Rut 1:14-17: Kesetiaan yang Berakar dalam Anugerah

Pendahuluan
Kitab Rut adalah salah satu kitab yang paling kaya dalam Alkitab, mengajarkan tentang kasih setia, pemeliharaan Allah, dan penebusan. Meskipun kitab ini berisi hanya empat pasal, kisahnya membawa dampak besar dalam sejarah keselamatan karena menghubungkan umat Allah dengan keturunan Daud dan, akhirnya, Yesus Kristus.
Rut 1:14-17 adalah titik balik dalam narasi kitab ini. Di dalamnya, kita melihat bagaimana dua perempuan, Orpa dan Rut, menghadapi pilihan besar: kembali ke tanah kelahiran mereka atau tetap bersama Naomi. Keputusan Rut untuk tetap setia kepada Naomi tidak hanya menunjukkan kesetiaan pribadi, tetapi juga menyingkapkan rencana Allah yang lebih besar.
Artikel ini akan mengeksposisi ayat-ayat ini dengan mendalam dalam terang teologi Reformed, dengan merujuk kepada pemikiran beberapa pakar seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan Charles Spurgeon. Kita akan melihat bagaimana konsep anugerah, providensi Allah, dan kesetiaan perjanjian terungkap dalam perikop ini.
1. Konteks Rut 1:14-17
1. Masa Hakim-Hakim dan Pergumulan Naomi
Rut 1 terjadi dalam konteks zaman Hakim-Hakim, di mana "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hakim-Hakim 21:25). Ini adalah masa kemerosotan rohani dan moral di Israel. Kelaparan melanda negeri, dan Elimelekh membawa keluarganya ke Moab untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Namun, di Moab, tragedi terjadi: Elimelekh dan kedua anak laki-lakinya meninggal, meninggalkan Naomi dengan kedua menantunya, Orpa dan Rut. Setelah mendengar bahwa Tuhan telah memberkati Israel kembali dengan panen yang berlimpah, Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem. Ia meminta menantunya untuk kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Orpa memilih kembali, tetapi Rut tetap teguh. Pilihan ini memiliki konsekuensi besar, bukan hanya bagi dirinya tetapi juga dalam sejarah keselamatan.
2. Eksposisi Rut 1:14-17
1. Rut 1:14 - Keputusan yang Berbeda
"Mereka terus menangis dengan suara keras. Lalu, Orpa mencium mertuanya, tetapi Rut memegang erat kepadanya."
Orpa menangis, menunjukkan bahwa ia mencintai Naomi, tetapi ia tetap memilih kembali ke Moab. Dalam teologi Reformed, keputusan Orpa dapat dilihat sebagai gambaran dari mereka yang, meskipun dekat dengan umat Allah, tetap memilih jalan dunia.
John Calvin menafsirkan bahwa Orpa mewakili seseorang yang memiliki "pengalaman religius sementara" tetapi tidak benar-benar mengalami transformasi oleh anugerah Allah. Ini sejalan dengan perumpamaan Yesus tentang benih yang jatuh di tanah berbatu—sebagian orang menerima firman dengan sukacita tetapi tidak memiliki akar yang kuat (Matius 13:20-21).
Sebaliknya, Rut memegang erat Naomi. Kata Ibrani yang digunakan di sini adalah dabaq, yang berarti "melekat erat" atau "berpegang teguh." Kata ini juga digunakan dalam Kejadian 2:24 untuk menggambarkan hubungan pernikahan—sebuah komitmen yang kokoh. Ini menggambarkan bagaimana iman sejati bukan hanya emosi sesaat tetapi kesetiaan yang berasal dari karya Roh Kudus dalam hati seseorang.
2. Rut 1:15 - Godaan untuk Kembali
"Dan, Naomi berkata, ‘Lihat, iparmu sudah kembali kepada bangsanya dan ilah-ilahnya. Ikutilah iparmu.’”
Naomi mengingatkan Rut bahwa Orpa telah kembali kepada bangsanya dan ilah-ilahnya. Ini bukan hanya keputusan sosial tetapi juga spiritual. Moab adalah bangsa penyembah berhala, dan kembali ke sana berarti kembali kepada sistem kepercayaan lama.
Charles Spurgeon menyoroti ayat ini sebagai peringatan bagi orang percaya yang tergoda untuk kembali kepada kehidupan lama mereka. Dunia akan selalu menawarkan kenyamanan dan keamanan semu, tetapi kesetiaan kepada Tuhan membutuhkan keberanian untuk meninggalkan semuanya demi mengikuti-Nya.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa kehidupan Kristen adalah panggilan keluar dari dunia menuju hubungan perjanjian dengan Allah. Keputusan Rut bukan hanya tentang hubungan manusiawi dengan Naomi, tetapi juga pilihan untuk meninggalkan penyembahan berhala dan berkomitmen kepada Allah Israel.
3. Rut 1:16 - Komitmen Perjanjian
"Akan tetapi, Rut berkata, ‘Jangan memaksa aku untuk meninggalkan engkau dan berbalik dari mengikut engkau. Sebab, ke mana engkau pergi, aku pun akan pergi. Di tempat engkau akan menetap, aku pun akan menetap. Bangsamu akan menjadi bangsaku, dan Allahmu akan menjadi Allahku.’”
Ayat ini merupakan deklarasi iman Rut yang luar biasa. Rut tidak hanya memilih untuk tetap bersama Naomi, tetapi juga menerima bangsa Israel sebagai bangsanya dan Allah Israel sebagai Allahnya. Ini adalah pertobatan sejati, di mana seseorang meninggalkan kehidupan lama dan memasuki persekutuan dengan umat Tuhan.
Calvin menekankan bahwa iman sejati selalu melibatkan pengakuan akan Allah yang benar. Rut tidak hanya mengikuti Naomi secara emosional, tetapi ia menerima Allah Israel sebagai Tuhan satu-satunya. Ini mencerminkan doktrin pemilihan dalam teologi Reformed—iman sejati adalah hasil dari panggilan efektif Allah yang bekerja dalam hati seseorang (Yohanes 6:44).
4. Rut 1:17 - Kesetiaan Sampai Mati
"Di tempat engkau mati, aku pun akan mati dan di sanalah aku akan dikuburkan. Kiranya TUHAN berbuat demikian kepadaku, dan lebih dari itu, biarlah hanya kematian yang akan memisahkan aku dan engkau.”
Rut tidak hanya berkomitmen untuk mengikuti Naomi dalam hidup, tetapi juga dalam kematian. Ini adalah gambaran kesetiaan perjanjian yang luar biasa.
Herman Bavinck menyebut ini sebagai contoh dari kesetiaan perjanjian dalam Alkitab. Dalam teologi Reformed, hubungan antara Allah dan umat-Nya selalu dinyatakan dalam bentuk perjanjian. Rut memahami bahwa kesetiaan sejati bukan hanya dalam kondisi baik, tetapi juga dalam penderitaan dan bahkan kematian.
Spurgeon melihat ayat ini sebagai gambaran dari kesetiaan seorang percaya kepada Kristus. Ketika kita berkomitmen kepada Kristus, kita dipanggil untuk tetap setia dalam segala situasi, bahkan sampai mati (Lukas 9:23).
3. Aplikasi Teologi Reformed dalam Rut 1:14-17
1. Providensi Allah dalam Pemeliharaan Rut
Salah satu tema utama dalam teologi Reformed adalah providensi Allah—yaitu bagaimana Tuhan mengatur segala sesuatu untuk tujuan-Nya. Meskipun Rut kehilangan suaminya dan menghadapi ketidakpastian masa depan, Allah sedang bekerja dalam hidupnya untuk menuntunnya kepada rencana yang lebih besar.
Rut tidak tahu bahwa keputusannya akan membawa dia kepada Boas dan menjadikannya nenek moyang Mesias. Ini mencerminkan Roma 8:28, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."
John Piper menekankan bahwa "Tangan tersembunyi Allah sedang bekerja dalam peristiwa yang tampaknya biasa dalam hidup kita." Ini berarti bahwa bahkan dalam penderitaan, Allah sedang mengarahkan langkah umat-Nya menuju rencana-Nya yang sempurna.
2. Rut sebagai Gambaran Gereja dan Kristus
Banyak teolog Reformed melihat Rut sebagai gambaran dari gereja yang ditebus oleh Kristus. Rut, seorang perempuan asing dari Moab, diterima dalam perjanjian Allah dan menjadi bagian dari umat-Nya—mirip dengan bagaimana gereja terdiri dari orang-orang dari segala bangsa yang ditebus oleh darah Kristus.
Dalam hal ini, Boas yang nantinya menebus Rut merupakan gambaran dari Yesus Kristus, Sang Penebus Agung. Ini sejalan dengan tema penebusan dalam teologi Reformed, di mana Kristus datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari berbagai latar belakang, sebagaimana yang dinyatakan dalam Wahyu 5:9, "Sebab Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari setiap suku, bahasa, kaum, dan bangsa."
3. Komitmen Seorang Percaya dalam Mengikuti Kristus
Rut tidak hanya mengikuti Naomi, tetapi juga berjanji untuk tetap bersamanya sampai mati. Ini adalah cerminan dari komitmen seorang percaya kepada Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Dietrich Bonhoeffer, "Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia memanggilnya untuk datang dan mati."
Mengikuti Kristus berarti menyerahkan hidup sepenuhnya kepada-Nya, sama seperti Rut yang meninggalkan segalanya untuk mengikuti Naomi dan Allah Israel. Kesetiaan Rut adalah contoh dari Matius 16:24, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku."
Kesimpulan
Rut 1:14-17 bukan hanya kisah tentang kesetiaan seorang menantu kepada mertuanya, tetapi juga gambaran dari anugerah, pemilihan, dan kesetiaan dalam perjanjian Allah. Dalam terang teologi Reformed, kita melihat bahwa iman sejati adalah hasil dari karya Allah dalam hati manusia, dan bahwa providensi-Nya mengatur segala sesuatu demi kemuliaan-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani kesetiaan Rut—meninggalkan kehidupan lama, mengikuti Kristus, dan tetap teguh dalam iman hingga akhir. Soli Deo Gloria!