Pengkhianatan Yudas: Yohanes 13:18-26

Pendahuluan
Peristiwa di ruang atas pada malam sebelum Yesus disalibkan adalah salah satu momen paling mendalam dalam Injil Yohanes. Dalam Yohanes 13:18-26, Yesus mengungkapkan bahwa salah satu murid-Nya akan mengkhianati Dia.
"Aku tidak berkata-kata mengenai kalian semua. Aku tahu siapa saja yang telah Kupilih, tetapi nas ini harus digenapi, ‘Orang yang makan roti-Ku telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.’" (Yohanes 13:18, AYT)
Bagian ini membahas tentang pemilihan, nubuatan Perjanjian Lama yang digenapi, kesedihan Yesus atas pengkhianatan Yudas, serta respons para murid terhadap pernyataan ini. Dalam teologi Reformed, bagian ini memiliki relevansi besar dengan doktrin pemilihan dan penolakan (election and reprobation), kedaulatan Allah, serta kejahatan hati manusia yang sudah jatuh dalam dosa (total depravity).
Artikel ini akan mengeksplorasi makna Yohanes 13:18-26 berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Yesus Mengetahui Siapa yang Telah Dipilih-Nya (Yohanes 13:18-19)
1. Pemilihan yang Sejati
Yesus berkata, "Aku tahu siapa saja yang telah Kupilih." Ini menunjukkan bahwa meskipun semua murid telah dipanggil untuk mengikuti Dia, hanya sebagian dari mereka yang benar-benar dipilih untuk diselamatkan.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa pemilihan Allah bersifat pasti dan tidak didasarkan pada usaha manusia:
"Allah memilih berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat, bukan berdasarkan kualitas atau perbuatan manusia." – John Calvin
Yudas, meskipun dipilih sebagai murid, bukanlah bagian dari umat pilihan yang sejati. Ia berada di dalam komunitas murid tetapi tidak memiliki iman yang sejati.
2. Penggenapan Nubuatan Perjanjian Lama
Yesus mengutip Mazmur 41:10:
"Orang yang makan roti-Ku telah mengangkat tumitnya terhadap Aku."
Nubuatan ini merujuk pada Ahitofel, penasihat Daud yang mengkhianatinya. Yudas adalah penggenapan dari tipe pengkhianatan ini, yang menunjukkan bagaimana rencana Allah digenapi bahkan melalui tindakan orang fasik.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa pengkhianatan terhadap Mesias sudah dinubuatkan sebelumnya dan tidak terjadi secara kebetulan:
"Allah dalam kedaulatan-Nya telah menetapkan segala sesuatu, bahkan kejahatan manusia, untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya." – Herman Bavinck
Dengan kata lain, meskipun Yudas bertanggung jawab atas perbuatannya, tindakannya tidak berada di luar rencana ilahi.
2. Yesus Digelisahkan dalam Roh (Yohanes 13:20-21)
1. Kesedihan Yesus atas Pengkhianatan
"Setelah Yesus berkata demikian, Dia digelisahkan dalam Roh dan bersaksi, ‘Sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, salah seorang dari kalian akan mengkhianati Aku.’" (Yohanes 13:21)
Yesus mengetahui bahwa pengkhianatan Yudas adalah bagian dari rencana Allah, tetapi ini tidak menghilangkan perasaan kesedihan dan penderitaan-Nya.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa Yesus, dalam kemanusiaan-Nya, merasakan kesedihan yang mendalam karena dosa Yudas dan konsekuensinya:
"Yesus tidak hanya mengetahui pengkhianatan itu, tetapi juga merasakannya secara emosional. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya berdaulat atas sejarah, tetapi juga terlibat secara pribadi di dalamnya." – R.C. Sproul
Yesus tidak menunjukkan reaksi marah atau membalas dendam, tetapi merasakan kesedihan yang dalam atas tindakan Yudas.
2. Makna Teologis dari Kesedihan Yesus
Kesedihan Yesus mengajarkan beberapa prinsip teologis penting:
- Allah mengetahui segala sesuatu, tetapi tetap peduli dengan respons manusia terhadap-Nya.
- Dosa bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga suatu pengkhianatan terhadap kasih dan anugerah Allah.
- Yesus, sebagai Imam Besar kita, memahami penderitaan akibat pengkhianatan dan dapat bersimpati dengan kita dalam segala kesusahan.
Herman Bavinck menambahkan bahwa kesedihan Yesus adalah cerminan dari kasih Allah terhadap umat-Nya, meskipun mereka sering kali menolak-Nya.
3. Reaksi Para Murid: Kebingungan dan Pertanyaan (Yohanes 13:22-25)
1. Murid-Murid Tidak Tahu Siapa yang Akan Mengkhianati Yesus
"Murid-murid saling memandang seorang kepada yang lain dan menjadi bingung mengenai siapa yang Dia bicarakan." (Yohanes 13:22)
Meskipun Yesus telah mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianati-Nya, para murid tidak dapat langsung mengenali siapa yang dimaksud.
John Calvin menekankan bahwa ini adalah gambaran dari betapa tersembunyinya hati manusia:
"Tidak semua yang berada dalam gereja adalah umat pilihan. Beberapa orang mungkin tampak seperti orang percaya sejati, tetapi pada akhirnya mereka menunjukkan sifat asli mereka." – John Calvin
Pengkhianatan Yudas bukanlah sesuatu yang tampak jelas bagi murid-murid lainnya, yang menunjukkan betapa seseorang bisa tampak saleh secara lahiriah tetapi hatinya tetap jauh dari Tuhan.
2. Petrus Meminta Yohanes Bertanya kepada Yesus
"Kemudian, Simon Petrus memberi isyarat kepadanya untuk bertanya kepada Yesus tentang siapa yang Dia maksudkan." (Yohanes 13:24)
Petrus, yang dikenal sebagai murid yang berani dan penuh inisiatif, tidak langsung bertanya tetapi meminta Yohanes untuk menanyakannya. Ini menunjukkan betapa seriusnya pernyataan Yesus dan betapa para murid merasa gelisah atasnya.
Louis Berkhof menekankan bahwa respons para murid menunjukkan:
- Kebutuhan untuk mencari pemahaman lebih dalam mengenai rencana Allah.
- Pentingnya mencari jawaban dari Kristus, bukan dari spekulasi manusia.
Yohanes, yang dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus, akhirnya bertanya kepada-Nya.
4. Yudas Dikenali sebagai Pengkhianat (Yohanes 13:26)
"Yesus menjawab, ‘Orang itu adalah dia yang kepadanya Aku memberikan potongan roti ini setelah Aku mencelupkannya.’ Lalu, setelah mencelupkan potongan roti itu, Yesus memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot." (Yohanes 13:26)
Memberikan roti yang dicelupkan adalah tindakan keramahan dan kehormatan dalam budaya Yahudi. Namun, dalam konteks ini, itu menjadi tanda siapa yang akan mengkhianati Yesus.
1. Tanda Kesempatan Terakhir bagi Yudas
Meskipun Yesus mengetahui pengkhianatan Yudas, tindakan-Nya ini masih merupakan tawaran anugerah terakhir.
Herman Bavinck menekankan bahwa meskipun Allah telah menetapkan segala sesuatu, ini tidak menghilangkan tanggung jawab manusia untuk bertobat:
"Tindakan Yesus kepada Yudas adalah bukti bahwa anugerah Allah ditawarkan bahkan kepada mereka yang akan menolak-Nya." – Herman Bavinck
Yudas memiliki kesempatan untuk bertobat, tetapi ia tetap memilih untuk menolak anugerah tersebut.
5. Implikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Pemilihan dan Kedaulatan Allah
Pengkhianatan Yudas menunjukkan bahwa ada perbedaan antara panggilan lahiriah dan pemilihan sejati dalam Kristus.
2. Kesedihan Yesus terhadap Dosa
Yesus merasakan kesedihan yang mendalam atas dosa, menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada umat-Nya meskipun mereka sering kali tidak setia.
3. Peringatan terhadap Kemunafikan Rohani
Yudas menunjukkan bahwa seseorang bisa tampak sebagai murid Kristus tetapi tetap memiliki hati yang jauh dari Tuhan. Ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak hanya memiliki iman lahiriah, tetapi juga iman yang sejati.
Kesimpulan
Yohanes 13:18-26 mengajarkan bahwa:
- Yesus mengetahui siapa yang benar-benar menjadi milik-Nya.
- Meskipun Yesus tahu tentang pengkhianatan Yudas, Ia tetap menunjukkan kasih kepada-Nya.
- Hanya mereka yang memiliki iman sejati yang akan bertahan dalam ujian.
Sebagai orang percaya, kita harus memeriksa hati kita dan memastikan bahwa kita benar-benar setia kepada Kristus, bukan hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan dan hati.