Panggilan Injil dan Kelegaan Rohani: 2 Korintus 2:12-13
.jpg)
Pendahuluan
Dalam 2 Korintus 2:12-13, Rasul Paulus berbicara tentang perjalanannya ke Troas dan bagaimana hatinya gelisah karena ia tidak menemukan Titus, saudaranya dalam pelayanan. Meskipun Tuhan telah membuka pintu untuk memberitakan Injil, Paulus tetap merasa tidak tenang dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Makedonia.
Ayat ini berbunyi:
12 Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus dan ketika pintu terbuka untukku dalam Tuhan,
13 belum ada kelegaan bagi rohku karena tidak menjumpai Titus, saudaraku. Jadi, aku berpamitan kepada mereka dan pergi ke Makedonia. (2 Korintus 2:12-13, AYT)
Bagian ini menggambarkan ketegangan antara panggilan pelayanan Paulus dan perasaannya sebagai manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam 2 Korintus 2:12-13 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana Allah memimpin Paulus dalam pelayanan, pentingnya komunitas dalam iman, dan bagaimana Tuhan bekerja dalam ketidakpastian hidup kita.
1. Konteks 2 Korintus 2:12-13 dalam Surat 2 Korintus
Surat 2 Korintus adalah salah satu surat yang paling emosional dan pribadi dari Paulus. Dalam surat ini, ia banyak berbicara tentang pergumulan pribadinya sebagai rasul dan hubungannya dengan jemaat Korintus.
Beberapa poin penting dalam konteks 2 Korintus 2:12-13:
- Paulus menghadapi tantangan dalam pelayanannya (2 Korintus 1:8-10).
- Ia ingin memastikan bahwa jemaat Korintus mengerti maksudnya yang sebenarnya dalam suratnya yang pertama (2 Korintus 2:1-4).
- Paulus berbicara tentang pentingnya pengampunan dan pemulihan dalam jemaat (2 Korintus 2:5-11).
- Dalam 2 Korintus 2:12-13, ia mengungkapkan kegelisahan hatinya karena tidak bertemu Titus di Troas.
Paulus menunjukkan bahwa meskipun pintu pelayanan terbuka di Troas, ia tetap merasa tidak tenang karena tidak bertemu Titus, yang membawa kabar tentang jemaat Korintus.
2. Eksposisi 2 Korintus 2:12-13
a) 2 Korintus 2:12 – “Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus dan ketika pintu terbuka untukku dalam Tuhan”
Paulus tiba di Troas, sebuah kota pelabuhan di Asia Kecil, dalam rangka memberitakan Injil.
Menurut John Calvin, frase "pintu terbuka untukku dalam Tuhan" menunjukkan bahwa Allah sendiri yang mempersiapkan dan mengarahkan pelayanan Paulus. Calvin menulis bahwa pintu pelayanan hanya terbuka jika Tuhan yang membukanya, dan bahwa Paulus mengenali pimpinan Tuhan dalam setiap langkah pelayanannya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa ketika Tuhan membuka pintu, itu berarti ada kesempatan besar bagi Injil untuk disebarkan. Namun, Sproul juga menyoroti bahwa meskipun pintu terbuka, Paulus tetap merasa tidak tenang—ini menunjukkan ketegangan antara panggilan ilahi dan pergumulan manusiawi.
b) 2 Korintus 2:13 – “Belum ada kelegaan bagi rohku karena tidak menjumpai Titus, saudaraku”
Paulus mengungkapkan kegelisahannya karena tidak bertemu dengan Titus, yang membawa kabar dari jemaat Korintus.
Menurut John Owen, kegelisahan Paulus menunjukkan bahwa iman tidak menghilangkan emosi manusiawi. Meskipun Paulus adalah seorang rasul yang dipimpin oleh Roh Kudus, ia tetap mengalami kegelisahan, kekhawatiran, dan pergumulan emosional.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa kegelisahan Paulus bukanlah tanda kurangnya iman, tetapi tanda kepedulian yang mendalam terhadap gereja. Paulus tidak hanya seorang pengkhotbah, tetapi juga seorang gembala yang peduli akan jemaatnya.
c) “Jadi, aku berpamitan kepada mereka dan pergi ke Makedonia”
Paulus akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Troas dan pergi ke Makedonia karena tidak bertemu Titus.
Menurut John Calvin, keputusan Paulus untuk meninggalkan Troas bukan karena ketidaksetiaan terhadap panggilannya, tetapi karena dia merasa Tuhan memimpin dia ke tempat lain.
R.C. Sproul menambahkan bahwa ini adalah contoh bagaimana Tuhan membimbing umat-Nya bahkan di tengah ketidakpastian. Paulus mungkin merasa ragu, tetapi Tuhan tetap memimpin langkah-langkahnya.
3. Teologi Reformed tentang Pimpinan Allah dan Pergumulan dalam Pelayanan
a) Allah Membuka dan Menutup Pintu dalam Pelayanan
Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Tuhan yang berdaulat menentukan kapan dan di mana seseorang harus melayani.
John Calvin menekankan bahwa pintu pelayanan tidak bisa dibuka oleh usaha manusia, tetapi hanya oleh Tuhan yang mengatur segalanya dalam hikmat-Nya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa terkadang Tuhan menutup pintu untuk mengarahkan kita ke tempat lain, seperti yang terjadi pada Paulus.
b) Pelayanan Tidak Terlepas dari Pergumulan Emosional
Paulus mengalami kegelisahan, kekhawatiran, dan ketidakpastian, yang menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling rohani pun bisa mengalami emosi manusiawi.
John Owen menegaskan bahwa iman sejati tidak berarti kita tidak akan pernah mengalami keraguan atau kegelisahan, tetapi bahwa kita harus tetap bersandar kepada Tuhan dalam segala keadaan.
c) Komunitas dan Penghiburan dalam Iman
Paulus merasa kehilangan dan gelisah karena tidak bertemu dengan Titus, yang berarti bahwa persahabatan rohani adalah bagian penting dari kehidupan Kristen.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa kita tidak bisa menjalani kehidupan Kristen sendirian. Kita membutuhkan saudara seiman yang dapat menguatkan dan meneguhkan kita dalam iman.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Percaya bahwa Tuhan yang Membuka dan Menutup Pintu
Ketika kita menghadapi ketidakpastian dalam kehidupan atau pelayanan, kita harus percaya bahwa Tuhan yang membimbing setiap langkah kita.
John Calvin menekankan bahwa kita tidak boleh hanya mengandalkan logika manusia, tetapi harus belajar berserah kepada pimpinan Tuhan.
b) Mengakui Bahwa Emosi adalah Bagian dari Kehidupan Iman
Jika seorang rasul seperti Paulus bisa mengalami kegelisahan dan ketidakpastian, maka kita juga bisa mengalaminya.
John Owen menegaskan bahwa iman tidak berarti kita tidak akan pernah mengalami emosi negatif, tetapi bahwa Tuhan memberikan penghiburan di tengah pergumulan kita.
c) Menjaga Hubungan dengan Saudara Seiman
Paulus merasa gelisah karena tidak bertemu Titus, yang menunjukkan bahwa persahabatan rohani adalah bagian penting dari kehidupan Kristen.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa setiap orang percaya membutuhkan komunitas yang sehat untuk bertumbuh dalam iman.
Kesimpulan
2 Korintus 2:12-13 mengajarkan bahwa pelayanan dan kehidupan Kristen tidak selalu berjalan mulus, tetapi Tuhan tetap membimbing umat-Nya di tengah ketidakpastian.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Tuhan yang membuka dan menutup pintu dalam pelayanan.
- Pelayanan tidak terlepas dari pergumulan emosional.
- Persahabatan rohani dan komunitas iman sangat penting.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap percaya kepada Tuhan dalam setiap ketidakpastian, mengandalkan-Nya dalam pergumulan, dan membangun komunitas yang saling menguatkan dalam iman.