristen, Prapaskah merupakan waktu untuk merenungkan kondisi hati kita di hadapan Tuhan, terutama dalam hal dosa-dosa yang sering tersembunyi dalam kehidupan kita—salah satunya adalah kesombongan.
Kesombongan adalah akar dari banyak dosa lainnya. Ini adalah sikap hati yang menempatkan diri di atas Tuhan dan orang lain. Dalam Alkitab, Amsal 16:18 memperingatkan kita:
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."
Artikel ini akan membahas bagaimana musim Prapaskah adalah momen yang tepat untuk meletakkan kesombongan kita di atas mezbah Tuhan, berdasarkan perspektif teologi Reformed dan pendapat beberapa pakar teologi seperti John Calvin, R.C. Sproul, J.I. Packer, dan John Piper.
1. Kesombongan: Dosa yang Paling Licik dan Berbahaya
Kesombongan: Akar dari Segala Dosa
Dari sejak kejatuhan manusia pertama, kesombongan telah menjadi dosa utama yang membawa kehancuran. Kejadian 3:5 mencatat godaan ular kepada Hawa:
"...pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Dosa pertama bukan sekadar ketidaktaatan, tetapi keinginan manusia untuk menjadi seperti Allah—itulah puncak dari kesombongan. R.C. Sproul menyebut dosa ini sebagai cosmic treason (pengkhianatan kosmis), karena manusia mencoba merebut tempat Allah.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan:
"Hati manusia adalah pabrik berhala. Kesombongan adalah bentuk utama penyembahan diri sendiri, di mana manusia menempatkan dirinya di atas otoritas Tuhan."
Musim Prapaskah mengingatkan kita untuk merenungkan hati kita dan melihat apakah ada kesombongan yang menguasai kita, baik dalam bentuk kesombongan rohani, intelektual, atau materialisme.
Kesombongan dalam Kehidupan Sehari-hari
Kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
- Kesombongan rohani – merasa lebih suci dari orang lain dan menghakimi mereka.
- Kesombongan intelektual – mengandalkan pemikiran sendiri dan menolak kebijaksanaan Tuhan.
- Kesombongan material – menganggap diri lebih tinggi karena harta atau pencapaian.
Yesus mengutuk kesombongan rohani dalam Lukas 18:9-14, saat Ia menceritakan perumpamaan tentang seorang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah. Farisi itu berkata:
"Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu karena aku tidak seperti orang lain."
Sebaliknya, pemungut cukai hanya berkata:
"Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini."
Yesus menegaskan bahwa pemungut cukai yang merendahkan diri justru dibenarkan oleh Allah.
2. Musim Prapaskah: Waktu untuk Merendahkan Diri
Prapaskah dan Makna Mezbah dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama, mezbah adalah tempat pengorbanan untuk menyucikan dosa. Dalam Perjanjian Baru, mezbah menunjuk kepada salib Kristus, di mana Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban sempurna.
Paulus dalam Roma 12:1 berkata:
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu untuk mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah."
Pada musim Prapaskah ini, kita dipanggil untuk meletakkan kesombongan kita di atas mezbah Allah, menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada-Nya, dan meminta hati yang baru seperti yang dinyatakan dalam Yehezkiel 36:26:
"Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu."
John Piper: Prapaskah dan Sukacita dalam Penyangkalan Diri
John Piper mengajarkan bahwa kesombongan adalah dosa yang harus diperangi dengan disiplin rohani seperti doa, puasa, dan perenungan firman Tuhan. Dalam bukunya A Hunger for God, ia menulis:
"Puasa adalah bentuk penyangkalan diri yang membantu kita melihat ketergantungan kita kepada Tuhan. Ini bukan hanya soal tidak makan, tetapi soal mengarahkan hati kita kembali kepada Allah."
Prapaskah adalah waktu yang tepat untuk berpuasa dari kesombongan dan menggantinya dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan.
3. Salib: Jawaban bagi Kesombongan Manusia
Kristus, Teladan Kerendahan Hati
Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, tetapi Ia merendahkan diri-Nya dengan menjadi hamba. Paulus dalam Filipi 2:5-8 berkata:
"Ia yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."
J.I. Packer menegaskan dalam bukunya Knowing God:
"Salib adalah puncak dari kasih dan kerendahan hati Kristus. Jika kita ingin melawan kesombongan, kita harus belajar dari Dia yang merendahkan diri sampai mati di kayu salib."
Prapaskah: Waktu untuk Menyelaraskan Hati dengan Kristus
Prapaskah mengajarkan kita untuk meneladani kerendahan hati Yesus dengan:
- Mengakui dosa kita dengan jujur.
- Memohon pengampunan dan hati yang baru.
- Melayani orang lain dengan sikap rendah hati.
Yesus berkata dalam Matius 23:12:
"Barangsiapa meninggikan dirinya, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan dirinya, ia akan ditinggikan."
4. Bagaimana Meletakkan Kesombongan Kita di Mezbah Tuhan?
a. Melalui Doa dan Pertobatan
Setiap hari, kita harus berdoa seperti Daud dalam Mazmur 139:23-24:
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku! Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku! Lihatlah, apakah ada jalanku yang jahat, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!"
b. Melalui Perenungan Firman Tuhan
Firman Tuhan adalah cermin yang menunjukkan kondisi hati kita. Yakobus 1:23-24 mengatakan bahwa orang yang mendengar firman tetapi tidak melakukannya seperti seseorang yang melihat wajahnya di cermin, lalu pergi dan lupa akan dirinya.
c. Melalui Puasa dan Pengendalian Diri
Puasa bukan hanya soal makanan, tetapi juga bisa dalam bentuk puasa dari ego, media sosial, atau kebanggaan diri sendiri, agar kita lebih fokus kepada Tuhan.
d. Melalui Pelayanan dengan Kerendahan Hati
Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai contoh bagi kita. Musim Prapaskah adalah waktu yang tepat untuk melayani orang lain dengan kasih dan kerendahan hati.
Kesimpulan
Musim Prapaskah ini adalah kesempatan bagi kita untuk meletakkan kesombongan kita di atas mezbah Tuhan dan memperbarui hati kita agar semakin serupa dengan Kristus.
✅ Kesombongan adalah akar dari segala dosa, dan kita harus melawannya dengan pertobatan.
✅ Kristus adalah teladan kerendahan hati, dan kita dipanggil untuk mengikut Dia.
✅ Musim Prapaskah adalah waktu untuk menguji hati kita, berdoa, dan melayani dengan kasih.
Sebagaimana Yakobus 4:10 berkata:
"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."
Apakah Anda siap untuk meletakkan kesombongan Anda di atas mezbah-Nya musim Prapaskah ini?